Sabtu, 4 Oktober 2025

Balita Rentan Alami Anemia, Ketahui Penyebab dan Cara Mencegahnya

Anemia bisa menghambat perkembangan pada otak anak, gangguan permanet pada sistem motorik dan berujung pada prestasi akademiknya rendah.

FamilyDoctor.org
Anemia: Gejala, Penyebab dan Cara Pencegahan 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Penelitian menunjukkan bahwa satu dari tiga anak Indonesia mengalami anemia defisiensi besi (ADB) atau kondisi tubuh kekurangan zat besi.

ADB yang terjadi pada balita bisa menghambat perkembangan pada otak anak, gangguan permanet pada sistem motorik dan berujung pada prestasi akademiknya rendah.

Penyebabnya?

Dikutip dari kemkes.go.id, ADB lebih rentan pada anak usia 6 – 24 bulan.

Baca juga: Cegah Anemia, Anak Usia 6 Bulan ke Atas Wajib Diberi Makanan Pendamping Kaya Protein dan Zat Besi

Pada usia ini, kebutuhan zat besi meningkat 40 kali, sementara cadangan zat besi tubuh anak habis.

Oleh karena itu, memasuki periode pemberian MPASI, kebutuhan nutrisi anak harus lebih diperhatikan.

Sebanyak 97 persen kebutuhan zat besi diharapkan terpenuhi dari asupan MPASI.

Kekurangan nutrisi terutama zat besi menjadi penyebab umum kejadian ADB pada balita di Indonesia.

Ada pemahaman keliru tentang gizi menjadi pemicu anak kekurangan nutrisi, misalnya anggapan susu menyebabkan kegemukan.

Hal ini tidak sepenuhnya benar, susu memiliki manfaat jika dikonsumsi sesuai usia anak.

Dikutip dari laman Healthy Children, dokter anak dan ahli diet Natalie D, Muth, MD, MPH, RDN, FAAP juga memberikan saran asupan susu untuk balita.

Anak usia 12 – 24 bulan, kebutuhan konsumsi susu 470 ml per hari.

Sementara kebutuhan susu anak 2-5 tahun sebanyak 470 ml – 709 ml per hari.

Susu sapi dikenal sebagai sumber nutrisi yang penting bagi anak.

Terdapat kalsium, vitamin D, protein, vitamin A, dan zinc, yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.

Karena itu, penting untuk meluruskan kesalahpahaman tentang susu dan meningkatkan kesadaran akan manfaatnya bagi semua usia.

Dosen Sosiologi, Universitas Indonesia Dr. Erna Karim, M.Si. dalam tulisannya menyebutkan kader kesehatan memegang peranan penting dalam penyampaian informasi tentang gizi, agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang kesehatan di masyarakat.

“Kader Posyandu garda terdepan yang langsung bersentuhan dengan warga, terutama ibu dan anak,” jelas Erna dikutip Jumat (18/7/2025).

Karena itu Erna berharap, para kader posyandu ditingkatkan dalam segi pengetahuan gizi dan kesehatan sebagi penyuluh kesehatan.

Saat kader tidak mampu memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat, secara tidak langsung berdampak pada cara kerja kader.

Banyak yang menjalankan tugas hanya sebatas menggugurkan kewajiban semata.

Kader datang ke posyandu, mencatat, menimbang, lalu pulang.

Bukan karena tak peduli, tetapi karena minimnya motivasi dan dukungan kepada mereka," ungkap dia.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved