Sabtu, 4 Oktober 2025

Kopi Liberika Meranti, Inovasi Desa Kedaburapat di Lahan Gambut

Di Indonesia, kopi melimpah ruah dan setiap daerah memiliki karakternya masing-masing.

Editor: Content Writer
ISTIMEWA
Kepala Desa Kedaburapat, Mahadi mengatakan, untuk menunjang aktivitas ekonomi petani kopi Liberika Meranti, dana desa yang diterima Desa Kedaburapat dimanfaatkan untuk memperbaiki jalan usaha tani. 

TRIBUNNEWS.COM, RIAU - Siapa yang tak tahu dan tak menyukai kopi? Minuman yang identik dengan warna hitam itu sudah pasti dikenal banyak orang di penjuru dunia. Di Indonesia, kopi melimpah ruah dan setiap daerah memiliki karakternya masing-masing.

Di tanah Sumatera, kopi yang kita kenal mungkin Kopi Gayo dan Kopi Lampung.Namun, di salah satu desa di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, terdapat kopi unik yang tak kalah dari dua contoh kopi di atas.

Liberika Meranti demikian nama kopi unik yang ada di Desa Kedaburapat, Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti.

Disebut unik karena Kopi Liberika Meranti memiliki beberapa ciri khas khusus seperti buah kopinya memiliki ukuran yang lebih besar daripada buah kopi arabika maupun robusta. Hal ini karena kulit buah kopinya sangat tebal, sehingga tidak dapat diproses secara manual.    

Ketebalan kulit kopi ini membuat kopi liberika tahan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Kopi liberika juga memiliki kandungan kafein yang lebih rendah daripada jenis kopi lainnya serta aman untuk lambung.

Satu keunikan kopi yang hampir tidak ada di jenis kopi lain adalah kemampuannya  tumbuh di  tanah gambut yang sangat sulit ditanami.

Dalam sekali panen, bisa mencapai 100 kg, dengan kisaran harga jual kopi besarannya Rp2.500/kg. Setiap petani bisa mendapat Rp 250 ribu per 20 hari.
Dalam sekali panen, bisa mencapai 100 kg, dengan kisaran harga jual kopi besarannya Rp2.500/kg. Setiap petani bisa mendapat Rp 250 ribu per 20 hari. (dok. Kompas.com)

Namun, justru di Desa Kedaburapat yang  tanahnya ber gambut itulah, kopi unik tersebut berhasil dibudidayakan. Tak salah kalau kemudian Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa Kedaburapat terus berinovasi untuk mengembangkan penanaman kopi Liberika Meranti ini.

Al-Hakim, salah satu petani kopi  Liberika Meranti, mengatakan kopi tersebut berbeda dengan kopi arabika atau robusta, yang notabenenya tumbuh di dataran tinggi.

"Biji kopi Liberika Meranti ini dapat tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian hanya 1 meter di atas permukaan laut. Padahal tanah gambut ini memiliki tingkat keasaman yang tinggi, namun kopi Liberika justru tumbuh dan sukses  ditanam di lahan ini" kata Hakim saat ditemui di Desa Kedabu Rapat, Riau, Rabu (9/4/2019).

Dengan kemampuannya tumbuh di tanah gambut menurut Hakim membuat Kopi liberika kini menjadi produk unggulan Desa Kedaburapat, selain juga ada pinang dan kelapa.

Hakim bahkan sudah mematenkannya ke tingkat pusat lewat Kementerian Pertanian dan Kementerian Hukum dan HAM dengan nama kopi Liberika Meranti.  Bicara soal bibit, Hakim mengatakan jika ia memiliki 222 batang induk pohon kopi liberika dan sudah mempunyai  varietas unggul nasional. 

Meski tumbuh di tanah gambut namun ada perlakuan unik pada tanah untuk proses penanaman Kopi Liberika Meranti. Sebelum penanaman, tanah gambut dipadatkan terlebih dahulu selama 3-4 tahun. Sembari menunggu tanah padat, warga menyiapkan bibit kopi yang sudah disemai di dalam polybag.

Setelah tanah memadat, gambut tersebut kembali dibersihkan dengan membuat pancang lobang dengan kedalaman 40 x 40 cm dan didiamkan selama setengah bulan.

Kemudian membuat parit-parit kecil sebagai jalannya air yang dihasilkan oleh gambut tersebut.Sementara untuk pemupukan sebaiknya diberikan 3-4 kali selama setahun dengan pupuk organik saja.

Menurut Hakim tanaman kopi Liberika Meranti dipanen setiap 20 hari sekali.Dalam sekali panen, bisa mencapai 100 kg, dengan kisaran harga jual kopi besarannya Rp2.500/kg.Setiap petani bisa mendapat Rp 250 ribu per 20 hari.Hasil panen kopi Liberika tersebut, dikatakan Hakim, diekspor ke berbagai negara tetangga, terutama ke Malaysia.

"Selain untuk konsumsi diminum, kami juga tengah mengembangkan  inovasi lain untuk produk kopi Liberika, yakni untuk pengharum ruangan dan mobil. Kami berharap dengan inovasi-inovasi ini produk kopi Liberika Meranti menjadi lebih unggul dan dapat mengharumkan nama desa dan nama Indonesia," jelas Hakim.

Adapun inovasi desa dan hasil positif tersebut tak lepas dari peran pemerintah pusat, melalui Kementerian Desa PDTT. Lewat Dana Desa yang digulirkan pemerintah pusat dan dikawal penggunaannya  oleh Kementerian Desa, desa didorong untuk berinovasi agar menjadi semakin mandiri dan meningkatkan kesejahteraan seluruh warganya.

Kepala Desa Kedaburapat, Mahadi mengatakan, untuk menunjang aktivitas ekonomi petani kopi Liberika Meranti, dana desa yang diterima Desa Kedaburapat dimanfaatkan untuk memperbaiki jalan usaha tani. 

Dengan perbaikan jalan usaha tani, petani kopi yang sebelumnya hanya dapat mengangkut hasil panen kopi sebanyak 50 kilogram dengan menggunakan sepeda kayuh, kini, petani kopi dapat mengangkut hasil panen kopi sebanyak 200 kilogram dengan menggunakan gerobak yang ditarik sepeda motor.

Perlu diketahui letak desa Kedaburapat berada di gugusan pulau terluar di Selat Malaka, memiliki tantangan yang tak mudah.

Selain menghadapi ancaman intrusi air laut masuk ke pemukiman warga, tanah di desa ini tidak stabil karena seluruhnya adalah tanah gambut yang tidak padat.

Tidak ada kendaraan roda empat yang bisa melintas di desa ini, karena jalan desa hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua.

Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur jalan menjadi sangat mendesak dan penting di desa ini, terutama untuk membantu aktivitas ekonomi warga desa serta membantu akses kesehatan warga.

"Dana desa kami alokasikan terutama untuk menunjang aktivitas ekonomi warga melalui pembangunan infrastruktur jalan, khususnya perbaikan jalan usaha tani bagi para petani desa, atau JUT (Jalan Usaha Tani).Dari tahun 2015 sampai 2018, jalan usaha tani yang dibangun dan diperbaiki total sepanjang 4.000 meter," kata Mahadi.

Ternyata kondisi geografis yang sulit dan letak yang terpencil, tidak menjadi penghalang bagi warga desa Kedaburapat untuk melakukan inovasi desa.

Bagaimana dengan desamu? Apa potensi dan produk unggulan desamu yang bisa dikembangkan? Yuk mulai dari desa, berinovasi mulai dari desa, agar desa semakin maju dan mandiri.(*)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved