Senin, 6 Oktober 2025

Jakarta Fashion Week 2013

Ini Bukti Fashion Indonesia Siap Mendunia Saingi Prancis

Lihatlah deretan karya desainer Indonesia ini. Betapa fashion kita siap mendunia, saingi Paris, Prancis!

Penulis: Daniel Ngantung
Ini Bukti Fashion Indonesia Siap Mendunia Saingi Prancis - 17.jpg
Dokumentasi Panitia Jakarta Fashion Week 2013
Lebih dari 170 desainer, baik lokal maupun internasional, memamerkan karya-karya mereka di salah satu perhelatan terpenting dalam kalender mode Indonesia itu. diantaranya Busana Jumpsuit karya (Ki-Ka): May & June by Barli Asmara - IKAT by Didiet Maulana - Awin Amir.
Ini Bukti Fashion Indonesia Siap Mendunia Saingi Prancis - 25.jpg
Dokumentasi Panitia Jakarta Fashion Week 2013
Lebih dari 170 desainer, baik lokal maupun internasional, memamerkan karya-karya mereka di salah satu perhelatan terpenting dalam kalender mode Indonesia itu. diantaranya Busana Berpeplum karya (Ki-Ka): IKAT by Didiet Maulana - Ghea Panggabean - Albert Yanuar - Musa Widyatmodjo.
Ini Bukti Fashion Indonesia Siap Mendunia Saingi Prancis - 34.jpg
Dokumentasi Panitia Jakarta Fashion Week 2013
Lebih dari 170 desainer, baik lokal maupun internasional, memamerkan karya-karya mereka di salah satu perhelatan terpenting dalam kalender mode Indonesia itu. diantaranya Busana Digital Printed karya (Ki-ka): Billy Tjong - Yosafat - Ari Seputra - Ghea Panggabean.
Ini Bukti Fashion Indonesia Siap Mendunia Saingi Prancis - 43.jpg
Dokumentasi Panitia Jakarta Fashion Week 2013
Lebih dari 170 desainer, baik lokal maupun internasional, memamerkan karya-karya mereka di salah satu perhelatan terpenting dalam kalender mode Indonesia itu. diantaranya, Busana Colorblockig karya (Ki-Ka): BINhouse by Obin - Major Minor - Kromo by Auguste Soesastro - Lenny Agustin.

"Selama itu dipakai dengan sesuai. Misal, memadukannya dengan celana panjang skinny yang gelap dan sepatu bertumit super tinggi. Ini supaya peplum piece-nya membuat penampilan wanita itu terlihat proposional, bukan menciptakan volume di area pinggang," katanya.

Color Blocking

Busana-busana yang memiliki perpaduan warna-warna yang senada atau kontras juga diprediksikan akan menjadi tren mode tahun depan.  Major Minor,  BinHouse oleh Obin, dan Kromo oleh Auguste Soesastro, Lenny Agustin adalah beberapa lini busana dan desainer yang menampilkan busana dengan permainan warna unik ini.

Obin, desainer dan pemilik BINhouse, membuat blouse tak berlengan yang kedua sisinya memiliki dua warna berbeda dengan potongan asimetris.

Perpaduan tiga warna dihadirkan Auguste dalam dress bersiluet a-line.

Permainan warna yang sama juga dihadirkan Major Minor. Di antara koleksi terbarunya, terlihat sebuah blouse putih dipadukan dengan rok panjang berwarna kuning dan biru.

Tren Warna

Berbicara soal colorblocking tak lepas dari warna itu sendiri. Warna juga punya tren. Menurut Taruna K Kusmayadi, Ketua Asosiasi Perancang & Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), warna-warna seperti turqouise, blue marine, fuschia dan cokelat akan mendominasi ranah mode Indonesia tahun depan. "Tak lupa, mustard dan beige," kata dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini.

Barli Asmara untuk May & June, Oscar Lawalata, Albert Yanuar, dan desainer busana muslim Monika Jupry adalah beberapa desainer yang telah mengeksplor warna-warna tersebut.

Busana Digital Printed

Teknologi memungkinkan para desainer untuk berkreasi melampaui batas. Dengan teknologi digital printing, para desainer dengan bebasnya berkreasi, membuat corak dan motif unik pada busana rancangan mereka. Corak bernuansa Indonesia ditampilkan Yosafat dan Ghea Panggabean. Yosafat, peserta Fashion Forward, menghadirkan busana-busana bersiluet modern dengan motif relief candi-candi. Adapun Ghea mengangkat motif wayang.

Motif bernuansa India diangkat oleh Ari Seputra. Gebrakan diberikan oleh Yosafat yang menghadirkan busana dengan motif hasil pindaian foto-foto yang dipotretnya. Beberapa gambar diambilnya ketika berkunjung ke Ubud, Jembatan Kebun Raya Bogor, dan Klenteng di Jakarta. Semuanya dituangkan dalam busana bersiluet modern dengan aksen volume.

Tak jarang, beberapa desainer juga memanfaatkan teknologi ini untuk mengangkat motif kain tradisional. Harga kainnya pun jadi lebih terjangkau karena dapat diproduksi masal. Timbul wacana kalau teknik tersebut dapat mengancam pendapatan para perajin lokal yang membuat dengan cara konvensional dan keaslian kain itu sendiri. Namun ketua Cita Tenun Indonesia (CTI), Okke Hatta Rajasa menegaskan hal tersebut bukan masalah asalkan para desainer memberi kredit dari mana kain itu berasal. "Wajar saja, kita hidup di zaman teknologi. Toh, ini juga bagian dari pelestarian budaya juga," katanya.

Lintas Budaya

"Tren tahun depan lebih condong kepada busana-busana yang bernuansa Afrika, Asia dan Eropa. Sebetulnya kita sudah melihat tren-tren ini sebelumnya. Tahun depan adalah pengulangan apa yang sudah terjadi," ujar desainer kondang Ghea  Panggabean.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved