Selasa, 30 September 2025

Sudah Dilakukan Turun Temurun, Praktek Sunat Perempuan Masih Menjadi Kontroversi

Praktek sunat perempuan telah banyak dilakukan di beberapa negara Afrika, seperti Cameroon, Congo, Ethiopia, Gambia, Ghana, Kenya dan sebagainya

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-inlihat foto Sudah Dilakukan Turun Temurun, Praktek Sunat Perempuan Masih Menjadi Kontroversi
Ist
Ilustrasi Sunat perempuan

Secara teknis, penorehan tudung klitoris dilakukan menggunakan needle khusus karena umumnya dilakukan pada usia kurang dari 5 tahun, dengan anatomi tudung klitoris yang masih sangat tipis dan belum banyak dilalui pembuluh darah serta saraf.

Tindakan ini sangat minim pendarahan dan rasa sakit dan penorehan tudung klitoris selanjutnya membuat klitoris “lebih terbuka” pada usia dewasa terkait perkembangan organ termasuk didalamnya vagina.

"Disisi lain kebersihan vagina terutama sekitar klitoris menjadi lebih terjaga dan terhindar dari bau yang tidak sedap," katanya.

Clitoral hoods (tudung klitoris) terbentuk secara genetik, tiap-tiap perempuan memiliki lebar dan tebal yang berbeda.

Seiring bertambahnya usia, kelemahan atau elastisitas tudung kritoris menurun sehingga tidak sedap dipandang pasangan.

Dalam beberapa kasus, kondisi ini bahkan membuat respon atau sensasi seksual menjadi terganggu.

Dilain pihak seorang dokter asal London – Inggris, dr. Jacobson, mengatakan pada wanita yang memiliki masalah untuk mendapatkan kepuasan seksual/ orgasme saat berhubungan intim dengan pasangannya.

Bisa jadi disebabkan tudung klitoris  yang terlalu tebal, besar sehingga menutupi klitoris. Hal ini selanjutnya mengurangi rangsangan yang diterima klitoris selama melakukan aktivitas seksual.

Dengan dilakuannya hoodectomy, klitoris menjadi terbuka yang selanjutnya meningkatkan rangsangan seksual yang didapatkan seorang wanita untuk mencapai orgasme secara lebih mudah.

Di Afrika, sunat perempuan yang dilakukan merupakan tipe 1 dan 2 kriteria Badan Kesehatan Dunia (WHO) sehingga menyebabkan sunat perempuan identik dengan pemotongan klitoris pada wanita.

Baca: Rumahnya Tertimpa Longsor, Warga Purbalingga Ini Batalkan Pesta Pernikahan dan Sunatan

Secara anatomi pemotongan klitoris ini selanjutnya menyebabkan respon seksual wanita menjadi turun, dan memang tidak seharusnya dilakukan.

Sunat wanita yang ada di masyarakat Indonesia dan Asia umumnya dilakukan dengan cara menoreh clitroral hood (tudung klitoris) atau ada juga yang memotongnya.

Wanita yang terbuka klitorisnya, akan lebih mudah mencapai orgasme dibandingkan wanita yang tidak.

Dalam penelitian yang di lakukan di Ingris, wanita yang memiliki klitoris terbuka, dengan tindakan hodectomy memiliki tingkat kepuasan seksual yang lebih tinggi mencapai 97,2 persen dibadingkan yang tidak.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan