Cara Mengasah Potensi Anak dengan Down Syndrome: Hindari Stigma, Beri Ruang Ekspresi
Anak dengan Down Syndrome memiliki banyak potensi layaknya anak lainnya.
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anak dengan Down Syndrome memiliki banyak potensi layaknya anak lainnya.
Down Syndrome merupakan kelainan genetik yang sering terjadi karena ada kelainan kromosom atau memiliki kromosom 21 ekstra.
Baca juga: Wujudkan Perawatan Optimal, Program JKN Permudah Akses Terapi Bagi Anak Down Syndrome
Kondisi ini menyebabkan perubahan perkembangan fisik dan mental anak. Anak down syndrome memiliki ciri-ciri fisik yang khas dan mengalami beberapa masalah kesehatan.
Psikolog Pritta Tyas Mangestuti mengatakan, anak dengan down syndrome memiliki beragam potensi, mulai dari musik, seni hingga olahraga. Orang tua harus menggali potensi tersebut, bukan membatasinya.
“Potensi itu sering muncul jika lingkungan menyediakan eksposur dan latihan, bukan membatasi karena stigma,” kata dia dalam kegiatan MerdekadariStigma di Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (13/8/2025).
Berikut cara mengasah potensi anak Down Syndrome:
1. Jauhkan dari Stigma
Stigma yang dikaitkan dengan anak down syndrome memiliki dampak pada kesehatan mental.
Sengaja atau tidak, banyak orang meremehkan dan menganggap anak down syndrome kurang mampu melakukan banyak aktivitas.
Kemudian muncul rasa kasihan.
Padahal kata dia, cara pandang bisa mengubah sikap dan perasaan anak down syndrome menjadi lebih bahagia.
“Justru pandangan ini kurang tepat dan membuat mereka terasa lemah. Ini yang perlu disuarakan jangan melabeli anak. Orang tua dan masyarakat harus mengubah mindset kasihan menjadi respect,” ujar dia.
2. Tidak Batasi Anak
Ketika anak-anak dengan Down Syndrome diberi ruang untuk membagikan bakat mereka akan merasakan peningkatan rasa percaya diri, rasa memiliki, serta motivasi untuk terus berkembang.
Pada saat yang sama, hal ini juga membuka mata anak-anak dan keluarga lain akan keindahan keberagaman.
Potensi di musik misalnya orang tua bisa mengajak anak bermain alat musik, bernyanyi dengan ekspresi emosional yang kuat.
Di seni kata Prita, anak bisa diajak melukis, membuat kerajinan dan bermain teater.
Di bidang olahraga, anak bisa diajak atletik, renang, senam, tarian yang mengasah koordinasi dan rasa percaya diri.
Ajarkan anak down syndrome tentang ketekunan, dimana harus memiliki fokus yang tinggi pada satu aktivitas yang disukai.
“Komunikasi sosial seperti hangat, empati tinggi dan mampu membangun koneksi kuat dengan orang lain,” ujar Prita.
3. Ikut Komunitas
Bagi orang tua, langkah terpenting adalah berfokus pada kekuatan yang dimiliki anak, memberikan dorongan secara konsisten, serta mencari komunitas pendukung dan panduan dari para ahli.
Memiliki jaringan yang tepat seperti Kelompok Seribu Paras dan Potads (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome) dapat memberikan perbedaan besar, membantu orang tua menghadapi tantangan sekaligus merayakan setiap pencapaian.
Seorang anak dengan down syndrome dari komunitas Seribu Paras, Vanessa, berani mengekspresikan identitas diri melalui desain pakaian anak yang ceria, penuh warna-warni semarak kemerdekaan, dan ramah anak.
Karya Vanessa menjadi simbol harapan, kreativitas, dan kemampuannya untuk tampil percaya diri.
Orang tua dari Vanessa, Fintje Tjandra yang turut hadir mengatakan, sebagai orang tua sudah melihat bakat Vannesa sejak kecil.
Vanessa sering mencoret kertas dan kemudian menggambar untuk mengekspresikan perasaannya. Meskipun memiliki keterbatasan sebagai anak itu bukan halangan.
“Kami semakin ingin mendukung setiap langkah kecil yang ia ambil. Melihat hasil karyanya ada di koleksi Mothercare yang bisa dikenakan banyak anak adalah kebahagiaan yang tak ternilai. Ini bukan hanya tentang karya seni, tapi tentang keberanian, penerimaan, dan harapan bahwa semua anak berhak merasa bangga atas siapa mereka” ujar Fitje.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.