Sempat Ditentang, Kini Dokter Terawan dan Ikatan Dokter Indonesia Mesra, Saling Rangkul Tangan
Jika sebelumnya beredar kabar ditunjuknya Terawan sebagai Menteri Kesehatan ditentang IDI, kini keadaan berubah. Keduanya mesra.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Menteri Kesehatan Dokter Terawan Agus Putranto terus melakukan pertemuan-pertemuan awal dengan para stakeholder yang berkaitan dengan Kementerian Kesehatan.
Rabu (30/10/2019) pagi ini Menkes Terawan menemui Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesi (PB IDI). Terawan langsung mendatangi kantor PB IDI yang terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Pertemuan dilaksanakan secara tertutup itu pun berbuah manis.
Jika sebelumnya beredar kabar ditunjuknya Terawan sebagai Menteri Kesehatan ditentang IDI, kini keadaan berubah.
Bukan lagi ditentang, kini terjalinnya kemesraaan kolaborasi Kementerian Kesehatan dan PB IDI
Kemesraan itu terlihat saat Terawan dan Ketua Umum PB IDI Dr. Daeng M Faqih menjelaskan hasil pertemuan kepada media.

Keduanya saling berangkulan tangan, yang posisinya tangan kanan Daeng disilangkan di tangan kiri Terawan.
Terawan yang menggunakan kemeja putih lengkap dengan pin menterinya pun alhasil berdiri sangat rapat dengan Daeng selama hampir tiga menit konferensi pers.
Tangan mereka hanya terlepas saat Dokter Terawan ingin membenarkan mikrofon.
Saat tahu kesulitan Daeng sebagai tuan rumah pun langsung memastikan mikrofon menyala, dan setelah itu Terawan langsung kembali melingkarkan tangan ke tangan Daeng.
“Bertemu bersama saudara sekandung yang saling bercengkrama bersama-sama yang nyaman nyaman aja saling membantu,” kata Terawan.
Terawan pun menyebutkan akan ada pertemuan-pertemuan lanjutan antara Dokter Terawan dan PB IDI untuk membahas permasalahan kesehatan di Indonesia.

“Ini bukan pertemuan pertama, secara berkelanjutan diadakan tergantung kesibukan kita berdua, sebuah keputusan-keputusan yang baik, regulasi-regulasi yang sesuai dengan keinginan dan cita-cita luhur dari para dokter juga,” kata Terawan.
Daeng pun menyebutkan beberapa topik yang tadi dibahas bahasan diantaranya tentang regulasin dan tata kelola.
“Harapannya Menkes mengubah paradigma jadi Kemenkes jangan hanya menjadi regulator tapi beliau berharap sebagai penggerak supaya semua stakeholder bisa berlolaborasi,” ucap Daeng.
Ihwal Pertentangan IDI dan Terawan
Jalan dokter Terawan Agus Putranto terpilih menjadi Menteri Kesehatan di pemerintahan jilid II Presiden Jokowi sepertinya tidak mulus.
Pemilihan Dokter Terawan sebagai Menteri Kesehatan ini ternyata tidak disetujui oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pusat Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Seperti surat yang beredar, MKEK sempat mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo pada 30 September 2019 lalu nomor 0059/PB/MKEK/09/2019.
Ditandatangi oleh Dr. Broto Wasisto, DTM&H, MPH selaku ketua MKEK tertulis alasan MKEK tidak menyarankan Dokter Terawan karena dokter Terawan masih dikenakan sanksi akibat pelanggaran kode etik kedokteran.

Berikut penggalan isi surat dari MKEK kepada Presiden Jokowi:
Bila diperkenankan kami ingin menyarankan agar dari usulan calon-calon tersebut (nama menteri kesehatan) mohon kiranya Bapak Presiden tidak mengangkat Dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K) sebagai Menteri Kesehatan. Adapun alasan yang mengirigi saran kami adalah karena Dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K) sedang dikenakan sanksi akibat melakukan pelanggaran etik kedokteran. Sanksi tersebut tertera dalam Keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran PB IDI No.009320/PB/MKEK-Keputusan/02/2018 tanggal 12 Februari 2018.
Adapun pelanggaran etik tersebut terkait terapi cuci otak yang atau Digital Substraction Angiography (DSA) yang diperkenalkan Dokter Terawan.

Percaya Diri, Penolakan Dianggap Tantangan
Meski dapat 'penolakan', Dr Terawan Agus Putranto resmi menduduki kursi Menteri Kesehatan (Menkes) setelah dilantik Presiden Jokowi, Rabu (23/10/2019).
Meski pelantikan dirinya sempat diproses oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pusat Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr Terawan tetap tampil percaya diri.
Bagi Dr Terawan, surat yang dikirim IDI ke Presiden Jokowi agar dirinya tidak diangkat menjadi Menkes
lantaran sedang dikenakan sanksi akibat melakukan pelanggaran etik kedokteran merupakan hal wajar.
"Tidak masalah pengangkatan pasti diwarnai pro dan kontra. Apalagi jabatan politis. Tantangan pasti selalu ada, justru itu yang menarik," tegasnya usai pelantikan di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta.
Adanya dukungan dari keluarga diyakini Dr Terawan menjadi semangat tersemangat tersendiri baginya untuk mengemban amanat dari sang kepala negara.
"Saya tidak menyangka bakal jadi menteri. Saat diminta pak presiden saya langsung bilang siap untuk membantu. Keluarga juga senang, memberi semangat dan pastinya mendoakan," tutur Dr Terawan.
Raut muka bahagian nampaknya tidak bisa dibendung, Dr Terawan selalu tersenyum saat menghadap ke kamera dan diwawancarai oleh awak media.
Pria berkumis ini mengaku tidak sabar ingin segera berkantor di Kementerian kesehatan dan bekerja menjalankan visi misi Presiden Jokowi dalam lima tahun kedepan.
"Masalah kesehatan memang jadi prioritas Pak Jokowi. Segera saya sering melakukan kunjungan ke semua wilayah untuk mengetahui apa saja persoalan di lapangan," imbuhnya.
Terakhir Dr Terawan mengaku bakal berbagi tips kesehatan pada para menteri di Kabinet Indonesia Maju agar bisa selalu bugar seperti dirinya.
"Tips dari saya, bekerja harus dengan iklas, melayani. Percayalah pasti kita dijaga oleh Allah SWT," singkatnya.

Sosoknya Terkenal karena Metode Cuci Otak
Diketahui, Terawan dikenal sebagai dokter TNI AD dengan pangkat mayor jenderal (Mayjen).
Di dunia medis, dia dikenal karena metode barunya dalam mengobati stroke, yakni terapi cuci otak.
Hal ini membuat Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Aburizal Bakrie menyerukan upaya penyelamatan dokter Teriawan di akun Instagramnya.
Abrizal Bakrie mengungkap metode yang digunakan dokter Terawan sudah menolong dan terbukti mampu mencegah maupun mengobati ribuan penderita stroke.
Hal itulah yang kemudian membuat nama dokter Teriawan kemudian menjadi trending topik di Google.
Kemampuan dokter Teriawan mencuci otak demi kesembuhan pasien menuai kontroversi.
Meski begitu, metode Cuci Otak yang dilakukan dokter Teriawan pernah menyembuhkan 40 ribu pasien.
Dilansir dari laman warta kota, dokter Teriawan asal Yogyakarta ini mengaku sudah menerapkan metode mengatasi masalah stroke ini sejak tahun 2005.
"Sudah sekitar 40.000 pasien yang kami tangani," imbuhnya.
Bahkan menurutnya, tak banyak komplain dari masyarakat yang ia terima sehingga menjadikan bukti keampuhan metode yang diterapkannya itu.
Setelah itu, ia menemukan metode baru untuk menangani pasien stroke yang disebut dengan terapi çuci otak dan penerapan program DSA (Digital Substraction Angiogram).