Senin, 29 September 2025

Tuberkulosis Masih Jadi Ancaman Serius, 14 Orang Meninggal Setiap Jam di Indonesia

Indonesia menempati peringkat kedua dunia untuk kasus TB dengan 1.090.000 kasus baru dan 125.000 kematian setiap tahun. 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Tribunnews.com/Irwan Rismawan
Sejumlah relawan melakukan kampanye penanggulangan penyakit Tuberkulosis di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (12/4). Kegiatan tersebut untuk meningkatkan angka penemuan dan penyembuhan penyakit Tuberkulosis dengan menjalankan Gerakan Ketuk Pintu. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Meski sudah ada berbagai program kesehatan, Indonesia masih berjuang menghadapi double burden, penyakit menular seperti tuberkulosis (TB) dan penyakit tidak menular seperti kanker paru serta Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Menurut Global TB Report 2024, Indonesia menempati peringkat kedua dunia untuk kasus TB dengan 1.090.000 kasus baru dan 125.000 kematian setiap tahun. 

Itu berarti sekitar 14 orang meninggal setiap jam akibat penyakit ini.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menegaskan pentingnya strategi komprehensif untuk mengatasi masalah ini. 

Baca juga: Vaksin Tuberkulosis untuk Remaja dan Dewasa Baru Tersedia Tahun 2029

Hal ini disampaikan dalam pers rilis yang dibacakan oleh anggota PDPI, sekaligus Guru Besar dalam bidang Mikosis Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr. Anna Rozaliyani M.Biomed, SpP(K). 

“Tuberkulosis masih tetap menjadi salah satu penyebab kematian, dan tantangan besar lainnya adalah TB resisten obat,” ucapnya dalam acara peringatan hari jadi PDPI ke-52 secara virtual, Senin (8/9/2025). 

Selain TB, penyakit paru tidak menular juga semakin membebani sistem kesehatan. 

Data Kementerian Kesehatan tahun 2023 mencatat PPOK mencapai 145 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan kanker paru 18 kasus per 100.000 dengan angka kematian mencapai puluhan ribu setiap tahun.

Yang membuat kondisi makin kompleks adalah kebiasaan merokok. 

Rokok konvensional maupun elektrik sama-sama mengandung zat karsinogenik yang meningkatkan risiko kanker paru dan PPOK. 

Ditambah lagi, polusi udara dari kebakaran hutan maupun paparan di tempat kerja memperbesar ancaman.

Melihat kondisi ini, PDPI menekankan pentingnya pendekatan preventif dan promotif, bukan hanya kuratif. 

Screening TB, CT-scan dosis rendah untuk kanker paru, serta edukasi berhenti merokok dianggap krusial untuk menekan angka kesakitan dan kematian.

 

(Tribunnews.com/ Aisyah Nursyamsi)

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan