Viral Bayi Minum Kopi Saset Disoroti Jokowi, Presiden Sentil Kemenkes Soal Pemberian Biskuit Balita
Viralnya bayi berusia 7 bulan diberi kopi susu saset di media sosial Tik Tok tak hanya menarik perhatian netizen. Presiden Jokowi ikut menyoroti.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Viralnya bayi berusia 7 bulan diberi kopi susu saset di media sosial Tik Tok tak hanya menarik perhatian netizen. Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut menyoroti.
Dikabarkan sebelumnya, video bayi diberi kpi saset viral di tik tok.
Seseorang yang diduga ibu dari bayi tersebut menuliskan minuman tersebut mengandung susu ketimbang susu kental manis.
Baca juga: Bayi Berusia 7 Bulan yang Diberi Kopi Saset di Gowa, Diduga Demi Konten hingga Jadi Atensi Jokowi
"Bayi minum kopi Good Day kan ada susunya, dari pada dikasih susu Frisian Flag katanya nda ada susunya," tulis pemilik akun Adinda Yana
Karena hal itu, bayi laki-laki tersebut mengalami diare hingga 9 kali.
Pada momen lain, sang ibu pernah memberikan makanan atau minuman yang tak biasa bagi bayi seperti susu kental manis hingga nasi ayam pedas.
Atas tindakan itu membuat banyak netizen geram karena membahayakan bayi.
Mendengar viralnya video ini, Jokowi pun bereaksi.
Baca juga: Viral Bayi Diberi Kopi Susu, Ini Alasan Anak-anak Dilarang Minum Kopi
Presiden menyampaikan langsung reaksinya ini saat memberi sambutan di Rakernas Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana dan Penurunan Stunting, di auditorium kantor BKKBN Pusat, Jaktim, Rabu (25/1/2023).
”Saya lihat kemarin yang ramai bayi baru 7 bulan diberi kopi susu saset, kopi susu saset oleh ibunya. Karena yang ada di bayangan di sini adalah susu, anaknya mau diberi susu. Hati-hati mengenai ini,” kata Jokowi.
Menurut Jokowi, kesalahan ini terjadi karena minimnya penyuluhan kepada para Ibu.
Jokowi meminta semua orang tua agar berhati-hati memberikan konsumsi bagi anak-anaknya yang masih balita.
Menurutnya, penyuluhan bagi masyarakat luas dan para orang tua khususnya menjadi penting jika merujuk pada viralnya video tersebut.
”Makanya sekali lagi yang namanya penyuluhan penting. Karena kata ibunya bermanfaat kopi susu saset ini karena ada susunya. Hati-hati,” tegas Jokowi lagi.
Jokowi juga heran dalam kasus bayi yang dicekooki kopi itu mengapa polisi yang lebih dulu mendatangi sang Ibu.
Padahal seharusnya itu dilakukan kader Posyandu, bukan aparat.
”Yang saya baca polisi menemui orang tua bayi. Tetapi seharusnya yang benar mestinya kader posyandu, kader BKKBN yang datang ke sana,” tuturnya.
”Karena kecepatan Kapolri mungkin, karena reaksi Kapolri cepat maka datang lebih cepat dari kader," imbuhnya.
Jokowi Sentil Kemenkes Soal Pemberian Biskuit: Mau Cari Mudahnya Saja
Bukan hanya menyoroti pemberian kopi kepada bayi, Jokowi kemudian juga mengkritik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang masih memberikan bantuan berupa biskuit bagi anak-anak balita untuk mencegah tengkes atau stunting.
Menurut Jokowi, pemberian biskuit memang langkah mudah, tetapi sebetulnya tidak tepat sasaran.
Baca juga: Teka-teki Makanan dan Minuman MPLS: Biskuit Kaget, Chiki Bohong, hingga Minuman Permisi
"Jangan sampai keliru, karena yang lalu-lalu saya lihat di lapangan dari kementerian masih memberi biskuit pada anak, cari mudahnya saja," kata Jokowi.
Ia pun meminta Kemenkes tidak lagi menyalurkan biskuit untuk mencegah kasus stunting pada anak.

Jokowi menyarankan anak-anak diberikan asupan makanan dengan kandungan gizi baik.
Menurut Jokowi, protein hewani seperti telur dan ikan yang semestinya diberikan kepada anak.
Baca juga: Cegah Stunting pada Anak, Ini Pesan Megawati Soal Pentingnya Makanan Bergizi
"Kalau telur, ikan, kan gampang busuk. Gampang rusak. Ini cari mudahnya saja, jangan dilakukan lagi. Kalau anaknya bayinya harus diberikan telur ya telur, dengan ikan ya ikan," ucapnya.
Jokowi menegaskan kekeliruan pemberian biskuit ini tak boleh dilakukan lagi di masa mendatang.
Apalagi, kata dia, Indonesia mematok target angka stunting di tahun 2024 turun hingga di bawah 14 persen.
Baginya, target itu mudah diwujudkan dengan cara semua pihak bekerja sama.
"Jadi target kembali ke target 14 persen bukan sesuatu yg menurut saya, bukan target yang sulit. Hanya kita mau atau tak mau. Asal kita bisa konsolidasikan ini," kata dia.
Peringatan Dokter Tentang Pemberian Kopi Pada Bayi

Lalu bolehkah bayi mengkonsumsi kopi? Jawabanya tentu tidak.
"Kopi tidak disarankan untuk dikonsumsi oleh anak2. IDAAS (Ikatan Dokter Anak Amerika Serikat) malah secara tegas dan presisi membuat pernyataan, di bawah 12 tahun haram hukumnya minum kopi!," tulis Dokter Spesialis Anak, dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A dikutip Senin (23/1/2023).
Mengutip Healthline, anak-anak termasuk bayi dan remaja sangat tidak disarankan mengonsumsi kopi.
Terlebih tubuh bayi yang tidak dapat mencerna kopi dengan mudah, karena lambung bayi kecil dan dapat memengaruhi fungsinya.

Bayi yang minum kopi akan tampak gelisah, cemas, atau mudah rewel serta mengalami gejala seperti kolik.
Bahkan konsumsi kopi dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan keracunan.
Selain itu dilansir Mom junction, kopi juga memiliki mengandung nutrisi yang dibutuhkan bayi dan balita.
American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa anak-anak dan remaja tidak perlu minum minuman yang mengandung kafein.
Lara ahli percaya bahwa kafein dapat berdampak negatif terhadap perkembangan berbagai sistem organ tubuh bayi.
Sistem saraf dan peredaran darah bisa menjadi yang paling terpengaruh oleh kafein.
Konsumsi kopi oleh bayi dan balita dapat mempengaruhi sistem saraf. Kafein dapat menyebabkan pusing dan sakit kepala, yang dapat membuat bayi rewel.
Kafein diketahui dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Ini mungkin tetap tinggi untuk waktu yang lama jika bayi mengkonsumsi terlalu banyak kopi pada satu waktu atau sering disajikan kopi.
Bayi mungkin menunjukkan peningkatan kewaspadaan dan kurang tidur. Kafein bersifat diuretik karena meningkatkan produksi urin.
Hal ini dapat meningkatkan risiko dehidrasi pada bayi kecil.
Sering mengonsumsi kafein dapat memengaruhi metabolisme dan penyerapan kalsium dalam tubuh. Ini dapat meningkatkan risiko kesehatan tulang yang buruk dan keropos tulang.
Kafein dan zat lain dalam kopi dapat merangsang produksi asam lambung, sehingga meningkatkan risiko refluks asam.
Bayi dengan penyakit refluks gastroesofagus dapat mengalami eksaserbasi gejala setelah konsumsi kopi.
Orangtua diharapkan bijak dalam memberikan makanan dan minuman bagi anak-anak mereka.
Anak-anak dan remaja dalam masa tumbuh kembang sangat memerlukan asupan protein hewani.
Presiden Kaget Data Stunting

Jokowi kemudian menceritakan ketika awal ia menjabat sebagai presiden pada 2014 silam angka stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak di Indonesia adalah 37 persen.
Saat itu, Jokowi, mengaku kaget dengan angka stunting itu. "Saya masuk di 2014 itu angkanya di angka 37 persen. Saya kaget," kata Jokowi.
Ia mengaku bersyukur angka stunting di Indonesia pada tahun 2022 lalu menurun menjadi 21,6 persen.
"Target yang saya sampaikan 14 persen di 2024 harus kita bisa capai. Saya yakin dengan kekuatan kita bersama, semua bergerak, itu bukan angka yang sulit, asal semua bekerja bersama," kata dia.
Baca juga: 5 Tips Makan Enak dan Jaga Nutrisi Saat Imlek Supaya Tetap Sehat!
Selain masalah pemberian nutrisi, Jokowi juga meminta agar ingin alat-alat kesehatan untuk ultrasonografi (USG), alat pengukur tinggi badan hingga alat timbang tersedia di seluruh Puskesmas dan Posyandu seluruh Indonesia.
"Yang berkaitan dengan USG atau alat timbang atau alat pengukur tinggi atau panjang badan, itu harganya berapa sih? USG harga berapa sih?" kata Jokowi.
Jokowi mempertanyakan anggaran besar yang dimiliki Kementerian Kesehatan.
Baginya, alat USG hingga alat timbang badan digital masih bisa dijangkau oleh anggaran Kemenkes agar tersedia di seluruh Puskesmas di Indonesia.
"Anggaran Menkes berapa sih? Kan gede banget. Tahun ini diberikan semuanya lah. Kalau sudah 5.000 tinggal 5.200 sudah rampung semuanya," kata Jokowi.
Tak hanya itu, Jokowi juga menyinggung ketersediaan alat timbang di Posyandu yang masih minim.
Jokowi mengaku heran kawasan Indonesia yang besar masih tidak mampu membelikan alat timbang di Posyandu di seluruh daerah.
"Timbangan harganya berapa sih timbangan, harga timbangan digital, kan murah banget masa enggak bisa membelikan negara sebesar kita ini. Untuk mengukur panjang badan atau tinggi anak masa enggak bisa setiap Posyandu itu ada," kata dia.
Di sisi lain, Jokowi turut menyoroti Puskesmas yang belum merata di seluruh daerah Indonesia.
Bahkan, ia mengatakan ada kecamatan yang belum memiliki Puskesmas. "Jadi hanya memang problemnya Puskesmas tidak tersebar merata.
Ada 1 kecamatan 7, ada 1 kecamatan 2 ada 1 kecamatan kurang dari 1. Ini pemerataan ini yang perlu dilihat," ujar dia.
(tribun network/den/rin/niz/dod)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.