Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Penjelasan Tentang Pengaruh Suhu Tropis Terhadap Pandemi Covid-19

Social/physical distancing tetap menjadi faktor utama dalam menangani pamdemi virus corona saat ini.

Editor: Choirul Arifin
WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN
BERJEMUR MATAHARI - Sejumlah warga berjemur diri di bawah sinar matahari di halaman TMP Taruna, Kota Tangerang, Jumat (3/4/2020). Warga meyakini, berjemur di bawah sinar matahari pada pukul 10 pagi bisa meningkatkan daya imunitas tubuh agar terhindar dari serangan wabah Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baru-baru ini, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, faktor iklim memberi keuntungan tersendiri bagi negara-negara yang memiliki temperatur dan kelembaban tinggi seperti Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19.

Namun Menko Luhut menekankan, social/physical distancing tetap menjadi faktor utama dalam menangani pamdemi virus corona saat ini.

Jika hal tersebut tidak dilakukan dengan ketat, maka keuntungan dari faktor temperatur tersebut tidak lagi berlaku.

Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Umum dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Yodi Mahendradhata berpendapat, memang ada studi-studi yang mengindikasikan bahwa suhu tinggi dan kelembaban tinggi mungkin dapat mengurangi penularan virus corona.

Namun faktor-faktor lain tetap lebih berperan dalam penularan.

“Namun saya ingin menekankan bahwa salah satu faktor utamanya tetaplah kedisplinan masyarakat untuk melakukan social/physical distancing,” ujar Dr. Yodi.

Baca: Kabar Baik! PUFF, Nucleus Farma dan Prof Nidom Foundation Kembangkan Obat Covid-19

Hasil penelitian yang dilakukan Jingyuan Wang, Associate Professor di Sekolah Ilmu dan Teknik Komputer, Universitas Beihang, Beijing, menyebutkan, virus Corona cenderung lebih stabil dalam lingkungan suhu udara yang dingin dan kering.

Hal demikian, mirip dengan virus influenza.

Baca: Bahan Alami Curcumin Berkhasiat Tingkatkan Imunitas Tubuh, Tapi Bukan Obat untuk Covid-19

Kondisi udara dingin dan kering tersebut dapat juga melemahkan "host immunity" seseorang dan mengakibatkan orang tersebut lebih rentan terhadap virus.

Melanie Bannister-Tyrrell, seorang konsultan senior di Ausvet, perusahaan epidemiologi swasta terkemuka menyatakan, Covid-19 mempunyai penyebaran yang optimum pada suhu yang sangat rendah, yaitu sekitar 1 sampai 9 derajat celcius.

Baca: Jangan Salah! Ini Cara Melepas Masker Bedah yang Benar Sesuai Petunjuk Dokter Spesialis Paru

Artinya, semakin tinggi temperatur, maka dugaan adanya kasus COVID-19 harian semakin rendah.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati menyatakan, pada bulan Desember-Januari, belum ada kasus di negara tropis seperti di Singapura, Thailand, Filipina, Indonesia.

Baca: WHO: Masa Inkubasi Virus Corona di Tubuh 1 Sampai 14 Hari, Umumnya Hanya 5 Hari

Menurut literatur yang ada, hal ini karena pada saat itu suhu di tempat kita ini temperaturnya lebih dari 20 derajat, dan cocok dengan fakta Desember dan Januari belum ada kasus.

Namun, pada outbreak kedua, pengaruh iklim ini kalah dengan pengaruh yang lebih kuat penyebarannya oleh mobilitas orang.

“Sebenarnya yang disampaikan Pak Luhut itu juga dari kita, karena beliau sudah mengumpulkan informasi dari berbagai pakar juga. Jadi Pak Luhut itu betul, iklim itu membantu," senutnya.

"Dampaknya itu delay, tidak seketika dampaknya berkurang, perlu waktu untuk alam bekerja. Ya meskipun ada penyebaran tetapi itu tidak murni, itu karena dibawa orang, alias mobilitas penduduk yang masif,” beber Dwikorita pada Sabtu (4/4/2020).

Menurut ahli mikrobiologi, untuk suhu yang rendah (9 derajat kurang) dan kelembaban rendah (kering) imunitas respon tubuh itu akan melemah sehingga daya tahan untuk menangkal virus menjadi turun. Kalau temperatur naik, imunitas pun meningkat.

Terlebih, jika melihat perkiraan bulan April hingga Agustus, rata-rata suhu bisa 30-32 derajat.

“Jadi kita ini beruntung karena cuacanya tidak ideal untuk perkembangan Covid-19 dengan catatan masyarakatnya itu patuh, menjaga physical distance, tinggal di rumah, tidak keluyuran ke mana-mana,” tambahnya.

Dwikorita menyatakan, masyarakat seharusnya bisa manfaatkan keuntungan iklim tropis ini untuk memperkuat imunitas di bawah matahari pada jam yang tepat.

Dr.Yodi menyebutkan, berjemur di bawah sinar matahari pada jam tertentu bukan berarti mematikan virus, namun hal tersebut dapat membantu meningkatkan imunitas.

Juru Bicara Menko Marves Jodi Mahardi juga menyatakan, hasil kajian tersebut tidak serta merta membuat pemerintah menjadi lengah dan menjadikan hal tersebut sebagai landasan untuk mengambil kebijakan terkait penanganan Covid-19.

“Menko Luhut menyampaikan, pemerintah akan selalu bekerja keras dengan melihat segala masukan dari berbagai kajian untuk mencari pilihan terbaik yang dapat diterapkan di Indonesia dengan segala karakteristiknya. Kita harus bekerja bersama dengan semua unsur untuk mencari solusi terbaik,” kata Jodi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved