Jumat, 3 Oktober 2025

Pakar Soroti Efektivitas Metode THR untuk Kurangi Kebiasaan Merokok, Apa Manfaat dan Risikonya?

Metode Tobacco Harm Reduction (THR) terus menjadi perbincangan dalam dunia kesehatan sebagai salah satu pendekatan untuk mengurangi kebiasaan merokok.

Tribunnews.com/Alivio
SELAMATKAN PEROKOK - Pemaparan dari ahli atau praktisi mengenai upaya selamatkan perokok di Indonesia di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (3/2/2025). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Metode Tobacco Harm Reduction (THR) terus menjadi perbincangan dalam dunia kesehatan sebagai salah satu pendekatan untuk mengurangi kebiasaan merokok

Sejumlah praktisi kesehatan memberikan pandangan mereka mengenai efektivitas dan tantangan dalam penerapan metode ini di Indonesia.

Baca juga: Kemenkes Siapkan Obat untuk Bantu Proses Berhenti Merokok

Praktisi kesehatan dr. Arifandi Sanjaya menjelaskan bahwa metode THR bertujuan untuk mengurangi dampak buruk dari kebiasaan merokok dengan menawarkan alternatif yang lebih rendah risiko. 

"Prinsip dasar THR adalah memberikan solusi bagi perokok yang sulit berhenti total dengan menggunakan produk yang memiliki kadar zat berbahaya lebih rendah dibandingkan rokok konvensional," kata dr. Arifandi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (3/2/2025).

Meskipun demikian, ia menekankan bahwa metode ini bukan berarti bebas risiko. 

"THR bisa menjadi langkah awal bagi perokok untuk mengurangi konsumsi rokok, tetapi harus diimbangi dengan edukasi yang tepat serta dukungan dari tenaga kesehatan agar transisinya berjalan efektif," ujarnya.

Baca juga: Atasi Epidemi Merokok, Pemerintah Perlu Strategi Kebijakan Komprehensif Berbasis Bukti Ilmiah

Sementara itu, dr. Ronny Lesmana, dosen dari Fakultas Kedokteran Unpad Bandung sekaligus salah satu penulis Lives Saved Report, menyoroti pentingnya bukti ilmiah dalam penerapan metode ini. 

"Studi yang ada menunjukkan bahwa THR memiliki potensi dalam menurunkan angka perokok aktif. Namun, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan, terutama dalam jangka panjang untuk memastikan keamanannya," ungkapnya.

Ia juga menyebutkan bahwa berdasarkan publikasi Public Health England, produk tembakau alternatif diklaim memiliki risiko 95 persen lebih rendah dibandingkan rokok konvensional. 

"Meski demikian, kita harus berhati-hati dalam menerapkannya sebagai kebijakan kesehatan publik. Perlu ada regulasi yang ketat dan kontrol terhadap produk-produk yang beredar di pasaran," ujar dr. Ronny.

Dalam praktiknya, metode THR masih menghadapi tantangan besar di Indonesia, terutama terkait dengan stigma dan kurangnya pemahaman masyarakat. 

Sementara itu Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, menekankan perlunya intervensi kebijakan untuk memastikan metode ini diterapkan secara tepat.

"Intervensi kebijakan harus dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan masyarakat, agar pengurangan bahaya rokok bisa lebih optimal," ujar dr. Siti Nadia.

Dengan semakin banyaknya bukti ilmiah yang mendukung metode THR, para ahli berharap pemerintah dapat mempertimbangkan strategi pengurangan dampak merokok dengan pendekatan yang lebih komprehensif.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved