Sabtu, 4 Oktober 2025

Kasus Bunuh Diri Siswi SMP di Ciracas, Pemerhati Sebut sebagai Bagian dari 'Dosa Lingkungan'

Ramainya pemberitaan di media tentang kasus bunuh diri SN siswi SMP di Ciracas disebut sebagai bagian dari 'dosa lingkungan'.

Editor: bunga pradipta p
KOMPAS.COM/DEAN PAHREVI
Suasana pemakaman siswi SMPN Jakarta berinisial SN di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Jumat (17/1/2020) 

TRIBUNNEWS.COM - Pekan lalu publik dihebohkan dengan kejadian bunuh diri yang dilakukan oleh siswi SMP di Ciracas, Jakarta Timur.

Siswi yang diketahui berinisial SN (14) melompat dari lantai 4 gedung sekolahnya, Selasa (14/1/2020) sore.

Dua hari dirawat, SN akhirnya meninggal dunia pada Kamis (16/1/2020) sekitar pukul 16.15 WIB sore.

Kasus SN pun menjadi ramai setelah beberapa tangkapan layar percakapannya viral.

Begitu pula soal curahan hati terkait sikap orangtua maupun teman di sekolah mewarnai pemberitaan.

Suasana pemakaman siswi SMPN Jakarta berinisial SN di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Jumat (17/1/2020)
Suasana pemakaman siswi SMPN Jakarta berinisial SN di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Jumat (17/1/2020) (KOMPAS.COM/DEAN PAHREVI)

Dugaan SN menjadi korban bullying atau perundungan sempat mencuat meski dibantah pihak sekolah.

Menanggapi kasus tersebut, pegiat smart parenting dan juga founder  Sanggar Berumpun, Chrisnina Sari menyebut kasus SN tidak dapat dilihat dari satu sisi.

Wanita yang akrab disapa Nina itu mengungkapkan dari ramainya pemberitaan di media bisa disimpulkan kasus SN dan semacamnya adalah sebagai bagian dari 'dosa lingkungan'.

"Apa itu dosa lingkungan? Yaitu sebuah kesalahan yang terkait dengan bagaimana lingkungan melihat," ungkap Nina kepada Tribunnews melalui keterangan tertulis, Kamis (23/1/2020).

Nina mengungkapkan lingkungan seolah-olah tidak bisa menerima ketidaksempurnaan.

"Sempurna atas standar lingkungan itu sendiri. Jika seseorang ini tidak bisa mencapat standar kesempurnaan lingkungan, biasanya mereka akan dibully atau dikucilkan," ujarnya.

Nina mencontohkan, banyak anak yang dianggap bodoh jika nilai matematikanya jelek.

"Berapa banyak anak yang dianggap malas jika mereka ketiduran di kelas? Berapa anak yang dianggap kuper dan tidak gaul jika mereka tidak punya HP atau tidak punya Instagram," ungkapnya.

Baca Juga: Viral Cerita Anak Dipaksa Mengisap Jempol Kaki, Berikut Tips Memilih Pengasuh

Hal tersebut menurut Nina akan cendurung menuju bullying.

"Jika ada dari mereka yang mempertahankan diri, biasanya akan dibully secara bersama-sama atau dengan prinsip people power."

"Belum tentu salah, tetapi karena tidak ada temannya maka social judgement-nya yang langsung memutuskan bahwa anak ini salah," ungkapnya.

Memperbaiki Pola Pikir

Ilustrasi pola pikir
Ilustrasi pola pikir (https://countrydating.com.au)

Nina mengungkapkan, yang paling penting untuk diperbaiki adalah pola pikir.

"Mendidik anak supaya pintar, bisa mengerjakan soal tes, itu gampang sekali. Yang susah adalah membentuk karakter mereka untuk teguh hati," ungkap Nina.

Memperbaiki pola pikir disebut Nina tidaklah mudah. Akan tetapi tetap mungkin dijalankan.

"Mulai dari orangtuanya dulu. Tetapi sayangnya, saat ini juga banyak orangtua yang masih belum matang," sebutnya.

Menurut Nina, masih banyak orangtua yang masih memiliki beban masa lalu yang belum selesai.

"Maka jika orangtua tidak bersedia mengubah mindsetnya, memaafkan masa lalu dan memandang anaknya sebagai orang baru yang bukan dirinya melainkan sebagai pribadi utuh yang memiliki potensinya sendiri, maka akan banyak anak yang terselamatkan," ungkapnya.

Anak Butuh Kenyamanan

Ilustrasi
Ilustrasi (hellosehat.com)

Nina mengungkapkan pada dasarnya anak hanya membutuhkan rasa nyaman.

"Rasa nyaman untuk diterima dan menjadi dirinya sendiri. Jika dia tidak mendapatkannya di rumah, dia akan mencari di luar rumah," ungkap Nina.

Kenyamanan di luar rumah menurut Nina dapat berupa dengan teman-temannya.

"Atau yang berbahaya lagi adalah dengan membuat geng," ungkapnya.

Nina menyebut, bagi mereka yang kurang pandai bergaul, tidak diterima di antara teman-temannya adalah sebuah hal yang sangat menakutkan.

"Sehingga beberapa bisa melakukan segala cara supaya dapat diterima."

"Nah, jika cara mereka masih tidak mampu membuat mereka diterima, bisa jadi mereka merasa ditolak dan mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya," ujar Nina.

Hal ini dapat dikarenakan sang anak merasa di rumah tidak diterima, di pergaulan dan lingkungan juga tidak diterima.

"Untuk itu, supaya kita memiliki generasi muda yang teguh hatinya, pastikan mereka sudah merasa nyaman di rumah," ungkapnya.

Nina menyebut orangtua sangat berperan penting untuk hal ini.

"Ajarkan dan bangunlah rasa bahwa anak-anak ini berharga. Bahkan lebih berharga dari apapun juga," ungkapnya.

Dengan hal itu, Nina menyebut anak akan menjadi pribadi tangguh.

"Ketika mereka sudah cukup dengan dirinya, mereka tidak akan mudah menyerah."

"Mereka akan menjadi anak-anak yang Tangguh karena mereka tahu ada orangtua dan keluarga yang sealu mendukungnya," ungkap Nina.

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved