Wanita yang Tidak Menikah Berisiko Terkena Kanker Payudara
Penderita kanker payudara memiliki keluhan mulai dari benjolan yang teraba di payudara, perubahan ukuran dan bentuk, kerutan pada kulit
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data badan kesehatan dunia WHO, jumlah penderita kanker terus meningkat dengan persentase peningkatan sekitar 20 persen setiap tahunnya.
Di Indonesia, penderita kanker terbanyak di kalangan perempuan dan kanker payudara di peringkat teratas.
"Sayangnya, pasien kanker payudara sering terlambat mendapatkan penanganan, karena pasien datang untuk memeriksakan payudaranya setelah stadium lanjut,” jelas dr Vera Nevyta Tarigan, SpRad selaku dokter spesialis radiologi SHKJ di Jakarta, Kamis (9/2/2017).
Walaupun belum diketahui penyebab pasti munculnya kanker payudara, namun ada beberapa faktor risiko dari kanker payudara yaitu riwayat keluarga dengan kanker payudara dan tumor jinak, haid di usia yang terlalu muda.
"Tidak menikah, tidak menyusui, melahirkan anak pertama di atas usia 35 tahun, pola makan yang tidak sehat, konsumsi alkohol, merokok dan stres juga merupakan faktor risiko," katanya.
Umumnya penderita kanker payudara memiliki keluhan mulai dari benjolan yang teraba di payudara, perubahan ukuran dan bentuk, kerutan pada kulit, puting yang tertarik, keluarnya cairan merah dari puting, dan teraba benjolan di ketiak.
Departemen Radiologi SHKJ memiliki sarana diagnostik yang lengkap yaitu Mammography, Ultrasonography (USG), dan MRI payudara.
Penatalaksanaan kanker payudara meliputi operasi dengan teknik yang disesuaikan berdasarkan stadium, radioterapi, dan kemoterapi.
Selain kanker payudara, WHO menyatakan bahwa kanker serviks juga banyak terdapat di kalangan perempuan Indonesia.
"Stadium awal biasanya kanker serviks belum memberikan gejala atau tanda apapun. Jika kanker serviks telah memasuki stadium lanjut barulah timbul gejala,” kata Dr. med. Ferdhy Suryadi Suwandinata, SpOG(K-FER) selaku dokter spesialis kebidanan dan kandungan dengan subspesialis bedah kandungan dan tindakan pembedahan minimal invasif, serta endokrinologi reproduksi SHKJ.
Gejala kanker serviks yang perlu diwaspadai adalah perdarahan setelah melakukan hubungan seksual atau keputihan yang tidak sembuh dengan pengobatan.
"Keputihan yang menjadi tanda untuk kanker serviks adalah keputihan yang berbau busuk dan bercampur darah," katanya.
Pada stadium I dan II, pengobatan kanker serviks dapat dilakukan melalui pembedahan atau operasi.
Di SHKJ, operasi dapat dilakukan dengan teknologi minimal invasive surgery hanya dengan membuat 4 lubang kecil agar proses penyembuhan lebih cepat dan nyeri pasca operasi lebih rendah.
Tumbuh kembalinya kanker jarang terjadi bila kanker telah diobati secara tuntas.
"Pasien dianjurkan untuk tetap melakukan pemeriksaan lanjutan secara berkala, termasuk melakukan pap smear, USG transvaginal, dan USG abdomen. Sementara untuk kanker serviks berstadium lanjut IIB hingga IVB, pengobatan dapat dilakukan melalui radiasi dan kemoterapi," katanya.