Inspirasi
Anfield, Bocah Tuna Rungu dengan Bakat Melukis Luar Biasa
Inilah Anfield Wibowo, bocah tuna rungu yang menginspirasi lewat bakat melukisnya yang luar biasa.
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Di dalam kesunyian, Anfield Wibowo (9) menemukan dunianya: melukis.
Melukis menjadi cara Anfield mengekspresikan imajinasi dan perasaannya yang mungkin susah ia ungkapkan lewat komunikasi verbal biasa.
Ya, Anfield adalah seorang bocah berkebutuhan khusus.
Putra semata wayang pasangan Donny dan Vera ini memang terlahir difabel dengan gangguan pada pendengarannya (tuna rungu). Namun Anfield memiliki bakat melukis yang mungkin tidak dimiliki anak lainnya.
Ketertarikan Anfield pada dunia melukis sudah terlihat oleh kedua orang tuanya sejak ia berusia dua tahun.
"Saat itu ia suka mencorat-coret di kertas. Mulanya hanya pakai pensil. Tapi makin lama, media yang digunakan berkembang," tutur Donny kepada Tribunnews.com di sela acara HiLO ARTivity, Minggu (10/3/2014). Di acara itu, Anfield berkolaborasi dengan sejumlah pelukis difabel dewasa dan pelukis profesional, termasuk pembimbingnya, Yos Soesilo, melukis di atas bungkus susu.
Setelah pensil, Donny bercerita lagi, Anfield beralih ke spidol, lalu krayon, dan cat poster.
Hingga akhirnya siswa SD SLBB Pangudi Luhur Jakarta ini terlena menyapu cat akrilik di atas kanvas.
Sejak dua tahun terakhir ini, kedua orang tuanya menyertakan Anfield dalam kursus melukis. Di bawah asuhan pelukis profesional Yos Soesilo di Bengkel Pelukis Cilik, Anfield pun mempertajam bakatnya.
"Berbeda dari murid kursus lainnya, Anfield tidak meniru. Sementara mereka melukis objek yang ada di majalah atau Google, ia langsung mengekspresikan apa yang ada di imajinasi dan hatinya," cerita Donny.
Karena itu, Anfield disebut sebagai pelukis beraliran ekspresionis. Segala sesuatu yang terlukis bisa dipastikan itu luapan perasaan sang pelukis. Begitu pula halnya dengan lukisan Anfield.
"Kalau hatinya sedang galau, terlihat dari dominasi warna yang kelam. Lalu objek dan cerita yang dilukisnya," ungkap Donny.
Hal ini pun membantu Donny sebagai orang tua untuk mengetahui perasaan putranya. Lukisan pun menjadi media ia berkomunikasi dengan sang anak.
Dikenal karyanya yang begitu jujur dan orisinal, Anfield telah beberapa kali mendapatkan kesempatan untuk memamerkan karyanya. Baik itu dalam pameran bersama maupun tunggal.
Terakhir, bocah kelahiran 19 November 2004 ini menggelar pameran tunggal bertajuk "Imajinasi Tanpa Batas" di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Agustus 2013 silam.
Beberapa karyanya ada pula yang terjual. Ditanya soal harga, Donny enggan mengungkapkannya. Yang jelas lumayan untuk menambah biaya pendidikan Anfield.
Melihat bakat putra sewayangnya itu, Donny mendukung penuh bila anaknya memilih berprofesi sebagai pelukis.
Menurutnya, melukis memiliki andil besar dalam pembentukan karakter seorang anak. Tak hanya anak berkebutuhan khusus, tetapi juga anak umumnya.
Melukis, kata Donny, melatih konsentrasi, kemampuan motorik halus, melatih pengambilan keputusan, pencarian solusi, dan menuangkan visi dan misi. Karena itu, Donny merekomendasikan agar para orang tua mengenalkan dunia melukis kepada anak, berbakat maupun tidak. Semuanya bisa dimulai dengan secarik kertas dan pensil.
Namun peran orang tua di sini hanyalah sebatas fasilitator. Sangat diharamkan bila orang tua mengarahkan anaknya untuk menggambar atau melukis objek tertentu.
Biarkan anak melakukannya sesuai imajinasi mereka.
"Saya pernah diperingatkan oleh guru melukis Anfield. Jangan pernah meracuni anak dengan perspektif orang dewsa. Anak-anak memiliki daya imajinasi tinggi. Kalau menurut mereka langit itu hijau, yah biarkan saja," ucapnya.