Ini Penyebab Kelahiran Prematur: Usia, Hipertensi, Pre Eklampsia Hingga Diabetes
Bayi yang lahir sebelum usia kandungan 37 minggu berisiko mengalami berbagai komplikasi mulai dari gangguan pernapasan hingga hambatan tumbuh kembang.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Proses kelahiran prematur atau belum pada waktunya hingga kini masih menjadi salah satu masalah serius dalam kesehatan ibu dan anak.
Baca juga: Angka Kelahiran Prematur Masih Tinggi, POGI Soroti Anemia, TBC hingga Obesitas pada Ibu Hamil
Bayi yang lahir sebelum usia kandungan 37 minggu berisiko mengalami berbagai komplikasi, mulai dari gangguan pernapasan hingga hambatan tumbuh kembang.
Dokter Spesialis anak dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, Jakarta Selatan, dr Ayu Sasmita Rani, SpA menjelaskan bahwa penyebab kelahiran prematur sangat beragam dan tidak bisa dilihat dari satu sisi saja.
“Penyebabnya faktor risikonya itu macam-macam, bisa dari faktor ibunya, misalnya usianya terlalu muda kurang lebih 20 tahun atau malah usianya lebih 35 tahun. Bisa juga karena kondisi medis seperti hipertensi, pre-eklampsia, atau diabetes,” ujarnya pada talkshow kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Senin (25/8/2025).
Selain usia dan kondisi medis, status gizi ibu juga sangat berpengaruh. Ibu dengan gizi buruk atau kekurangan nutrisi penting lebih rentan melahirkan bayi prematur.
Dari sisi kehamilan, adanya kehamilan ganda seperti bayi kembar juga meningkatkan risiko. Rahim yang menampung lebih dari satu janin cenderung bekerja lebih berat sehingga peluang kelahiran prematur semakin besar.
Tidak hanya itu, faktor dari bayi juga bisa menjadi penyebab. Kelainan bawaan serta kromosom, hingga riwayat kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya turut menambah risiko. “Jadi memang banyak faktor sekali ya, mulai dari faktor ibunya, kemudian faktor kehamilannya itu sendiri, sampai faktor dari bayinya,” jelas dr Ayu.
Baca juga: Sekira 78 Ribu Bayi Meninggal Dunia Per Tahun di Indonesia, Kelahiran Prematur Jadi Penyebab Utama
Kelahiran prematur juga bisa dipicu oleh kondisi ketuban pecah dini. Dalam beberapa kasus, ketuban pecah lebih cepat akibat infeksi, aktivitas fisik yang terlalu berat, atau memang bawaan dari sang ibu.
Kondisi ini membuat bayi lahir sebelum waktunya dengan organ yang belum sepenuhnya matang. Akibatnya, perawatan intensif biasanya dibutuhkan sejak awal kehidupan.
Bayi prematur menghadapi berbagai tantangan besar, termasuk imunitas tubuh yang masih lemah, risiko infeksi, hingga keterlambatan perkembangan. Bagi orang tua, merawat bayi prematur juga membutuhkan perhatian ekstra, tenaga, dan kesabaran yang panjang.
Meski begitu, harapan selalu ada. Dengan pemantauan ketat, dukungan medis, serta nutrisi yang tepat, bayi prematur tetap bisa tumbuh sehat dan mengejar ketertinggalan.
Baca juga: Kronologi Bella Bonita Melahirkan Putri Pertamanya, Alami Pecah Ketuban Bercampur Darah: Maafin Mama
“Penyebabnya multifaktor, bisa dari ibunya, bisa dari kehamilannya, bisa dari bayinya. Jadi harus benar-benar dipahami supaya kita bisa mencegah kelahiran prematur,” pungkasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.