Virus Corona
Ciri-ciri Corona Tanpa Gejala: Tampak Sehat Belum Tentu Bebas Covid-19
Ciri-ciri Corona Tanpa Gejala yang Umum: Tampak Sehat Belum Tentu Bebas Covid-19
TRIBUNNEWS.COM - Infeksi virus corona atau Covid-19 memunculkan berbagai macam gejala.
Gejala virus corona utamanya yaitu demam tinggi, batuk kering.
Dalam kasus yang lebih parah, gejala Covid-19 meliputi kesulitan bernafas.
Namun, beberapa dokter yang menangani pasien virus corona, melihat beberapa gejala lain yang biasanya tidak dikaitkan dengan Covid-19.
Seperti yang dilansir Business Insider, wakil direktur medis di perusahaan telemedicine K Health, Dr. Edo Paz, mengungkapkan:
"Gejala tambahan yang dialami orang-orang yang terkena virus corona yaitu hilangnya indera pembau dan perasa, sakit perut, nyeri badan, dan mual."
Baca: Gejala Virus Corona Ringan hingga Berat, Simak Perbedaannya dengan Flu Biasa

Masalah pencernaan, termasuk mual, diare, dan bahkan muntah, agak lazim pada pasien COVID-19.
David Hirschwerk, seorang spesialis penyakit menular di Northwell Health, penyedia layanan kesehatan terbesar di New York, mengatakan bahwa dari apa yang dia lihat "Ada 10% pasien yang memiliki gejala masalah pencernaan."
Namun, apa yang belum dipahami oleh para dokter adalah mengapa ada begitu banyak gejala virus corona.
"Komunitas medis belum tahu mengapa virus corona mempengaruhi orang secara berbeda, dan beberapa ada yang lebih parah daripada yang lain," kata Paz.
Baca: UPDATE Virus Corona Global, Sabtu 28 Maret 2020 Sore, Kasus Infeksi Lebih dari 600.000
Namun, Dr. Rishi Desai, kepala petugas medis di Osmosis, percaya bahwa gejala ada hubungannya dengan bagaimana virus corona masuk dan bergerak ke dalam tubuh orang yang terinfeksi.
"Setiap orang memiliki sistem kekebalan tubuh yang unik, dan akibatnya, beberapa orang akan mengalami reaksi yang agresif terhadap COVID-19, sementara yang lain biasa saja," kata Desai.
"Gejala umumnya timbul sesuai di mana virus berada di dalam tubuh."
Bagaimana virus COVID-19 bergerak di dalam tubuh manusia?
Masih dilansir Business Insider, Desai mengatakan virus corona yang pertama kali mengenai hidung dan belakang tenggorokan, menyebabkan gejala-gejala seperti flu biasa, termasuk hidung tersumbat, pilek, dan sakit tenggorkan.
Di tahap itu, beberapa pasien akan kehilangan indra penciuman dan indra perasa.
Selanjutnya, kata Desai, virus yang berpindah ke paru-paru, kemungkinan menyebabkan sesak napas, batuk, dan nyeri dada.
Virus kemudian bisa pindah ke aliran darah, di mana demam, berkeringat saat malam, rasa tidak nyaman, dan kelelahan bisa terjadi.
"Itu berarti bahwa beberapa orang mungkin hanya mendapatkan gejala terlokalisasi ke satu wilayah sedangkan yang lain mungkin mendapatkan gejala di semua wilayah," kata Desai.
Gejala yang tidak terkait dengan COVID-19
Menurut Desai, ada beberapa gejala yang sejauh ini belum dikaitkan dengan COVID-19.
"Covid-19 tidak menyebabkan gejala fokal yang mempengaruhi anggota badan (misalnya nyeri kaki kiri), tidak menyebabkan lesi kulit ruam atau ruam (misalnya bisul), dan tidak menyebabkan gejala kronis yang berlangsung selama berbulan-bulan," kata Desai.
Sayangnya, tidak ada yang bisa memprediksi bagaimana virus corona akan berdampak pada seseorang.
Maka dari, pencegahan menjadi lebih penting.
"Sering-seringlah mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir," kata Paz.
"Dan jangan menyentuh wajahmu jika memungkinkan!"
Cerita Pasien Positif Virus Corona yang Tak Mengalami Gajala Umum
Seorang wanita 20 tahun meningkatkan kewaspadaan atas virus corona setelah dinyatakan positif meski tidak mengalami gejala-gejala Covid-19 pada umumnya.
Gejala virus corona biasanya yaitu batuk kering, nafas pendek dan demam.
Namun, apa yang dialami Julia Buscaglia sangatlah berbeda.
Wanita asal Amerika itu menceritakan timeline penyakitnya di akun Twitter-nya, @juliabuscaglia.
Semua bermula pada tanggal 29 Februari saat ia tengah berlibur di Italia.
Baca: Bayi 1,5 Tahun Ditemukan Tewas di Kota Xiaogan yang Di-lockdown Pemerintah, Diduga karena Kelaparan
"29 Februari: aku bangun hari itu dengan rasa sakit."
"Jantungku berdetak kencang, telingaku berdenyut, dan rasanya tenggorokanku seperti terbakar."
"Badanku nyeri, aku panas dingin. Suhu tubuh mencapai 100,2F (37,8 C)."
"Aku minum obat anti inflamasi dan berbaring di tempat tidur seharian."

