UMKM Batik Perlu Ekosistem yang Kondusif dalam Pasar Digital
Pemerintah mengapresiasi keterlibatan swasta dalam mengembangkan UMKM Batik.
Penulis:
Rahmat Gilang Maulana
Editor:
Dodi Esvandi
Kata dia, Batik Arkanza awalnya hanya berjualan dari garasi rumah dengan dua orang karyawan.
Kini, Batik Arkanza telah tersedia secara online melalui Tokopedia dan Shop | Tokopedia dan berhasil mempekerjakan 50 karyawan.
“Saya bisa belajar banyak dari program Melokal dengan Batik. Awalnya produk batik Arkanza dijual secara konvensional dan kini sudah bisa di e-commerce.
Bukan itu saja, motif batik Arkanza juga semakin banyak dan konsep brand juga naik. Kini kami mulai masuk ke anak muda,” ujar Oki.
Kepala bidang usaha Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Riesta Karentina menjelaskan, 60 persen dari 64,5 juta UMKM batik masuk kategori mikro.
UMKM batik mikro ini perlu bantuan untuk membangun ekosistem agar bisa semakin tumbuh berkembang.
“Tantangan UMKM batik itu ada dua, pertama aspek legalitas dan yang kedua manajerial.
Masalah legalitas yang paling sering ditemukan antara lain kasus hak intelektual dan juga hak merek, sedangkan masalah manajerial yaitu bagaimana UMKM mikro bisa dikelola dengan baik hingga bisa mencari pasar sendiri,” jelas Riesta.
Januari-Agustus, Nilai Penjaminan KUR Jamkrindo ke UMKM Tembus Rp 100 Triliun |
![]() |
---|
Bamsoet Dorong Optimalisasi APBN Untuk Program Peningkatan Daya Beli dan Menciptakan Lapangan Kerja |
![]() |
---|
Batik Biru-Cokelat Ciri Khas Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa, Kerap Dipakai di Beberapa Acara Penting |
![]() |
---|
Festival UMKM NTB: Menko PM dan Kementerian UMKM Perkuat Legalitas Nasabah PNM |
![]() |
---|
Habib Idrus Salim Aljufri Soroti Penyaluran Kredit dan Likuiditas Perbankan, Minta OJK Awasi Himbara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.