Virus Corona
Mengenal Apa Itu Psikosomatik dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Umumnya penderita psikosomatik yang dipicu oleh stress berusia muda, dan didominasi wanita.
TRIBUNNEWS.COM - Pandemi virus corona di Indonesia masih menjadi perhatian banyak pihak.
Hingga kini, pemerintah terus berupaya untuk menekan penyebaran virus corona melalui berbagai cara.
Termasuk mengimbau masyarakat untuk melalukan social distancing hingga aksi work from home (WFH).
Meski sudah menjalankan anjuran pemerintah, pernahkah kamu merasa cemas, mual, hingga jantung berdebar secara tiba-tiba?
Namun saat memerikasakan diri ke dokter ternyata tidak ada masalah kesehatan apapun.
Ternyata, hal itu merupakan gejala dari Psikosomatik.
Dikutip dari Journal of Indoan Academy of Oral Medicine & Radiology, Psikosomatik adalah gangguan tubuh dan pikiran.
Umumnya Psikosomatik muncul karena adanya stres, kecemasan, hingga depresi.
Ketika kebutuhan psikologis ini tidak dirasakan secara benar, hal itu dapat menyebabkan penyakit somatik akibat konversi histeria.

Mengutip laman Meetdoctor.com via Kompas.com, cara tubuh bereaksi terhadap penyakit dan bagaimana kita mengatasi itu sangat bervariasi tiap orang.
Misalnya, ruam psoriasis mungkin bagi kita tidak mengganggu, namun bagi beberapa orang hal ini membuat mereka tertekan.
Faktor mental juga memengaruhi beberapa titik di tubuh.
Termasuk sesak dan sakit dada, namun secara fisik tidak ditemukan adanya indikasi gangguan di jantung atau paru-paru.
Umumnya penderita psikosomatik yang dipicu oleh stress berusia muda, dan didominasi wanita.
Sebagai contoh, ketika merasa cemas dan stres, detak jantung menjadi cepat, berdebar, merasa sakit (mual).
Beberapa orang juga mengalami tremor, berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala, sakit perut dan napas menjadi cepat.
Ketika kita cemas, gejala fisik bisa meningkat.
Baca: Alami Stres Akibat Informasi Berlebih Soal Corona? Ini Cara Mengatasinya
Baca: Selain Obat Batuk, Kencur Mentah Ternyata Punya 5 Khasiat Lain: Jaga Stamina hingga Hilangkan Stres

Akibat meningkatnya aktivitas impuls saraf yang dikirim dari otak ke berbagai bagian tubuh, timbul pelepasan adrenalin ke dalam aliran darah.
Otak mungkin dapat mempengaruhi sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan penyakit.
Biasanya, dokter juga akan mempertimbangkan faktor-faktor mental dan sosial yang mungkin mempengaruhi timbulnya penyakit.
Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah psikis, kita perlu menjaga kondisi mental.
Hindari stres, buat pikiran tenang, atasi rasa cemas, hindari depresi, dan selalu berpikiran positif.
Gejala-gejala fisik ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas impuls saraf yang dikirim dari otak ke berbagai bagian tubuh dan pelepasan adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah ketika cemas atau khawatir.
Perawatan untuk meredakan stres, kecemasan, dan depresi dapat membantu jika hal-hal dianggap berkontribusi terhadap penyakit fisik kita.
Meski gejala tertentu dengan pengaruhnya terhadap pikiran yang sebabkan penyakit fisik (ruam, tekanan darah, dll), mungkin ada hubungannya dengan impuls syaraf yang menuju ke tubuh, yang tidak sepenuhnya kita pahami.
Ada juga beberapa bukti bahwa otak mungkin dapat mempengaruhi sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh, yang terlibat dalam berbagai penyakit yang muncul.

Penyakit yang bersifat psikosomatik
Sampai batas tertentu, kebanyakan penyakit bersifat psikosomatik melibatkan pikiran dan tubuh.
Ada aspek mental untuk setiap penyakit fisik yang muncul.
Bisa juga ada efek fisik dari penyakit mental.
Misalnya, penyakit mental yang kita alami menyebabkan tidak nafsu makan, tidak merawat diri sendiri yang menimbulkan masalah fisik.
Istilah gangguan psikosomatik terutama digunakan untuk "penyakit fisik yang diduga dan disebabkan oleh faktor mental".
Beberapa penyakit dianggap sangat rentan diperburuk oleh faktor mental, di antaranya sakit maag, eksim, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.
Beberapa orang juga menggunakan istilah gangguan psikosomatik ketika faktor mental menyebabkan gejala fisik, tetapi tidak ada penyakit fisik.
Misalnya, nyeri dada dapat disebabkan oleh stres dan tidak ada penyakit fisik yang dapat ditemukan.
Baca: Apa Itu Herd Immunity? Benarkah Bisa Mengurangi Penyebaran Virus Corona?
Baca: Luqman Hakim: Test Corona Harus Prioritaskan Tenaga Medis dan Masyarakat
Berikut ini kegiatan yang bisa membantu mengurangi penyakit Psikosomatis, dikutip dari laman news-medical.net
Farmakoterapi: Ini adalah perawatan suportif yang diberikan bersama dengan psikoterapi.
Cara ini mampu mengurangi depresi dan kecemasan dengan pemberian masing-masing antidepresan dan ansiolitik.
Terapi ini meredakan gangguan mental pada pasien setelah beberapa minggu.
Fisioterapi psikosomatik: Terapi ini berfokus pada pencapaian kesehatan yang lebih baik bagi pasien dengan mengatur keseimbangan emosional dalam pikiran.
Latihan fisik: Aktivitas fisik dikenal untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan mental pada pasien psikis dengan membebaskan mereka dari gangguan kejiwaan dan sosial.
Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa latihan dapat meningkatkan interaksi sosial, persepsi tubuh fisik, dan lain sebagainya.
Yoga: Pada pasien yang sakit mental, metode pernapasan (pranayama) dan meditasi cukup efektif untuk menghilangkan stres.
Ketika nafas ditahan, otot-otot tegang sehingga stres, ketakutan, dan faktor-faktor lain ditolak untuk waktu tertentu.
Perpanjangan periode waktu memiliki efek pada pikiran dan perasaan pasien psikosomatik.

Osteopati: Terapi ini melibatkan penggunaan tekanan tangan (pijat) untuk mengurangi stres.
Tujuan dari pengobatan manual ini adalah untuk memberikan pengaruh positif pada sistem saraf, peredaran darah, dan limfatik tubuh.
Terapi membantu mengurangi kecemasan dan rasa sakit, dan memberikan kesempatan bagi tubuh pasien untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Merubah gaya hidup: Membatasi asupan kafein, makan makanan seimbang, mengonsumsi suplemen vitamin, dan menghindari alkohol dan merokok juga dapat mengurangi kecemasan hingga batas tertentu.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Psikosomatik, Cemas Berlebih yang Bikin Sakit Fisik
(Tribunnews.com/Bunga)