Sabtu, 4 Oktober 2025

Pemilu 2024

Ketua Bawaslu: Pilihlah Pemimpin yang Punya Visi ke Depan

Bagja menyebutkan bahwa tantangan global semakin hari semakin berkembang. Di sisi lain, Indonesia sendiri akan mencapai bonus demografi pada 2045

Penulis: Naufal Lanten
Tribunnews.com/Naufal Lanten
Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja selepas diskusi yang digelar Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) di kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Jumat (17/2/2023). Rahmat Bagja berpesan kepada kalangan muda untuk memilih pemimpin yang memiliki target dan tujuan ke depannya. 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Rahmat Bagja berpesan kepada kalangan muda untuk memilih pemimpin yang memiliki target dan tujuan ke depannya.

Hal ini disampaikannya dalam diskusi yang digelar Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) yang digelar di kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Jumat (17/2/2023).

“Pilihlah pemimpin yang punya visi ke depan,” kata Rahmat Bagja.

Baca juga: Tegas Larang Partai Politik Gunakan Politik Identitas, Bagja: Berhadapan Langsung Dengan Bawaslu

Bagja menyebutkan bahwa tantangan global semakin hari semakin berkembang. Di sisi lain, Indonesia sendiri akan mencapai bonus demografi pada 2045 mendatang.

Untuk itu, kata dia, peran kalangan muda dalam menentukan pemimpin menjadi penting. Terlebih lagi KPU menyebut bahwa para Pemilih di 2024 didominasi oleh kalangan muda.

Sehingga kalangan milenial hingga generasi Z atau Gen Z perlu turut mengawasi jalannya Pemilu di 2024.

“Anda rela yang anda pilih adalah orang-orang yang punya uang saja? Enggak dong,” kata Bagja.

Berdasarkan konstitusi, pemimpin eksekutif maupun legislatif memiliki masa jabatan. Sehingga jika masa kepemimpinan tidak bergantian, maka akan melanggar konstitusi.

Baca juga: Beda Dengan KPU, Bawaslu Bolehkan Partai Politik Pasang Bendera Sebelum Masa Kampanye

Tak hanya itu, Bagja menyebut bahwa masa kepemimpinan yang tidak bergiliran tidak sesuai dengan pedoman yang dipegang Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama (NU).

“Itu melanggar sunnah, kalau kata teman Muhammadiyah dan NU kan, kalau kekuasaan itu tidak dipergilirkan,” kata Bagja.

Selain tak sesuai syariat di NU dan Muhammadiyah, Bagja mengibaratkan pergantian kepemimpinan layaknya perubahan siang dan malam.

Sehingga menurutnya, sirkulasi kepemimpinan dalam pelaksanaan bernegara menjadi penting.

“Jangan sampai hanya dikuasai segelintir orang. Indonesia harus berubah. Masak teman-teman Muhammadiyah selalu jadi underdog dalam ekonomi, teman NU selalu dibawah,” ujar Bagja.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved