Jumat, 3 Oktober 2025

Prevalensinya Naik: Waspadai Diabetes Mellitus, Penyakit Pembunuh Nomor 4 di Dunia

Data di Kementerian Kesehatan RI menunjukkan, ada peningkatan prevalensi diabetes di Indonesia dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun 2013.

Penulis: Choirul Arifin
HANDOUT
Dr. dr. Karina SpBP-RE usai mempertahankan disertasinya dalam penelitiannya tentang efek pemberian Platelet-Rich Plasma terhadap Angiogenesis Adipose-Derived Mesenchymal Stem Cell kepada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Penelitian tersebut untuk promosi doktoralnya yang dilanjutkan dengan pengukuhan sebagai Doktor Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di di Aula Imeri FKUI, Salemba, Jakarta, Senin (2/9/2019). 

Sebagai seorang klinisi bedah plastik yang bertanggung jawab atas pengambilan lemak dari tubuh pasien sebagai bahan sumber terapi stromal vascular fraction (stem cell tanpa kultur) autologus, Dr. dr. Karina, SpBP-RE mulai mencermati adanya perbedaan dari sel stromal pasien DM dibanding dengan pasien non DM.

Walaupun dilakukan dengan tehnik liposuction yang sama, jumlah sel stromal pasien DM jauh lebih sedikit dibandingkan dengan dari pasien non DM. Hal inilah yang membuatnya terbiasa mengambil lemak pasien DM lebih banyak, walaupun pada sebagian kasus, hal ini sulit untuk dilakukan.

Itulah yang pada akhirnya menimbulkan keingintahuan peneliti untuk mendalami lebih jauh, apakah selain dari jumlahnya yang menurun, kualitas dari stem cell DM pun juga menurun.

Terutama untuk melihat dari fungsi angiogenesis yang tentunya sangat dibutuhkan untuk keberhasilan terapi bagi pasien DM.

Dr Karina memulai penelitiannya dengan membandingkan platelet rich plasma (PRP) dari donor sehat, donor DM, dan darah PMI yang sudah dianggap kadaluarsa, mengingat penelitian ini akan membutuhkan PRP dalam jumlah banyak sehingga lebih memungkinkan bila PRP diproses dari darah PMI.

“Di dunia medis, PRP sudah banyak digunakan untuk terapi kecantikan, anti aging dan penyembuhan luka, namun mengingat bahwa PRP yang diproses dengan baik adalah sumber berbagai faktor pertumbuhan (growth factors), maka dipikirkan untuk mencoba melakukan penambahan PRP dengan berbagai konsentrasi ke dalam medium kultur stem cell," ungkapnya.

Efek yang diharapkan terjadi adalah peningkatan jumlah dan kualitas stem cell, baik dari daya ketahanan hidup (survival), daya memperbanyak diri (proliferasi), ekspresi penanda stem cell, serta kemampuan stem cell untuk membentuk melakukan angiogenesis yang dilihat di Matrigel.

Mengingat begitu banyak growth factors yang terdapat di dalam PRP, Dr. dr. Karina, SpBP-RE memfokuskan diri ke Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), yang merupakan salah satu growth factor utama dalam angiogenesis.

Menarik untuk dicermati, ternyata darah vena pasien DM dan darah PMI, mengandung kadar VEGF dalam trombosit yang lebih tinggi dari pasien non DM.

Dalam penelitian ini, dr Karina juga melakukan analisa perbandingan antara kualitas dan kuantitas stem cell yang berasal dari lemak limbah medis pasien liposuction, yang berasal dari pasien DM dan dengan non DM.

Pada beberapa aspek, terlihat dengan jelas menurunnya kualitas dan kuantitas dari stem cell pasien DM tersebut. Perbedaan signifikan terlihat jelas pada ekspresi penanda permukaan stem cell yang bernama CD105, di mana CD105 ini terkait erat dengan daya angiogenesis.

Pada akhir penelitian ini diketahui bahwa pemberian PRP 15% ke dalam medium kultur stem cell DM, dapat meningkatkan kemampuan angiogenesis stem cell DM yang dilihat secara in vitro (di luar tubuh manusia), sehingga menjadi sebanding dengan stem cell non DM.

Namun dengan waktu pembentukan pembuluh darah yang lebih panjang.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved