Minggu, 5 Oktober 2025

Prevalensi Perokok Anak di Indonesia Melonjak Gara-gara Iklan Rokok Dibiarkan Merajalela

Yayasan Lentera Anak menyampaikan iklan rokok sangat berpengaruh terhadap meningkatnya prevalensi perokok anak di Indonesia.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
IMPERIAL COLLEGE
ILUSTRASI 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yayasan Lentera Anak menyampaikan iklan rokok sangat berpengaruh terhadap meningkatnya prevalensi perokok anak di Indonesia.

Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari menyebut perlu langkah-langkah nyata dari pemerintah agar melarang penayangan iklan rokok di media promosi apapun. "Jumlah perokok anak yang terus meningkat signifikan ini karena iklan rokok masih dibiarkan dimana-mana," kata Lisda saat diskusi virtual alinea forum, Rabu (7/10/2020).

Ironinya, iklan rokok terpampang jelas di warung-warung yang tidak jauh dari sekolah atau tempat berkumpul anak-anak. Menurut survei yang dilakukan Global Youth Tobacco pada 2019 disebutkan bahwa 65,2 persen pelajar melihat iklan rokok di tempat penjualan, 60,9 persen pelajar melihat rokok di luar ruangan, 56,8 persen pelajar melihat iklan rokok di televisi dan 36,2 dari internet.

Baca: Pengusaha Dukung Upaya Pemerintah Tekan Jumlah Perokok Anak

Dalam survei itu juga ditemukan bahwa 60,6 persen pelajar tidak dicegah ketika membeli rokok. Kurangnya pengawasan dari penjual rokok itu membuat anak-anak makin mudah memeroleh tembakau.

Meski begitu beberapa kota/kabupaten rupanya sudah menerapkan larangan promosi iklan rokok di antaranya, DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Depok, Bukit Tinggi, Payakumbuh, Karang Asem, Gianyar, Klungkung, Jembrana, Banggai, dan lainya.

Baca: Survei Yayasan ALIT: Rokok Murah Biang Kerok Melonjaknya Jumlah Perokok Anak

Wali Kota Bogor Bima Arya menegaskan untuk menekan prevalensi perokok anak daerahnya sudah bebas dari iklan tembakau. "Kota Bogor pengendalian tembakau sudah clear. Pada intinya ada beberapa faktor yang sangat menentukan apakah kita bisa konsisten terkait pengendalian tembakau. Perlunya komitmen politik jangan eksekutifnya sudah semangat tapi tidak didukung dewan atau sebaliknya," ucap Bima Arya.

Menurutnya, sangat penting bagi pemerintah daerah melakukan pemetaan seberapa besar kontribusi reklame rokok terhadap seluruh pendapatan pajak daerah. "Di Bogor pendapatan pajak reklame hanya menyumbang 1,8 persen hingg 2,1 persen terhadap seluruh pendapatan pajak di Kota Bogor sehingga masih banyak sekali potensi pendapatan pajak di luar reklame rokok yang bisa dioptimalkan," tutur Bima Arya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved