Inspirasi
Bisnis Mode Khusus Pria Berlabel Men's Republic Antarkan Sukses Yasa Singgih
Bisnis mode khusus pria berlabel Men's Republic antarkan kesuksesan pada sosok muda Yasa Singgih.
Kerugian yang tak sedikit itu tidak membuat Yasa kapok berbisnis. Buktinya, setelah mengikuti UN, ia mulai dengan bisnis baru pada pertengahan 2013. Kali ini, ia lebih serius menjajaki bisnis dengan menjual produk mode khusus pria. Awalnya, anak bungsu dari tiga bersaudara ini, menjual sepatu berbahan kulit sintetis.
Yasa tak sekadar berjualan. Ia bekerja sama dengan pabrik sepatu asal Bandung untuk memproduksi sepatu kasual dan formal untuk laki-laki. Yasa kembali merintis usaha ini tanpa modal uang. Setelah mendapatkan pabrik yang tepat, ia diberikan 250 pasang sepatu. Nah, Yasa diberi tenggat dua bulan untuk mengembalikan hasil penjualan sepatu.
Tenggat waktu itu membuat ia berpikir lebih serius untuk usahanya. Yasa mulai menjajaki media sosial untuk menjual sepatu tersebut. Akhirnya, dalam waktu dua bulan, semua sepatu itu bisa terjual.
Sejak 2014, Yasa menerapkan konsep pada usahanya. Men’s Republic dipasarkan sebagai produk khusus pria dengan kualitas premium tetapi berbanderol harga yang sesuai dengan di kantong anak muda. Berdasar surveinya, Yasa mendapati bahwa rata-rata pembeli Men’s Republic berusia 15 tahun–25 tahun. Dus, ia menyesuaikan agar harga produknya tak lebih dari Rp 500.000 per item.
Saat ini, Men’s Republic menjual berbagai produk. Selain sepatu, Men’s Republic juga memasarkan pakaian dalam, celana dalam, sandal, dan jaket. Kisaran harganya Rp 195.000 hingga Rp 395.000 per produk. Kini, dia serius mengembangkan branding dan penjualan.
Hingga sekarang, Yasa bekerja sama dengan enam pabrik di Bandung. Untuk tiap macam produk yang ia jual, pabrik yang membuatnya pun berbeda. Yasa bilang, untuk sepatu, pabrik yang bekerja sama dengannya juga memproduksi sepatu merek lain, seperti Yongki Komaladi dan Fladeo. Makanya, Yasa ingin mengikuti jejak merek tersebut untuk membesarkan nama Men’s Republic. “Merek-merek itu tak punya pabrik sama sekali, tapi penjualannya luar biasa, kan? Saya mau terapkan hal yang sama pada usaha saya,” kata dia.
Kini, penjualan Men’s Republic sudah di atas 500 pasang sepatu per bulan, ditambah produk lain. Yasa mengantongi omzet ratusan juta rupiah dari usaha ini. Laba bersihnya cukup menarik, bisa sampai 40% .
Di masa mendatang, Yasa sudah menyiapkan beberapa produk baru yang mau ia buat, seperti ikat pinggang dan celana. “Yang pasti, saya mau memperluas pemasaran dan memantapkan konsep bisnis karena Men’s Republic bukan sekadar online shop,” tukasnya.
Dua bekal menjadi miliuner
Menjadi pengusaha di usia muda tidak membuat Yasa Paramita Singgih berpuas diri. Ia menyadari masih harus banyak belajar, baik dari sesama pengusaha, maupun dari pengalaman sendiri. Bagi Yasa, pengusaha harus punya dua modal utama, yakni keberanian dan relasi.
Dua hal inilah yang mengantarkan seseorang masuk ke arena bisnis. “Uang bukanlah modal yang utama. Banyak yang salah kaprah bahwa bisnis harus dimulai kalau sudah punya uang,” ujar mahasiswa Bina Nusantara, Jakarta ini.
Nah, jika sudah punya rencana bisnis, Yasa menyarankan calon pengusaha untuk tak terlalu banyak pertimbangan. Menurut dia, bisnis harus dijalani dahulu. Memang risiko gagal pasti ada. Di situlah karakter pengusaha diuji. “Pengusaha itu bukan menghindari risiko kegagalan, tapi berusaha untuk terus-menerus menghadapi kegagalan,” tegas dia.
Memiliki pengalaman sebagai MC pada masa remaja ternyata ada gunanya untuk Yasa. Sejak merintis usaha Men’s Republic, dia rajin diundang menjadi pembicara pada seminar mengenai dunia bisnis.
Tiap akhir pekan, ketika tak ada jadwal kuliah, Yasa mengisi waktu menjadi pembicara. Ia membagikan pengalamannya sebagai pengusaha muda. Yasa bilang, kebanyakan peserta seminar tak menyangka bahwa usianya bahkan belum mencapai 20 tahun. “Saya sering mengisi seminar di kampus yang pesertanya mahasiswa. Kalau saya bilang usia saya, mereka kaget karena tak menyangka,” ucapnya.
Tapi, meski masih muda, masyarakat tak lagi memandangnya sebelah mata. Menurut Yasa, saat ini kesempatan untuk anak muda untuk bersinar dalam bidang bisnis terbuka lebar. Ini sejalan dengan moto hidupnya, never too young to become billionaire.
(J. Ani Kristanti, Marantina)