Isu Terkini Kesehatan Reproduksi, Dari Kualitas Keintiman hingga Terobosan Atasi Masalah Kesuburan
Kesehatan reproduksi bukan sekadar urusan medis, tetapi menyangkut kualitas hidup, relasi, dan kesejahteraan psikologis.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesehatan reproduksi bukan sekadar urusan medis, tetapi menyangkut kualitas hidup, relasi, dan kesejahteraan psikologis.
Dalam seminar ilmiah bertajuk “Penanganan Uroginekologi Estetika dan Penanganan Infertilitas Terkini” yang digelar oleh Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Jawa Barat, sejumlah isu krusial dibedah oleh para pakar.
Baca juga: Dorong Kesadaran Kesehatan Reproduksi, FK Universitas Negeri Malang Gelar PROTEKSI di SMKN 2 Malang
Para ahli ini terlibat dalam diskusi ilmiah menarik seputar kesehatan reproduksi yakni mulai dari kualitas keintiman, pendekatan non-bedah dalam uroginekologi, hingga pembaruan strategi program hamil.
Acara ini menghadirkan sejumlah pakar di bidangnya.
“Melalui seminar ini, kami tidak hanya berbagi ilmu dengan sejawat, tetapi juga ingin masyarakat tahu bahwa kini ada pilihan layanan fertilitas yang siap menjadi solusi masalah kesehatan reproduksi,” ujar dr. Hanom Husni Syam.
Secara keseluruhan, dalam seminar ini, para ahli sepakat jika kesehatan reproduksi adalah hak yang harus dipahami secara menyeluruh—bukan hanya soal fungsi biologis, tetapi juga kenyamanan, estetika, dan psikologis.
Dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan berbasis ilmu, layanan kesehatan kini bergerak menuju arah yang lebih inklusif dan empatik
Apa saja yang dibedah dalam diskusi tersebut? Berikut rinciannya.
Kualitas Keintiman: Dimensi yang Sering Terabaikan
Dalam seminar diskusi seputar kualitas keintiman dalam hubungan pasangan dibahas.
Kualitas keintiman sering kali luput dari perhatian medis, padahal ia berperan penting dalam kesehatan reproduksi dan mental.
Baca juga: Tak Semua Kelainan Organ Reproduksi Anak Terlihat Jelas, Begini Cara Orang Tua Bisa Mengetahuinya
Gangguan seperti nyeri saat berhubungan, penurunan libido, atau disfungsi seksual bisa menjadi indikator adanya masalah uroginekologi atau hormonal.
Dalam seminar yang digelar bersamaan dengan pengenalan Grha Bunda Fertility Center, sebuah klinik pelayanan yang konsen pada fertilitas di Bandung, para ahli menekankan pentingnya pendekatan multidisipliner—menggabungkan aspek medis, psikologis, dan estetika—untuk meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan diri perempuan.
Uroginekologi Non-Bedah: Solusi Minim Invasif
Kemudian ada bahasan seputar penanganan uroginekologi tak selalu harus melalui operasi.
Strategi non-bedah kini menjadi pilihan utama dalam menangani gangguan seperti inkontinensia urin, prolaps organ panggul, dan nyeri kronis.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.