Sabtu, 4 Oktober 2025

Menkes Terawan Puji Alkes Buatan Lokal: Implan Traumatik Inovasi BPPT Berkualitas Tinggi

PT Zenith memproduksi implan traumatik inovasi yang dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Tribunnews.com/Apfia Tioconny Billy
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto 

Sebelumnya, awal kegiatan hilirisasi di PT. Zenith Allmart Precisindo dilakukan melalui pengembangan teknologi produksi investment casting untuk pembuatan 3 jenis implan tulang.

Implan yang disebut BPPT sebagai Implan Traumatik ini merupakan jenis Alkes yang banyak digunakan pada operasi rehabilitasi orthopedi.

Penggunaan teknologi investment casting, tentu saja memungkinkan dibuatnya suatu bentuk geometri implan tulang yang kompleks.

Dalam pembuatannya, 1 tangkai pohon investment casting bisa dibagi menjadi 30 hingga 40 implan traumatik.

Jumlah ini tentunya memungkinkan untuk dilakukannya pendekatan produksi massal implan traumatik SS 316L.

Hammam menuturkan, uji produksi massal pada 500 hingga 900 keping implan dalam satu operasi pengecoran, dilakukan dalam upaya untuk menguji kehandalan dan konsistensi produksi implan.

Uji medis terkait material SS 316L pun telah dilakukan oleh tim dokter dari Surabaya dan Fakultas Kedokteran di Institut Pertanian Bogor (IPB).

"Uji medis pada material SS 316L, yang terdiri dari uji sitotoksisitas dan biokompatibilitas telah dilakukan oleh tim dokter dari RSU Dr Soetomo Surabaya dan juga di Fakultas Kedokteran Hewan IPB di Bogor," pungkas Hammam.

Pengujiannya pun menggunakan tikus sebagai hewan percobaan dan menunjukkan hasil bahwa material SS 316L tidak memiliki toksik dan tidak menimbulkan reaksi iritasi.

Terkait material yang digunakan dalam inovasi ini, menggunakan bahan baku yang tersedia di Indonesia, yakni bahan lokal Ferro-Nickel (Fe-Ni) Pomala dari Sulawesi Tenggara.

Ferro-Nickel Pomala dipakai sebagai bahan pemadu logam (alloys element) SS 316L untuk meningkatkan TKDN yang menjadi target pemerintah.

Menurut laporan Asosiasi Pengusaha Alat Kesehatan Indonesia (APSAKI) pada 2014 lalu, Alkes yang digunakan Indonesia masih didominasi oleh produk impor, yakni sebesar 94%.

Sementara data Kementerian Kesehatan mencatat angka belanja Alkes impor sebesar 92,4 % dan nilainya mencapai USD 750 Juta.

75 % pembeliannya diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sementara itu, dari produk Alkes lokal yang tersedia saat ini, sebagian besar masih didominasi industri perakitan yang menggunakan bahan baku impor.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved