Minggu, 5 Oktober 2025

Inspirasi

Bisnis Mode Khusus Pria Berlabel Men's Republic Antarkan Sukses Yasa Singgih

Bisnis mode khusus pria berlabel Men's Republic antarkan kesuksesan pada sosok muda Yasa Singgih.

TRIBUNNEWS.COM - Menjadi pengusaha di usia muda merupakan pilihan hidup Yasa Paramita Singgih. Di saat teman-temannya sibuk dengan pelajaran sekolah dan kehidupan sosial, Yasa malah mencari uang.

Ya sejak usia 15 tahun, Yasa menggulirkan bisnis mode khusus pria yang diberi nama Men’s Republic. Kini, omzet bisnis Yasa mencapai ratusan juta rupiah per bulan.

Kala masih duduk di bangku SMP kelas tiga, ayah Yasa, Marga Singgih, terkena penyakit jantung. Kejadian itu membuat dia memikirkan masa depannya. Ia tak ingin menjadi beban bagi orang tua. Yasa pun mencoba mencari kegiatan yang bisa mengisi koceknya.

Dia berpikir, setidaknya untuk memiliki uang saku dan uang buku saya tak perlu lagi minta pada orang tua. Yasa remaja pun melamar kerja sebagai Master of Ceremony di salah satu acara yang diselenggarakan di pusat perbelanjaan di Jakarta.

Setelah diterima, dalam seminggu ia bisa mengisi tiga acara pada akhir pekan. Bayaran yang ia terima saat itu Rp 350.000 setiap kali tampil. Padahal Yasa mengaku tak punya modal untuk cuap-cuap di depan penonton. “Karena terpaksa, ya, jadi bisa dan malah terbiasa,” kata dia.

Nah, pengalaman mencari uang sendiri membuat Yasa bersemangat. Ketika masuk SMA Regina Pacis, Jakarta, pada usia 16 tahun, Yasa mulai masuk ke dunia bisnis secara kecil-kecilan.

Dia menjual kaus pria secara online. Saat itu, ia sudah menggunakan nama Men’s Republic. Namun, kaos yang ia jual merupakan kaus yang dibuat oleh penjahit borongan di Pasar Tanah Abang.

Modal Yasa saat itu hanya keberanian mencoba. Sepengetahuannya, dia bisa membeli kaus di pasar untuk kemudian dijual secara online.

“Saat itu, saya belum punya relasi, jadi saya datangi penjahit satu per satu untuk beli barang mereka, lalu saya jual via Blackberry Messenger,” cerita dia.

Usaha penjualan kaus ia rintis tanpa modal. Pasalnya, Yasa diberi kepercayaan oleh para penjahit Tanah Abang untuk mengambil barang dengan sistem utang. “Ketika barang sudah laku, baru saya bayar jadi saya benar-benar tidak keluar modal duit,” tandasnya.

Semangat bisnis Yasa pun kian menggebu-gebu. Pada 2012, ia menjajal bisnis lain dengan membuka kafe kecil yang ia beri nama Ini Teh Kopi di kawasan Kebun Jeruk. Selang enam bulan, ia membuka cabang baru di Mal Ambassador, Jakarta Selatan.

Namun ternyata, semangat bisnis tersebut tidak dibarengi dengan perhitungan bisnis yang matang. Lantaran tidak bisa mengurus dua jenis bisnis secara bersamaan, Yasa malah merugi. Keuntungan dari berjualan kaus harus ia relakan untuk menutup kerugian kafenya.

Hingga, pada awal 2013, dia memutuskan menutup kedua kafenya. Bahkan karena sudah tak punya modal, ia juga harus menghentikan usaha penjualan kaus. Kalau dihitung-hitung, Yasa bilang, ia rugi Rp 100 juta dari kegagalan itu.

Kebetulan pada saat itu, Yasa juga harus mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional. “Karena tak punya modal lagi untuk beli barang dan ada UN, jadi saya fokus untuk urusan sekolah saja. Usaha baju saya hentikan sementara,” cetus pria yang lahir diBekasi pada 23 April 1995 ini.

Bisnis dengan konsep

Halaman
12
Sumber: Kontan
Tags
inspirasi
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved