Minggu, 5 Oktober 2025

Ramadan 2023

PUASA SEHAT, Kapan Penderita Diabetes Perlu Batalkan Puasa? Begini Kata Dokter

Setidaknya ada tiga hal kondisi bagi penyandang diabetes disarankan untuk membatalkan puasanya.

Shutterstock
Yuk, ketahui mitos dan fakta seputar berpuasa bagi diabetesi! 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Penderita diabetes sebenarnya diperbolehkan dan aman berpuasa.

Asalkan gula darahnya dapat terkendali dengan baik.

Baca juga: Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Pasien Diabetes Saat Puasa, Salah Satunya Jangan Lewatkan Sahur

Namun, bagi penyandang diabetes perlu tahu, kapan mereka harus membatalkan puasa.

Setidaknya ada tiga hal kondisi bagi penyandang diabetes disarankan untuk membatalkan puasanya.

Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Endokrinologi Metabolik dan Diabetes RS Pondok Indah
dr. M. Ikhsan Mokoagow, M.Med.Sci, Sp. P. D., Subsp. E. M. D, FINASIM.

Pertama penyandang diabetes disarankan untuk membatalkan puasanya jika kadar gula darah (kurang) dari < 70 mg/dL.

Baca juga: PUASA SEHAT, Berpuasa dapat Menurunkan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes

Kedua, puasa dianjurkan untuk dibatalkan jika kadar gula darah (melebihi) > 300 mg/dL.

Ketiga, terdapat gejala-gejala hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah), dehidrasi, atau penyakit akut lainnya.

Ilustrasi pemeriksaan diabetes
Ilustrasi pemeriksaan diabetes (freepik)

"Pemantauan gula darah harus dilakukan dengan lebih ketat untuk mencegah terjadinya komplikasi selama berpuasa," tegas dr Ikhsan pada keterangannya, Rabu (29/3/2023).

Upaya ini dilakukan untuk mencegah beberapa komplikasi yang rentan dialami oleh penderita diabetes, di antaranya seperti:

1. Hipoglikemia dan hiperglikemia

ilustrasi.
ilustrasi. (Istimewa)

Hipoglikemia adalah penurunan kadar gula darah di bawah kadar normal (kurang dari 70 mg/dl-3,9 mmol/l).

Hiperglikemia adalah kenaikan gula darah di atas kadar normal (di atas 300 mg/dl-16,6 mmol/l) yang dapat menyebabkan ketoasidosis diabetik.

Kedua hal tersebut dapat terjadi pada penyandang diabetes yang berpuasa.

2. Ketoasidosis diabetikum
Gangguan tersebut terjadi ketika sel-sel tubuh tidak mendapatkan cukup glukosa.

Tubuh mulai membakar lemak untuk energi.

Ketika tubuh membakar lemak, bukan glukosa, hal tersebut memproduksi limbah yang disebut keton.

Keton dapat membuat kondisi darah menjadi asam dan ini bisa menjadi hal yang berbahaya.

Risiko ketoasidosis diabetik dapat meningkat lebih lanjut karena pengurangan insulin yang berlebihan.

"Bisa juga berdasarkan asumsi bahwa asupan makanan berkurang selama sebulan," paparnya lagi.

3. Dehidrasi dan trombosis
Puasa selama bulan Ramadan dapat menyebabkan dehidrasi karena kurangnya asupan cairan serta cuaca panas dan lembap.

Dehidrasi dapat menghasilkan viskositas atau kekentalan pada darah yang lebih tinggi.

Sehingga, meningkatkan kemungkinan trombosis atau terjadinya bekuan darah.

Bagi penyandang diabetes yang memilih untuk berpuasa selama bulan Ramadan, penting untuk minum banyak air selama setelah berbuka atau ketika sahur.

Tetap terhidrasi dapat membantu mencegah dehidrasi dan komplikasi terkait.
Komplikasi yang mungkin terjadi cukup mengkhawatirkan.

"Karenanya, sebelum memutuskan untuk ikut berpuasa penyandang diabetes sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Karena kondisi tubuh setiap penyandang diabetes berbeda,"pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved