Bacaan Doa
Doa Ketika Ada Petir Agar Selamat dari Segala Keburukannya
Doa ketika ada petir dapat dibaca untuk memohon perlindungan Allah dari keburukan yang dibawa oleh petir. Doa ini diambil dari hadis.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Doa ketika mendengar petir dibaca untuk memohon perlindungan Allah dari keburukan petir.
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menjelaskan bahwa Rasulullah selalu berdoa ketika terjadi hujan dan cuaca buruk.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, disebutkan bahwa Rasulullah membaca doa ketika mendengar petir.
Rasulullah mengajarkan doa: Allahumma anta rabbii la ilaha illa anta, ‘alayka tawakkaltu wa ilayka unību (“Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau, kepada-Mu aku berserah diri dan kembali.”) (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Selain itu, dalam hadis lain disebutkan doa lainnya.
"Apabila kalian mendengar petir atau guntur, ucapkanlah: Allah Maha Besar, tidak ada Tuhan selain Allah, hanya kepada-Nya kami berserah diri." (HR Muslim)
Petir (Al-Barq) dan kilat (As-Saiqah) disebutkan beberapa kali di dalam Al-Quran seperti dalam Surah Al-Baqarah ayat 19 dan Ar-Ra'd ayat 12.
“Atau, seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai berbagai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya (untuk menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir." (QS. Al-Baqarah: 19)
“Dialah yang memperlihatkan kepadamu kilat (untuk menimbulkan) ketakutan dan harapan (akan turun hujan) serta menjadikan awan yang berat (mendung)." (QS. Ar-Ra'd: 12)
Di dalam Al-Quran, petir merupakan ciptaan Allah yang datang sebagai pertanda seperti peringatan/marabahaya dan kabar baik akan datangnya hujan.
Untuk itu, ketika mendengar petir sebaiknya kita berdoa dan memohon perlindungan Allah dari keburukan petir.
Baca juga: Doa agar Hujan Reda, Membawa Berkah dan Tidak Menimbulkan Musibah
Hal ini karena petir dapat menyerang kulit manusia, menyebabkan buta, tuli dan jika tersambar maka dapat menyebabkan kematian.
Doa ketika ada petir terdapat dalam laman Jabatan Mufti Kerajaan Negeri Sembilan (MuftiNS) Malaysia.
Doa Ketika Ada Petir
اَللَّهُمَّ لاَ تَقْـتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلاَ تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ. سُبْحَانَ الَّذِي يُسَـبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ
Allahumma la taqtulna bighadabika, wa la tuhlikna bi‘adhabika, wa ‘afina qabl zalik. Subhana alladhi yusabbihu ar-ra‘du bihamdihi wal-malā’ikatu min khifatihi.
Artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau membinasakan kami dengan amarah-Mu, dan janganlah Engkau menimpakan azab-Mu kepada kami, dan lindungilah kami sebelum itu. Mahasuci Dia yang digemakan guntur karena memuji-Nya, dan para malaikat pun karena takut kepada-Nya.”
Atau, membaca:
اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِلَيْهِ نَسْتَعِينُ
Allahu Akbar, la ilaha illa Allah, ilayhi nasta‘in
Artinya: “Allah Maha Besar, tidak ada Tuhan selain Allah, hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan.” (HR. Muslim)
Atau, membaca:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ عَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أُنِيبُ
Allahumma anta rabbii la ilaha illa anta, ‘alayka tawakkaltu wa ilayka unību
Artinya: “Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau, kepada-Mu aku berserah diri dan kembali.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Ayat-ayat Al-Quran tentang Petir
Di dalam Al-Quran, terdapat beberapa ayat yang menyebutkan tentang petir.
Dalam skripsi berjudul Petir Dalam Perspektif Al-Quran dan Relevansinya Terhadap Ilmu Pengetahuan Alam oleh Hasan Fadli Hasibuan, mahasiswa jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin, Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran Jakarta tahun 2022, dijelaskan beberapa ayat yang menyebutkan tentang petir.
“Atau, seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai berbagai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya (untuk menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang orang yang kafir." (QS. Al-Baqarah: 19)
Diriwayatkan oleh At-Thabari dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan lainnya, asbabun nuzul ayat di atas yaitu dulu ada dua orang munafik penduduk Madinah yang melarikan diri dari Rasulullah saw. ke orang- orang musyrik, lalu kedua orang itu diterpa hujan lebat yang disebutkan Allah ini: disertai guruh yang keras, petir, dan kilat.
Setiap kali petir menyambar dan menerangi keadaan, mereka menutup telinga mereka dengan jari karena takut petir itu memasuki telinga mereka sehingga mereka tewas.
Jika kilat bersinar, mereka berjalan di bawah cahayanya dan jika tak muncul kilat, mereka tak bisa melihat apa-apa sehingga mereka diam di tempat, tak meneruskan perjalanan.
Mereka pun berkata, "Mudah-mudahan pagi segera tiba, lalu kita datangi Muhammad dan kita baiat beliau."
Setelah pagi menjelang mereka menghadap beliau, menyatakan masuk Islam, dan membaiat beliau, serta mendekatkan diri mereka kepada Allah.
Allah menjadikan keadaan dua orang munafik yang kabur ini sebagai perumpamaan bagi orang-orang munafik yang berada di Madinah.
Petir juga disebutkan dalam Surat Ar-Ra'd ayat 12 dan 13, yang menjelaskan bahwa Allah menurunkan petir kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya, termasuk para petinggi jahiliyah yang menentang Allah pada zaman Rasulullah.
“Dialah yang memperlihatkan kepadamu kilat (untuk menimbulkan) ketakutan dan harapan (akan turun hujan) serta menjadikan awan yang berat (mendung)." (QS. Ar-Ra'd: 12)
Ahli hadis dan tafsir Quran, Ibnu Katsir, menjelaskan sebab turunnya ayat ini bermula ketika dikala itu Rasulullah Saw mengutus seorang laki-laki kepada seorang Fir'aun untuk memanggil seorang Fir'aun tadi untuk datang kepada Nabi.
Namun Fir'aun menolaknya, hingga pada akhirnya Allah mengirim awan kearah kepalanya lalu terdengar guruh dan petir yang menyambar ke arah kepalanya.
“Guruh bertasbih dengan memuji-Nya, (demikian pula) malaikat karena takut kepada-Nya. Dia (Allah) melepaskan petir, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Sementara itu, mereka (orang-orang kafir) berbantah-bantahan tentang kekuasaan Allah, padahal Dia Mahakeras hukuman-Nya." (QS. Ar-Ra'd: 13)
Selain ayat-ayat di atas, petir dan kilat juga disebutkan dalam ayat lainnya:
- “(Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum melihat Allah dengan jelas.” Maka, halilintar menyambarmu dan kamu menyaksikannya." (QS. Al-Baqarah: 55)
- “Meminta kepadamu (Nabi Muhammad) agar engkau menurunkan sebuah kitab dari langit kepada mereka. Sungguh, mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar daripada itu. Mereka berkata, “Perlihatkanlah Allah kepada kami secara nyata”. Maka, petir menyambar mereka karena kezalimannya. Kemudian, mereka menjadikan anak sapi (sebagai sembahan), (padahal) telah datang kepada mereka bukti-bukti (ketauhidan) yang nyata, lalu Kami memaafkan yang demikian itu. Kami telah menganugerahkan kepada Musa kekuasaan yang nyata”. (QS. An-Nisā': 153)
- “Jika mereka berpaling, katakanlah, “Aku telah memperingatkan kamu (azab berupa) petir seperti petir yang menimpa (kaum) „Ad dan (kaum) Samud." (QS. Fuṣṣilat: 13)
- “Adapun (kaum) Samud, mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk itu. Maka, mereka disambar petir sebagai azab yang menghinakan karena apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Fuṣṣilat: 17)
- “Lalu, mereka bersikap angkuh terhadap perintah Tuhannya. Maka, mereka disambar petir sementara mereka menyaksikan(-nya)”. (QS. AzZāriyāt: 44)
- “Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka berjalan dibawah (sinar) itu. Apabila gelap menerpa mereka, mereka berdiri (tidak bergerak). Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah: 20)
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.