Kamis, 2 Oktober 2025

Anak Marah dan Melempar-lempar Mainannya, Ini yang Harus Diketahui Orangtua

Kalau anak marah ketika sedang bermain dan melempar-lempar mainan jangan langsung mencap mereka sebagai anak nakal

Tribun Jabar/GANI KURNIAWAN
Sejumlah anak main mobil tamiya di atas lintasan yang disediakan pedagang mobil tamiya di halaman Mesjid Pusdai Jabar, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (7/6/2017). Mereka melakukan permainan ini menjelang sore sambil ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Kalau anak marah ketika sedang bermain dan melempar-lempar mainan jangan langsung mencap mereka sebagai anak nakal

Psikolog Anak, Saskhya Aulia Prima menjelaskan kemarahan si anak bisa jadi karena si kecil sudah bosan dengan mainannya sehingga ia meluapkan emosinya dengan melempar mainannya.

Biasanya si anak sudah bosan karena ia merasa mainannya tidak memiliki tantangan alias kegampangan.

“Gampangnya, kita lihatnya malah beranggapan dia nakal karena mainan dilempar. Padahal itu karena dia udah bosan,” ungkap Saskhya saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (15/11/2018) lalu.

Mainan memang merupakan stimulus yang paling dekat dengan anak selain orangtua.

Baca: Tips untuk Orangtua Hadapi Perilaku Agresif Anak

Sehingga Saskhya mengingatkan agar orangtua memperhatikan mainan si anak dan memberikan mainan yang sesuai dengan umur anak.

Saskhya pun menjelaskan efeknya kalau anak umur delapan tahun diberikan mainan untuk anak usia dibawahnya fungsinya hanya sebagai mainan saja tapi tidak membantu perkembangan anak.

“Usia menggambarkan kemampuan apa yang anak punya, kalau anaknya udah umur delapan tahun yang dia mainin mainan anak umur tiga tahun, ya gak akan nambah apa-apa,” kata Saskhya.

Nah sebaliknya jika anak umur tiga tahun diberikan mainan untuk anak umur delapan tahun bisa menggangu psikologi anak, anak bisa menjadi stres karena ia kesulitan memainkannya.

“Sesuatu yang berlebihan dan kekurangan itu hasilnya tidak baik efek psikologi anak bisa stres,” papar Saskhya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved