Flu Singapura Bukan Penyakit Flu yang Biasa Dikenal Masyarakat, Ini Penjelasannya
Istilah "flu Singapura" muncul karena penyakit ini pertama kali teridentifikasi di Singapura pada tahun 1970.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam beberapa bulan terakhir, istilah “flu Singapura” kembali mencuat di tengah masyarakat, menyusul meningkatnya kasus pada anak-anak di sejumlah daerah.
Namun, benarkah ini sejenis flu? Atau sekadar nama populer dari penyakit lain yang lebih kompleks?
Dokter Spesialis Anak RSUP Surakarta, dr. Fatimah Mayasari, Sp.A menjelaskan bahwa secara medis penyakit ini bukanlah flu seperti yang biasa dikenal masyarakat. Nama medis dari flu Singapura adalah Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD).
Baca juga: Sama-Sama Muncul Lesi, Ini Perbedaan Flu Singapura dengan Cacar Air
“Flu Singapura ini sebetulnya secara medis tidak disebut sebagai flu Singapura, tetapi kita sebut sebagai HFMD atau Hand, Foot, and Mouth Disease,” jelas dr. Fatimah dalam Healthy Talk “Jangan Anggap Sepele Flu Singapura pada Anak” yang tayang di YouTube Tribunnews dan Tribun Health pada Senin (4/8/2025).
Nama "flu Singapura" muncul karena penyakit ini pertama kali teridentifikasi di Singapura pada tahun 1970.
Kemudian terjadi wabah besar pada tahun 2000 di negara tersebut, yang membuat masyarakat Indonesia lebih mengenalnya dengan nama tersebut.
Meskipun demikian, dr. Fatimah menegaskan bahwa HFMD bukanlah penyakit baru.
Penyakit ini sudah lama dikenal dalam dunia kedokteran anak. Gejalanya pun berbeda jauh dari flu biasa.
Jika flu biasa umumnya ditandai dengan pilek, batuk, dan demam, maka HFMD memiliki ciri khas lenting atau bintik kemerahan pada mulut, telapak tangan, dan telapak kaki.
Penyebab utama dari flu Singapura adalah virus, lebih tepatnya kelompok enterovirus non-polio, dengan yang paling sering ditemukan adalah Coxsackievirus A16 dan Enterovirus 71.
Yang membuat HFMD menjadi perhatian serius adalah tingkat penularannya yang sangat tinggi.
Virus dapat menyebar melalui tiga jalur utama yaitu fekal-oral, percikan pernapasan (droplet), dan kontak langsung.
“HFMD ini amat sangat mudah sekali menular karena penularannya itu dapat terjadi melalui tiga cara. Yang pertama adalah fekal oral. Kemudian melalui respirasi dan selanjutnya adalah kontak langsung,” ujar dr. Fatimah.
Pada jalur fekal-oral, misalnya, penularan bisa terjadi saat seorang anak sakit tidak mencuci tangan setelah buang air besar, lalu menyentuh benda di sekitarnya.
Anak lain yang menyentuh benda tersebut tanpa mencuci tangan dapat tertular saat makan atau menyentuh wajah.
Penularan juga bisa terjadi melalui droplet ketika orang yang terinfeksi berbicara, batuk, atau bersin.
Oleh karena itu, isolasi mandiri selama minimal tujuh hari sejak timbulnya gejala sangat disarankan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
“Pada mereka yang sedang terinfeksi sebaiknya memang dilakukan isolasi atau tidak bertemu dengan anak yang lainnya, sampai dengan hari ke-7 dari pertama kali terjadi infeksi,” tegasnya.
Sebagai langkah pencegahan, dr. Fatimah mengimbau masyarakat untuk membiasakan cuci tangan pakai sabun, menghindari berbagi alat makan, serta menjauhkan anak yang sedang sakit dari aktivitas bersama anak lain.
Meski sebagian besar kasus HFMD bersifat ringan dan dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari, perhatian ekstra tetap dibutuhkan karena risiko komplikasi.
Terutama jika anak mengalami dehidrasi akibat sulit makan dan minum karena sariawan parah di mulut.
Dengan edukasi yang tepat dan tindakan preventif, wabah flu Singapura bisa dicegah sejak dini, tanpa menimbulkan kepanikan yang berlebihan.
Kenali Tanda Saat Anak Kena Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut, Ini Cara Menanganinya |
![]() |
---|
Sama-Sama Muncul Lesi, Ini Perbedaan Flu Singapura dengan Cacar Air |
![]() |
---|
Tips Rawat Anak yang Terkena Flu Singapura di Rumah |
![]() |
---|
Saat Anak Terkena Flu Singapura, Butuh Berapa Lama untuk Sembuh? Ini Kata Dokter |
![]() |
---|
Ketahui Kapan Seharusnya Membawa Anak ke RS Saat Terinfeksi Flu Singapura |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.