Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Ingat Ya, Jangan Borong Klorokuin, Itu Obat Keras, untuk Penyembuhan Bukan Untuk Pencegahan Corona

Jubir Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19) Achmad Yurianto menegaskan obat Klorokuin hanya untuk mengobati, tidak untuk mencegah covid.

kolase/grid.health
Obat klorokuin 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara (Jubir) Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona (Covid-19) Achmad Yurianto menegaskan obat Klorokuin hanya untuk mengobati, tidak untuk mencegah terjangkitnya virus corona (Covid-19).

Sehingga, masyarakat diminta tidak untuk memborong dan menyerbu apotek membeli obat Klorokuin. Terlebih, tanpa resep dokter.

"Sekali lagi Klorokuin itu obat, digunakan untuk penyembuhan bukan untuk pencegahan," kata Yurianto di Kantor BNPB, Jakarta, Sabtu (21/3/2020).

"Ingat klorokuin adalah obat keras yang hanya bisa dibeli dengan menggunakan resep dokter. Oleh karena itu kami mohon tidak ada persepsi yang salah yang menganggap bahwa klorokuin adalah obat untuk mencegah infeksi Covid-19," tambahnya.

Selain itu, Yurianto meminta agar masyarakat tidak memborong dan menyimpan obat Klorokuin.

Obat tersebut rencananya bakal didatangkan oleh pemerintah untuk menyembuhkan virus corona.

Jubir Penangangan Kasus Corona, Achmad Yurianto
Jubir Penangangan Kasus Corona, Achmad Yurianto (istimewa)

"Masyarakat tidak perlu berbondong-bondong untuk membeli dan menyimpannya di rumah. Karena ini obat yang hanya diberikan melalui resep dokter dan tentunya dengan pengawasan tenaga kesehatan," ujar Yurianto.

Sebelumnya, Pemerintah akan memesan 3 juta Cloroquine (klorokuin) untuk penyembuhan pasien virus corona.

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat konfresnsi pers melalui sambunhan Youtube Sekretariat Kabinet, Jumat (20/3/2020).

Presiden pun tidak menjelaskan dari mana obat tersebut akan dipesan.

"Kecepatan ini yang saya sampaikan bahwa kita tidak diam. Tapi mencari hal-hal informasi apa yang bisa agar dapat meyelesaikan covid-19 ini," kata Jokowi.

Untuk diketahui, Cloroquine merupakan obat yang digunakan kepada pasien yang digigit nyamuk malaria. Obat tersebut telah diuji klinis kepada pasien Corona.

Obat Malaria

Sebelum dipesan pemerintah Indonesia, beberapa waktu lalu peneliti di China mengumumkan klorokuin fosfat dapat dijadikan obat untuk pasien virus corona (Covid-19).

Klorokuin fosfat sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.

Pasalnya klorokuin fosfat sempat dijadikan obat malaria yang sempat mewabah di tanah air.

Alhasil temuan tersebut membuat para peneliti di Indonesia menguji tanaman kina yang diketahui memiliki kandungan klorokuin fosfat juga.

Dalam studi vitro baru-baru ini, Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Padjajaran, Keri Lestari mengungkapkan klorokuin fosfat dapat memblokir infeksi Covid-19.

Pro Kontra

Meski begitu, ternyata penggunaan klorokuin fosfat, obat malaria, untuk mengobati virus corona masih menjadi perdebatan.

Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai membantahnya.

Disisi lain, Pakar Farmakologi & Clinical Research Supporting Unit, FKUI, dr Nafrialdi juga masih meragukan klorokuin fosfat untuk mengobati virus corona.

Pasalnya mayoritas penderita Covid-19 dinyatakan sembuh dengan sendirinya.

"Walaupun tidak pakai klorokuin, banyak pasien corona yang sembuh. Jadi, bagaimana menyimpulkan bahwa sembuhnya karena klorokuin?," kata dr Nafrialdi dilansir dari Kompas.com (12/3/2020).

Menurutnya masyarakat jangan terburu-buru menetapkan klorokuin fosfat sebagai obat untuk mengobati virus corona.

Sebab, hingga saat ini belum ada uji klinis yang meyakinkan tentang klorokuin yang diklaim dapat sembuhkan Covid-19.

"Lagi pula ini (klorokuin) belum di-approve oleh WHO. Jadi kalau terlalu awal dianjurkan (untuk dikonsumsi) bisa bermasalah nanti," ungkap dr. Nafrialdi.

 Apalagi faktanya, klorokuin fosfat sebagai obat malaria ternyata tidak selalu mempan membunuh parasit yang disebabkan penyakit ini.

dr Nafrialdi mengatakan obat ini bahkan tidak lagi digunakan di Papua, sebab banyak kasus resisten malaria di sana.

"Bagi malaria yang sensitif, mungkin masih bisa mengobat. Tetapi untuk kasus malaria seperti di Papua, sudah tidak mempan dengan klorokuin. Makanya, sebagian besar obat ini tidak lagi dipakai," jelas dia.

Baca Juga: Kulit Gatal dan Memerah? Hati-Hati Tungau Bersarang Di Kasur

Dr Nafrialdi menegaskan malaria tidak bisa disamakan dengan penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona.

"Tidak bisa diidentikkan. Malah kami tidak tahu kalau klorokuin bisa untuk (melawan) virus. Karena klorokuin itu tujuannya untuk membunuh parasit, bukan untuk meningkatkan imunitas," jelas dr Nafrialdi.

Terkait dengan temuan akan ekstrak kina tersebut, dr Nafrialdi juga menyatakan kemungkinan itu hanya sinyal awal.

Dalam artian, bisa jadi obat ini bisa menjadi vaksin virus corona, tetapi bisa juga tidak.

"Itu mungkin hanya sinyal awal, tapi jangan langsung diterjemahkan bisa langsung dipakai. Kalau ditanggapi masyarakat, mereka bisa langsung beli kina. Padahal itu mungkin bisa (obati corona), mungkin tidak," jelas dia.(Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda/Tribun Jabar)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved