Kamis, 2 Oktober 2025

Bacaan Doa

Niat Puasa Syawal dan Keutamaan bagi yang Menjalankan

Puasa Syawal merupakan ibadah puasa sunnah yang dilaksanakan setelah Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri.

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Nuryanti
Freepik
Ilustrasi puasa - Puasa Syawal dijalankan selama 6 hari di bulan Syawal. 

Berpuasa pada enam hari pertama setelah Idul Fitri, dapat memperbaiki amalan kita yang kurang sempurna selama Ramadhan.

Dalam hadis riwayat Muslim, puasa Syawal 6 hari akan menjadi penghapus dosa-dosa yang dilakukan selama Ramadhan sebelumnya.

2. Dianjurkan Rasulullah SAW

Puasa Syawal 6 hari merupakan ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Rasulullah sendiri sangat aktif melaksanakan puasa ini.

Dalam beberapa hadis dinyatakan bahwa beliau tidak pernah melewatkan puasa Syawal kecuali karena sakit atau keperluan lain yang penting.

3. Terdapat Pahala yang Besar

Puasa Syawal 6 hari juga memberikan kesempatan untuk memperbanyak amal ibadah dan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis riwayat Abu Dawud:

“Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia telah memperoleh pahala puasa sepanjang tahun”

4. Menyempurnakan Ibadah

Seorang Muslim yang memahami ibadah dilakukannya tentu tidak akan pernah merasa cukup dengan hasil atau pahala yang diberikan oleh Allah SWT.

Oleh karena itu, ia melakukan ibadah-ibadah sunah tambahan, satu di antaranya adalah puasa enam hari di bulan Syawal sebagai cara untuk memperbaiki ibadah wajib telah dilaksanakan sebelumnya.

Sudah jelas bahwa puasa Syawal dapat dimanfaatkan untuk menyempurnakan ibadah wajib lainnya, seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Rajab dalam kitabnya:

'Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya.'

'Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama.'

'Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.' (Latho-if Al Ma’arif, hal. 394.).

(Tribunnews.com, Widya)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved