Selasa, 30 September 2025

Udara Buruk Picu Kematian Dini, Jadi Pemicu Stunting, Paru Kronis dan Jantung

Kota Jakarta dan Bodetabek disebut memiliki kualitas udara terburuk di dunia berdasarkan data Juni hingga awal Juli 2022.

Editor: Choirul Arifin
Tribunnews/JEPRIMA
Pemandangan gedung bertingkat diselimuti polusi udara di Jakarta, Jumat (30/8/2019). Kota Jakarta dan wilayah sekitarnya di Bogor Depok Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) disebut memiliki kualitas udara terburuk di dunia berdasarkan data Juni hingga awal Juli 2022. Tribunnews/Jeprima 

Kepala Seksi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Banten, Agus Sudrajat menjelaskan kualitas udara dipengaruhi meteorologi.

"Sifatnya dipengaruhi oleh meteorologi atau arah angin kecepatan angin dan curah hujan," katanya kepada TribunBanten.com saat ditemui di kantornya, Selasa (28/6/2022).

Selain itu, kualitas udara juga diperngaruhi topografi atau bentang alam serta adanya sumber emisi yang terdapat di wilayah setempat.

Dalam pengaruh emisi tersebut, apakah emisinya bergerak atau tidak bergerak. Seperti asap kendaraan dan lain sebagainya.

"Sehingga kami masih agak kesulitan ketika menentukan mengenai hal itu (tudingan penyumbang polusi udara, Red), karena (polusi udara, Red) itu sesuai arah angin dan arah gerak," katanya.

Terpisah Vice President Komunikasi Korporat PLN Gregorius Adi Trianto mengatakan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berada di Banten telah sesuai dengan aturan yang berlaku.

“PLTU-PLTU tersebut juga telah memiliki continuous emission monitoring system (CEMS), sehingga emisi yang dikeluarkan dapat secara terus-menerus dipantau,”ujar Adi Trianto kepada Tribun Network, Minggu (3/7/2022).

Menurut Adi Trianto, batas emisi yang dihasilkan juga masih di bawah batas aturan yang berlaku dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 15 tahun 2019.

Pada Februari 2021, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta pernah merilis bahwa kualitas udara Jakarta dikategorikan baik.

Disebutkan, hal tersebut dipengaruhi adanya PSBB akibat pandemi covid-19, peningkatan signifikan gaya hidup baru penggunaan sepeda sebagai alat transportasi ramah lingkungan, dan adanya pengetatan kewajiban uji emisi bagi kendaraan bermotor. Sementara pada saat yang sama, PLTU Suralaya juga beroperasi secara maksimal.

(Tribunnews.com/Larasati Dyah Utami, Rina Ayu Panca Rini; TribunBanten.com/Ahmad Tajudin; WartaKotaLive.com/ Gilbert Sem Sandro, Rangga Baskoro, Joko Supriyanto)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved