Senin, 29 September 2025

Sandy Tisa Mengaku Tidak Mengikuti Pakem Tertentu Saat Melukis

Ia menghadirkan karya-karya yang mengedepankan intuisi dan proses kreatif yang unik berbeda dari pendekatan konvensional.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
HandOut/IST
PAMERAN LUKISAN - Sandy Tisa, seniman abstrak asal Bandung, kembali menunjukkan eksplorasi artistiknya melalui pameran tunggal bertajuk Souls of Protopia di Kendys Gallery yang berlangsung hingga 16 Februari 2025. Dalam melukis, Sandy tidak mengikuti pakem tertentu dan membiarkan lapisan demi lapisan terbentuk, tanpa ada konsep yang terlalu mengikat. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sandy Tisa, seniman abstrak asal Bandung, kembali menunjukkan eksplorasi artistiknya melalui pameran tunggal bertajuk Souls of Protopia di Kendys Gallery yang berlangsung hingga 16 Februari 2025. 

Ia menghadirkan karya-karya yang mengedepankan intuisi dan proses kreatif yang unik berbeda dari pendekatan konvensional.

"Saya tidak mengikuti pakem tertentu dalam melukis dan membiarkan lapisan demi lapisan terbentuk, tanpa ada konsep yang terlalu mengikat," ujar Sandy saat ditemui di sela-sela pembukaan pameran, Sabtu (25/1/2025).

Sandy lebih memilih membangun karyanya secara spontan karena setiap sapuan kuas adalah respons terhadap pengalaman batin yang terus berkembang.

"Saya lebih memilih mengikuti intuisi daripada aturan. Tidak ada batasan yang mengikat, hanya percakapan antara saya dan kanvas," tambahnya.

Pemilik Kendys Gallery, Denny menyebut karya-karya Sandy sebagai refleksi yang kuat dari dinamika emosi dan pemikiran.

"Sandy memiliki gaya yang khas dalam mengekspresikan perasaannya ke dalam kanvas dan karyanya tidak hanya berbicara tentang bentuk, tetapi juga membawa penikmat seni ke dalam perenungan yang lebih dalam," ujar Denny.

Tema pameran ini sesuai dengan visi Kendys Gallery dalam menghadirkan pameran seni yang mampu menggugah perspektif dan emosi pengunjung.

"Kami selalu mendukung seniman-seniman yang berani bereksperimen dan menghadirkan sesuatu yang baru. Pameran ini adalah contoh bagaimana seni bisa menjadi sarana eksplorasi tanpa batas," tambahnya.

Pameran ini menampilkan serangkaian lukisan abstrak yang menggambarkan topografi pikiran, seakan menjadi peta perjalanan batin yang terus berubah.

Dengan warna-warna berlapis dan tekstur yang dinamis, Sandy ingin mengajak penikmat seni untuk menafsirkan sendiri makna di balik setiap karyanya.

"Yang menarik bagi saya bukan hanya hasil akhirnya, tetapi bagaimana setiap lapisan warna dan tekstur saling bertemu, berbenturan, lalu membentuk harmoni baru," jelas Sandy.

Proses kreatifnya dimulai dengan menempatkan banyak lapisan di permukaan kanvas, kemudian melepaskan konsep atau makna tertentu dan berfokus pada intuisi.

Baginya, momen paling menarik dalam berkarya adalah ketika kejutan-kejutan artistik yang tidak terduga muncul.

Melalui Souls of Protopia, Sandy Tisa menegaskan bahwa seni tidak selalu tentang bentuk yang jelas, tetapi bagaimana sebuah karya mampu berkomunikasi secara emosional dengan siapa saja yang melihatnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan