Plastik PET Seperti yang Digunakan Botol dan Galon Sekali Pakai Paling Ramah Lingkungan
Sampah plastik PET harus dilihat dan diperlakukan sebagai bahan baku, bukan sebagai sampah yang tidak bernilai.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Daur Ulang Indonesia (ADUPI) menyoroti paradigma masyarakat seringkali kurang tepat.
Plastik PET seperti yang digunakan pada botol dan galon sekali pakai adalah bahan yang paling ramah lingkungan jika dibandingkan dengan jenis plastik lainnya, karena paling mudah didaur ulang.
Sampah plastik PET harus dilihat dan diperlakukan sebagai bahan baku, bukan sebagai sampah yang tidak bernilai.
"Industri daur ulang memerlukan sampah plastik dalam jumlah besar, terutama jenis PET dengan kode 1 seperti yang dipakai botol dan galon sekali pakai," kata Christine Halim Ketua Umum ADUPI dalam keterangan pers, Rabu (7/10/2020).
Baca: Desain Kendaraan Pembersih Sampah Plastik Nirawak Karya Pelajar Indonesia Juara Kompetisi di Inggris
Christine menyampaikan itu saat peluncuran Gerakan Ekonomi Sirkular yang didukung Le Minerale yang bekerja sama denganIndonesian Waste Platform (IWP) dan Asosiasi Daur Ulang Indonesia (ADUPI).
"Karena harganya mahal, kata dia sampah plastik PET menjadi rebutan para pemulung dan sulit ditemukan di tempat pembuangan akhir," katanya.
“Plastik jenis PET seperti yang dipakai botol dan galon Le Minerale paling mahal harganya dan paling bernilai untuk didaur ulang. Hasilnya adalah barang-barang komoditas bernilai ekonomi tinggi seperti polyester, dacron sintetis, geotextile, bantal, baju winter, kancing," katanya.
Plastik PET dapat didaur ulang hingga 50 kali dan menghemat bahan baku produksi sehingga tren permintaan ekspornya terus naik.
"Karena itu kami menghimbau masyarakat melakukan pemilahan sampah dari rumah, bekerja sama dengan bank sampah atau petugas pemilahan sampah, agar plastik tersebut menjadi sumber ekonomi berkelanjutan,” katanya.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya menyatakan pemerintah mendukung penuh partisipasi para penggagas konversi sampah menjadi material yang memiliki manfaat berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungannya.
"Pemerintah menghargai setinggi-tingginya mereka yang menggerakkan sebanyak mungkin orang untuk mengurai sampah menjadi salah satu mata rantai dari konsep ekonomi sirkulasi," kata Siti Nurbaya saat peluncuran Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo yang disampaikan melalui video belum lama ini.
Gerakan ini didukung Le Minerale yang bekerja sama dengan Indonesia Waste Program (IWP) dan Asosiasi Daur Ulang Indonesia (ADUPI).
"Pemerintah akan selalu mendukung semua pihak penyelenggara ekonomi sirkulasi dari sampah ini, terutama sampah plastik, yang sering
dituding sebagai material pencemar lingkungan," kata Siti.
Ronald Atmadja, Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya mengatakan, Le Minerale berkomitmen tinggi mendukung upaya pemerintah dan ingin berkontribusi sebesar-besarnya mengelola sampah plastik.
Saat ini kami sedang menyusun road map sustainability plastik.
Mulai dari bahan baku sampai sampah akan dikelola dengan baik dan mendukung kelestarian lingkungan.
"Botol dan galon Le Minerale terbuat dari plastik PET yang dapat didaur ulang dan tidak mencemari lingkungan," katanya.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya menyatakan pemerintah mendukung penuh partisipasi para penggagas konversi sampah menjadi material yang memiliki manfaat berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungannya.
"Pemerintah menghargai setinggi-tingginya mereka yang menggerakkan sebanyak mungkin orang untuk mengurai sampah menjadi salah satu mata rantai dari konsep ekonomi sirkulasi," kata Siti Nurbaya saat peluncuran Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo yang disampaikan melalui video belum lama ini.
Gerakan ini didukung Le Minerale yang bekerja sama dengan Indonesia Waste Program (IWP) dan Asosiasi Daur Ulang Indonesia (ADUPI).
"Pemerintah akan selalu mendukung semua pihak penyelenggara ekonomi sirkulasi dari sampah ini, terutama sampah plastik, yang sering
dituding sebagai material pencemar lingkungan," kata Siti.
Febri Hutama, Sustainability Manager Le Minerale mengatakan, kerja sama ini akan terus membesar dan bekerja sinergis, bukan hanya mengelola plastik sampah kemasan Le Minerale tapi juga merek-merek lain.
"Dengan pendekatan ekonomi sirkular, sampah plastik yang semula kita pandang sebagai masalah justru mendatangkan rejeki dan berkah. Karena selain menjaga lingkungan, dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat,” imbuh Febri Hutama, Sustainability Manager Le Minerale.
Koordinator IWP Ica Marta Muslin menyatakan mengapresiasi dukungan Le Minerale pada Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo.
"Kami optimis dapat melindungi aset pariwisata kami sekaligus mendapatkan tambahan finansial dari pengelolaan sampah,” katanya.