Kenali Tanda dan Cara Mencegah Brain Rot, Kondisi Otak Saat Sering Terpapar Konten Media Sosial
Brain Rot merujuk pada penurunan kemampuan berpikir kritis, daya ingat, dan fungsi eksekutif akibat paparan konten media sosial yang dangkal.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Baru-baru ini istilah Brain Rot atau pembusukan otak kembali diperbincangkan.
Risiko brain rot pada anak usia dini juga disorot oleh Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq.
Ia mengatakan, semakin sering anak berinteraksi dengan gadget maka risiko brain rot juga meningkat.
Lalu apa itu brain rot dari pandangan psikolog?
Meski tidak ditemukan dalam terminologi psikologi resmi, Brain Rot merujuk pada penurunan kemampuan berpikir kritis, daya ingat, dan fungsi eksekutif akibat paparan konten media sosial yang dangkal.
Sayangnya brainrot tak hanya dialami anak-anak melainkan orang dewasa juga.
Dikutip dari laman RS Marzoeki Mahdi, konten seperti prank, tantangan ekstrem, dan video pendek yang hanya berfokus pada sensasi bukan substansi, disebut sebagai pemicu utama fenomena ini.
Paparan konten pendek itu bisa menurunnya daya ingat, kehilangan fokus dan konsentrasi, penurunan kemampuan analisis, tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis dan kompleks, serta ketergantungan pada validasi sosial.
Konten yang hanya berorientasi pada hiburan instan membuat otak terbiasa dengan stimulus cepat dan tanpa tantangan berpikir yang mendalam.
Untuk mencegah dampak negatif Brain Rot, perlu mengatur penggunaan media sosial secara bijak.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1. Batasi waktu penggunaan media sosial
Sebaiknya penggunaan media sosial tidak lebih dari 1-1,5 jam sehari.
2. Pilih konten yang berkualitas
Konsumsi informasi dari sumber terpercaya dan kurangi konten yang hanya menawarkan hiburan instan.
3. Melatih keterampilan berpikir kritis
Coba biasakan membaca artikel, buku dan literasi, mengikuti diskusi mendalam, atau melakukan refleksi terhadap informasi yang diterima.
4. Tingkatkan interaksi sosial di dunia nyata
Luangkan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman secara langsung.
Tanda-tanda Terkena Brain Rot
Jika merasa sulit berkonsentrasi, sering lupa, atau mengalami kecemasan berlebihan akibat media sosial, mungkin saatnya untuk mengurangi konsumsi konten digital dan mencari bantuan profesional.
Brain Rot bukan sekadar tren media sosial, tetapi fenomena nyata yang berdampak pada kesehatan mental dan kognitif.
Misalnya menurunnya daya ingat dan kesulitan dalam pengambilan keputusan, tidak terbiasa menganalisis informasi secara mendalam, mudah stres dan cemas hingga frustasi ketika keinginannya tidak terpenuhi
Serta berkurangnya interaksi sosial yang bermakna karena kurang mampu menyelesaikan konflik dengan komunikasi yang efektif.
Brain Rot
pembusukan otak
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah
Fajar Riza Ul Haq
konten media sosial
RS Marzoeki Mahdi
Respons Putusan MK, Pemerintah Masih Hitung Besaran Anggaran untuk Sekolah Swasta Gratis |
![]() |
---|
Kejagung Usut Kasus Pengadaan Laptop Era Nadiem, Wamendikdasmen Pastikan Programnya Sudah Berhenti |
![]() |
---|
Pigai Usul Kebijakan Dedi Mulyadi Kirim Siswa ke Barak Diterapkan Nasional jika Berhasil |
![]() |
---|
VIDEO Gerakan 1.000 Siswa SMK Sales Naik Kelas: Mendikdasmen Siapkan Lulusan Siap Kerja & Wirausaha |
![]() |
---|
Momen Mendikdasmen Abdul Mu'ti Berkelakar Soal Ijazah Palsu di Acara Ikatan Alumni UIN Jakarta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.