Senin, 6 Oktober 2025

Wawancara Eksklusif

VIDEO EKSKLUSIF Cegah Stunting, Kepala BKKBN: Kalau Mau Nikah Pilih Prewedding Atau Prekonsepsi?

Hasto mengatakan tugas yang tak kalang penting dilakukan oleh jajajarnnya di BKKBN adalah mengubah cara berfikir atau mindset masyarakat

Apa yang harus diperiksakan Pak?

Yaa HB, lingkar lengan atas, berat badan, tinggi badan, minimal itu. Jadi kalau perempuan terlalu kurus lingkarannya kurang dari 23,5 cm otomatis kalau hamil kan anaknya beresiko stunting.

Itu berpengaruh ya Pak?

Sangat, kena anemi, HB nya kurang, hamilnya stunting. Perempuan-perempuan banyak juga yang kurang vitamin D, jadi akhirnya kalau hamil plasentanya tipis akhirnya stunting. Tetapi mereka semua itu tidak berpikir bagaimana persiapan hamil, kita kan pengetahuannya kurang.

Pak, setelah hamil melahirkan tadi Bapak ceritakan soal asupan lingkungannya. Kalau dilihat persentase mana yang paling besar berpengaruh, pra menikah, lalu kemudian hamil atau pascamelahirkan?

Secara umum tadi saya bicara dua faktor, faktor lingkungan yang disebut dengan faktor sensitif dan faktor hubungannya dengan hamil sakit gizi spesifik. Faktor spesifik ini 30 persen dan faktor sensitif itu 70 persen.

Jadi misalkan suatu masyarakat lingkungannya itu diperbaiki sebaik-baiknya airnya semuanya air bersih, rumahnya semuanya rumah sehat, kemudian bab-nya di jamban yang bagus, kemudian dikasih makan yang baik ini, maka faktor yang masalah lingkungan tadi 70 persen yang ini 30 persen kira-kira seperti itu.

Jadi bisa dibayangkan ini saling mempengaruhi, disediakan makanan yang bagus-bagus tetapi lingkungannya membuat sakit-sakitan. Kemudian tidak imunisasi ya sama saja. Gambarannya seperti itu dan kalau kita melihat angka boleh.

Di Indonesia riset kesehatan Dasar tahun 2018 bayi-bayi yang lahir sebelum waktunya itu sekitar 29 persen prematur jadi otomatis kalau prematur itu sama dengan lahir belum jadi, otomatis ini menjadi potensi untuk gangguan pertumbuhannya yang panjang badannya kurang dari 48 cm lahir itu. Jadi agak pendek gitu kan 22,6 persen berarti itu sudah berkontribusi begitu lahir saja sudah kurang standar itu sudah segitu.

Pak Apa Bapak bisa cerita proses yang sudah dilakukan BKKBN sebagai fronline untuk mengurangi stunting ini wujudnya seperti apa?

Ya BKKBN tadi sudah saya cerita di depan, bahwa kita membuat infrastruktur sampai ke tingkat daerah itu kan kita dan BKKBN merekrut tim pendamping keluarga sebanyak 600.000 orang. Itu supaya mendampingi keluarga yang mau menikah, kemudian yang hamil kemudian yang melahirkan.

Di desa-desa itu sudah ada tim pendamping keluarga, jadi kalau ada yang mau menikah itu ada tim pendamping keluarga yang mendorong untuk kamu melakukan pemeriksaan, karena itu penting nanti kalau dia sudah hamil ada tim yang mendorong untuk segera periksa kehamilan dan nanti bayinya untuk di USG. Karena itu harus ada tim provokatornya. Nah itu peran BKKBN.

Karena BKKBN itu markomnya merubah mindset. Kalau dulu BKKBN itu kampanyenya ayo 'dua anak cukup' seluruh Indonesia. Nah kalau sekarang kampanyenya 'ayo anaknya harus sehat' kalau mau hamil harus direncanakan.

Dan BKKBN juga merekrut generasi muda namanya Genre, generasi berencana. Itu satu Desa kita rekrut 2 orang jadi seluruh Indonesia. Ada anak-anak muda yang bisa menjadi duta Genre, generasi berencana. Jadi kalau orang-orang tua seperti saya ini ngomong dengan remaja kan sering kehabisan kosakata. Tetapi kalau yang ngomong sesama remaja itu teman sebaya kan itu bagus.

Kalau saya bilang, eh jangan kawin usia muda ya kawinnya paling cepat usia 20 tahunan. Tetapi kawinnya jangan tua-tua loh, perempuan jomblonya jangan lama-lama. Perempuan kalau udah lebih dari 35 tahun, kan hasilnya tidak bagus bayinya beresiko juga.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved