Arya Sinulingga Sebut Kementerian BUMN Cari Komisaris dan Direksi Terbaik Guna Perkuat Pertamina
Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga mengatakan saat ini BUMN tengah mencari komposisi yang tepat untuk Pertamina.
Diharapkan, Ahok bisa memberikan masukan mengenai pengembangan energi terbarukan oleh Pertamina.
"Pertamina bisa mengurangi impor dengan berbagai cara."
"Apakah membuat kilang atau apapun itu, intinya adalah mengurangi atau mengembangkan B30, atau mengembangkan energi terbarukan," ujar Arya, dikutip dari Kompas TV, Senin (25/11/2019).
Arya menilai pemilihan Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina guna memperkuat jajaran pejabat Komisaris Pertamina.
"Komisaris akan diperkuat, itu inti pertama ya, komisaris akan diperkuat," jelas Arya.
Staf Khusus Menteri BUMN itu juga menjelaskan, fungsi dari seorang komisaris adalah melakukan pengawasan.
"Kemudian komisaris itu mempunyai fungsi untuk melakukan pengawasan," kata dia.
"Jadi masuknya Pak Ahok itu bagian dari sana gitu, dengan kemampuan beliau pasti arahnya ke sana," lanjut Arya.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN pada pasal 60 ayat 1, menyebut sebagai Komisaris Utama, Ahok memiliki tugas dan wewenang untuk melaksanakan pengawasan terhadap pengurusan BUMN yang dilakukan oleh direksi.
Serta memberi nasihat kepada direksi dalam melaksanakan kegiatan pengurusan BUMN.

Selain Ahok, Kementerian BUMN juga mengangkat Komjen Polisi Condro Kirono sebagai Komisaris Pertamina untuk memperkuat jajaran komisaris.
Sama seperti Ahok, Arya Sinulingga juga menyebut jika pengangkatan Condro Kirono ke dalam jajaran Dewan Komisaris Pertamina, untuk memperkuat fungsi pengawasan agar target pengurangan impor migas dapat tercapai.
Sementara itu, mengenai alasan dari pemilihan Ahok, Menteri BUMN Erick Thohir menilai Ahok bisa membantu Pertamina mencapai target-target ke depannya.
"Kenapa Pak Basuki di Pertamina, di dampingi oleh Pak Wamen juga, saya rasa bagian terpenting bagaimana target-target Pertamina, bagaimana mengurangi impor migas harus tercapai, bukan berarti anti impor, tapi mengurangi," ujar Erick di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (22/11/2019), dikutip dari YouTube Kompas TV.
Erick menilai tugas di Pertamina sangat berat, sehingga diperlukan kerja sama tim dan pembagian tugas.