Kemudian tanggal 3 Maret, hari terakhinya di Italia.
"Aku masih tidak bisa mendengar."
"Di titik ini aku kehilangan kemampuan untuk merasakan dan menciu bau."
"Tapi aku tidak pilek dan batuk."
"Aku sakit kepala terus-menerus di siang hari yang kemudian aku atasi dengan Tylenol."
"Aku pergi keesokan paginya untuk kembali ke Amerika."
Baca: Di Italia, Pasien Corona Usia di Atas 60 Tahun Direlakan Meninggal karena RS Kekurangan Ventilator
Tanggal 4 Maret, Julia mulai merasa ketakutan.
"Aku terbang pulang ke rumah, dan tidak ada satu orang pun yang menanyai aku dari mana, di Bea Cukai."
"Mereka tidak curiga padaku."
"Aku pernah singgah di kota-kota besar."
"Lagi-lagi, aku yakin aku tidak terjangkit virus mematikan itu."
"5-13 Maret, seperti yang diinstruksikan, aku harus mengisolasi diri."
"Aku hanya sempat beremu dengan dua orang."
"Tidak ada gejala virus corona seperti yang diumumkan oleh CDC."
"Aku sempat mengalami batuk berdahak."
"Indra pendengaran, rasa, dan pencium akhirnya kembali."

Tanggal 13 Maret, Julia menjalani tes Covid-19.
"Awalnya aku tidak berencana untuk dites."
"Tetapi keluargaku yang bekerja di rumah sakit ingin memastikan sebelum kembali bekerja."
"Kami minta dites, petugas menolak sampai akhirnya disetujui setelah kami berkali-kali meminta tes."
Baca: Gejala dan Ciri Corona Baru: Hilangnya Indra Pengecap & Perasa Bisa Jadi Tanda Kamu Hidden Carrier
Keesokan harinya, Julia menerima hasil tes nya.
Ia dinyatakan positif virus corona atau Covid-19.
"Bagaimana bisa aku positif? Aku tidak memiliki gejala seperti yang aku lihat di berita."
"Di bandara mereka tahu aku baru saja dari negara yang berisiko tinggi."
"Aku memberi tahu kalian semua ini karena kalian tidak harus memiliki gejala untuk dinyatakan positif."
"Satu-satunya gejala yang saya alami adalah demam. "

Julia tidak tahu bagaimana ia bisa terinfeksi.
Ia mengatakan petugas kesehatan yang tiap hari memeriksa suhunya juga tidak tahu bagaimana virus itu menyebar.
Julia pun mendesak orang-orang muda lainnya untuk tinggal di dalam rumah demi menekan penyebaran virus.
Julia kini dikarantina di rumahnya sejak 5 Maret dan tidak akan keluar rumah sampai dia dites negatif dua kali.
"Aku tahu banyak dari kalian memiliki rencana liburan musim semi, perjalanan, pekerjaan, atau kegiatan lain."
"Tapi aku ingin kalian mengerti banyak orang seusiaku yang tidak menunjukkan gejala, bisa saja terinfeksi."
"Aku tahu kita yang sedang bercanda dan tertawa ini memiliki virus atau tidak."
"Tapi ini bukan lagi lelucon."
"Tolong batalkan perjalananmu."
Meski Julia mengatakan dia merasa sehat sekarang, tapi bukan berarti ia sehat.
"Bagi kalian yang berada dalam situasi yang sama dengan saya, saya berharap kalian semua pulih dengan cepat dan kembali sehat," tulisnya.
"Minumlah air putih dan cucilah tanganmu. Harap diingat, hanya karena kamu tidak menunjukkan gejala, BUKAN berarti kamu tidak memilikinya."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)