Mayoritas Komunitas Pecinta Kebaya Inginkan Indonesia Ikut Joint Nomination ke Unesco
Mayoritas komunitas pecinta kebaya, Pewaris Kebaya Labuh dan Kerancang menginginkan Indonesia
2 Pewaris Kebaya, Kerancang dan Labuh yang sudah terdaftar di WBTB Nasional dan memenuhi persyaratan sepakat ikut joint nomination serta 21 komunitas lainnya berpendapat Indonesia ikut Joint nomination.
Pewaris Kebaya Kerancang, Vielga melalui link zoom menyatakan, saat ini mendaftarkan kebaya secara Joint Nomination bersama 4 negara Asean adalah pilhan terbaik. “Kalau kita lihat ke belakang, sebaiknya Indonesia ikut joint nomination karena jangan sampai kita tidak dapat apapun dan itu bisa lebih buruk lagi,” tukasnya.
Pendapat senada disampaikan oleh Mellyana Pewaris kebaya Labuh juga melalui link zoom dari Riau yang hadir bersama dengan 5 komunitas lainnya. Melly menjelaskan ada persamaan budaya dengan negara tetangga. Salah satunya adalah Kebaya Labuh itu mirip dengan kebaya yang ada di Johor dan Malaka. “ Kami, komunitas kebaya di Riau berpendapat agar Indonesia ikut Joint Nomination. Pencataan budaya ke Unesco itu bertujuan safe guarding dan melestarikan budaya tidak ada kaitannya dengan hak milik,” ujar Melly panjang lebar.

Lia Natalia dari Komunitas Perempuan Berkebaya {KPB} dan Rahmi Hidayati {PBI} juga berpendapat sebaiknya Indonesia ikut joint nomination.Direktur Institut Sarinah, Eva Sundari mengingatkan. “bila Indonesia berkeras kekbaya hanya milik Indonesia, kita akan hilang kesempatan melestarikan warisan budaya, “ ujar Eva melalui zoom sekaligus megatakan kasus Songket harus menjadi pelajaran agar tidak rugi bertubi-tubi.
Sementara itu anggota Tim Riset Timnas Hari Kebaya yang juga antropog D Kumioratih menjelaskan bahwa pendaftaran kebaya ke Unesco adalah nilai dan budaya dari kebaya bukan kebaya sebagai benda atau artefak. Sebagai budaya, perlintasan kebaya tentu sangat luas sampai ke negara tetangga. “Justru denga ikut joint nomination menunjukkan jiwa besar Indonesia untuk bersama menjaga dan berbagi budaya,” tukasnya.
Heru Nugroho dari Kebaya Tradisi.id yang juga mengawal Pencak Silat ke Unesco berbagi pengalaman mengenai pengurusan pendaftaran elemen budaya ke UNESCO. Heru juga mengingatkan bahwa inskripsi ke Unesco itu bukan benda atau artefak, “sekali lagi yang harus kita pahami dan ingat, pendaftaran ke Unesco adalah nilai budayanya. Ini seperti halnya Pencak Silat yang diinskripsikan ke UNESCO adalah Pencak Silat sebagai tradisi,” paparnya.