Generasi Milenial Lebih Nekat Jajal Kuliner Baru Meski Harga Mahal, Gen Z Relatif Santai

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Siapa sangka, anggapan bahwa perempuan lebih cepat tergoda tren kuliner ternyata tidak tepat. Sebuah riset terbaru dari Populix justru membuktikan bahwa kaum pria terutama milenial, lebih gesit alias gercep dalam berburu makanan dan minuman kekinian.

Baca juga: Tantang Gen Z Masak Pakai Rempah Indonesia, Chef Ron: Eksplorasi dan Keberanian Adalah Kunci

Fenomena ini terungkap dalam laporan bertajuk “Millennials and Gen Z Report: Exploring the Hip F&B Phenomenon” yang dirilis Populix, Rabu (14/8/2025).

Penelitian ini melibatkan 1.100 responden generasi milenial dan Gen Z di seluruh Indonesia dengan komposisi gender dan status pernikahan yang seimbang. Mayoritas mereka adalah pekerja kelas menengah ke atas yang tinggal di Pulau Jawa.

VP of Research Populix, Indah Tanip mengungkapkan fakta mencengangkan bahwa sebanyak 14 persen responden laki-laki mengaku akan mencoba setiap kali ada tren baru dan 29 persen mengaku akan mengeksplorasi rasa baru setidaknya sebulan sekali.

“Kerap kali dinilai lebih cuek, ternyata menurut penelitian terbaru Populix kaum laki-laki cenderung lebih gercep dalam urusan mencoba tren kuliner kekinian," ujarnya pada siaran pers, Kamis (14/8/2025).

"Berbeda dengan perempuan yang cenderung lebih FOMO karena dipengaruhi oleh tren media sosial," tambahnya.

Menariknya, fenomena FOMO atau fear of missing out atau takut ketinggalan tren lebih dominan dialami perempuan.  Sekitar 30 persen responden wanita mengaku rela mencoba kuliner baru jika sedang viral di media sosial.

Dari sisi generasi, milenial ternyata lebih nekat mencoba inovasi kuliner, bahkan jika harganya mahal atau lokasinya jauh.  Sebaliknya, Gen Z lebih santai dan cenderung hanya bereksperimen sesekali saja dalam rentang beberapa bulan.

Meski penampilan dan gimmick promosi bisa bikin penasaran, faktor harga tetap jadi raja di dunia kuliner kekinian.  Mayoritas responden, terutama milenial menyebut harga terjangkau sebagai alasan utama mereka mencoba menu baru.

Gen Z sedikit berbeda mereka lebih tertarik pada kemasan dan tampilan yang Instagramable. Selain itu, bahan dan rasa unik (28 persen), keviralan di media sosial (27 persen), serta ketersediaan di aplikasi pesan antar (10 persen) juga mempengaruhi keputusan mencoba.

Indah menegaskan, meski promosi dari influencer atau food blogger cukup mempengaruhi, efek rekomendasi orang terdekat ternyata jauh lebih ampuh.

“Meskipun rekomendasi influencer maupun food blogger cukup berpengaruh, generasi muda jauh lebih mempercayai rekomendasi orang terdekat, seperti teman atau keluarga mereka," ujarnya.

Baca juga: Perkuat Ketahanan Pangan RI, Generasi Milenial Diajak Aktif Ciptakan Solusi di Sektor Pertanian

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun dorongan eksternal menyumbang pengaruh, pada akhirnya pengalaman pelanggan yang menjadi faktor utama langgengnya sebuah usaha kuliner. "Harapannya temuan-temuan di atas dapat mendukung pengembangan usaha-usaha kuliner di Indonesia,” ujarnya.

Dari temuan ini, jelas bahwa strategi pemasaran kuliner kekinian tidak bisa hanya mengandalkan gimmick atau promosi viral.  Kombinasi harga terjangkau, rasa unik, dan word of mouth dari pelanggan setia menjadi kunci untuk bertahan di tengah persaingan.

Baca juga: Punya Banyak Keunggulan, Gen Z Sumber Peluang Pertumbuhan Organisasi

Jadi, kalau ingin bisnis kuliner Anda meledak, jangan cuma berharap tren sesaat.  Pastikan pelanggan mau kembali bukan hanya karena ikut-ikutan, tapi karena benar-benar puas.