Rima Melati dan Trauma Merokok
Rajin Mengomeli Anak kalau Berani Kebal-kebul Rokok
Trauma merokok setelah terkena kanker payudara membuat aktris Rima Melati tak segan mengomeli mereka yang merokok, termasuk anaknya.

Serangan kanker payudara dan kanker usus di masa lalu membuat aktris Rima Melati tidak hanya trauma merokok, tapi aktif berkampanye melawan batang tembakau. Sang anak pun akan dia omeli kalau berani kebal-kebul di depannya.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -
SEJAK jadi korban rokok hingga mengidap kanker payudara dan kanker usus itu, Rima memang ekstra hati-hati memilih makanan.
Ia sangat menghindari sayuran atau buah yang berpotensi mengandung pestisida. "Tapi ya nggak phobia banget, misalnya harus harus sayuran atau buah organik. Nggak segitunya,” ujar ibu dari lima anak yang semuanya sudah hidup mandiri itu.
Rima berusaha menekan risiko terpapar pestisida dengan mencuci buah benar-benar bersih sebelum disantap.
Ia mencuci dengan kucuran air kran. Kalau kurang yakin, kulit buahnya dia kupas sehingga yang disantap dagingnya saja. "Orang bilang apel itu banyak vitaminnya di bagian kulit. Tapi karena susah cari apel yang bebas pestisida, mau nggak mau saya kupas dan buang kulitnya,” tutur wanita yang kini aktif di Yayasan Indonesia Tanpa Tembakau (YITT).
Bagi Rima, mencegah kanker jauh lebih bagus ketimbang mengobati. Selain merongrong kantong, pengobatan kanker juga menyakitkan. Sebisa mungkin Rima berusaha menyantap makanan di rumah ketimbang di luar.
Sebab kalau di rumah, ia bisa mengontrol kadar gula dan garam secukupnya. Kalaulah terpaksa makan di luar, ia harus pilih-pilih restoran yang tidak bersifat siap saji. Kalau perlu ia bisa melihat langsung proses memasaknya dan rada cerewet’ untuk urusan bumbu.
"Biasanya saya teriakin jangan banyak-banyak garam! Atau, jangan pakai micin (MSG, penyedap rasa),” tutur Ketua Umum Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) ini.
Setelah terbebas dari kanker payudara, Rima Melati melakukan segala upaya agar penyakit menyebalkan yang merusak keindahan kaum Hawa itu tak datang lagi.
Ia sempat mengajak Tribunnews mengitari kolam renang pribadi yang berada di seberang ruang tamu tanpa sekat itu. Di bibir kolam renang berkedalaman sekitar dua meter itu ia sempat bermain-main air dengan telapak tangannya.
"Biar sudah nenek-nenek, saya masih kuat berenang dan tahan dinginnya air kolam renang di pagi loh,” gumamnya, bangga. Kalau tak sempat berenang, ia berlari kecil atau jogging di pinggirnya sembari menghirup udara segar. Melihat gaya hidup sehatnya, anak-anak dan menantu rata-rata sangat menghormatinya.
"Anak-anaknya tak satu pun yang merokok. Kalau menantu, masih ada yang merokok, tapi nggak berani kalau di depan saya,” tutur artis yang pernah bersahabat dekat dengan mendiang Presiden Soekarno itu.
Di rumahnya yang asri tapi rada terkesan angker karena sunyi itu, Rima memelihara dua ekor anjing. Yang satu berukuran sama dengan kucing, satunya lagi hampir segede kambing!
Sayang, ia tak sempat bercerita anjing jenis apakah yang sebesar kambing itu. Si anjing ini selalu menguntit kemana saja sang majikan melenggang sepanjang berada di pekarangan depan rumah.
Sementara anjing berukuran kecil (segede kucing) bebas berkeliaran di dalam rumah. Anjing inilah yang selalu menemani Rima menghabiskan waktu senggangnya. "Saya suka anjing tapi nggak suka kucing,” ujar nenek cantik yang mengelola bisnis tiga restoran di Jakarta itu. Pernah ia mencoba untuk memelihara kucing, tapi asmanya kambuh karena kibasan bulu-bulu kucing rontok dan berterbangan kemana-mana.
Frans Tumbuan yang tiba-tiba muncul saat wawancara berlangsung menuturkan, sang istri memang ekstra hati-hati menjaga kesehatan setelah sembuh dari kanker. "Saya pun jadi ikut-ikutan gaya hidup sehat ala dia. Ya stop merokok, ya minum jus wortel dan buah-buah dengan antioksidan tinggi, ya treadmill,” tutur Frans
Aktor lawas yang ikut membintangi serial sinetron Khanza’ itu bertutur, pelajaran buruk merokok di masa lalu itu kini sangat dipahami sebagian besar anak-anak mereka, Dari kelima anaknya, yang empat sudah mengharamkan merokok. Tinggal satu yang masih belum tobat’, merokok yakni anak pertama, Adianto Tumbuan.
"Tapi dia nggak berani kalau di depan mamanya. Bisa dipelototi tuh sama mamanya. Ngerokoknya masih ngumpet-ngumpet kalau ketemu mamanya,” celetuk Frans, sembari terbahak. Dan Rima pun menyahut, "Wah, bisa saya omeli kalau kebal-kebul di depan saya."
Sang pembantu rumahtangga di rumah itu kepada Tribunnews sempat bertutur kalau dirinya mengagumi sosok sang majikan yang masih berstamina di usia senja. "Jarang banget ada wanita berusia kayak beliau (72 tahun), masih kuat berenang, jogging, treadmill,” tutur Si Mbak pembantu yang enggan disebutkan namanya itu.
Si Mbak juga bertutur, ia setia membantu Rima Melati membuatkan jus buah ketika tiap kali sang majikan meminta. "Ibu kesukaannya jus-jus buah yang berwarna, kayak apel dan wortel. Lebih sering wortel sih,” tuturnya.
Rima kini memang benar-benar mensyukuri kesehatannya. Karena dengan begitu ia bisa tetap produktif di dunia akting, mengelola bisnis kuliner dan aktif berkampanye anti rokok di berbagai ajang seminar, penyuluhan atau lokakarya.
Dari penyuluhan itu, ia menyampaikan betapa rokok tidak hanya mengganggu kesehatan tapi kualitas hidup dan merongrong dompet.
"Habis ini saya mau hadiri reuni teman-teman SMA di resto milik saya, The Jaya Pub di kawasan Thamrin. Saya kangen banget sama mereka,” tuturnya, bersemangat. Begitulah Rima Melati dalam keseharian. Tetap lincah dan dinamis di usia senja.
Ia bukan hanya menjadi contoh gaya hidup sehat jauh dari nikotin tapi juga teladan dari cerita bangkit dari keterpurukan. Untuk diketahui, di seluruh dunia jumlah kematian karena rokok sekitar 5 juta orang setahun. Indonesia peringkat ke-3 dunia.
Jumlah kematian karena merokok 190.260 jiwa. Laki-laki 100. 680 dan wanita 89.580. Setidaknya tiap hari 521 orang meninggal karena rokok.
Rima Melati tidak mau menjadi bagian dari jumlah itu. Ia pun tidak mau angka itu makin membengkak. Itu sebabnya dia berhenti merokok. Lalu aktif berkampanye anti kebal-kebul tembakau di mana-mana.
Secara terpisah, Menaldi Rasmin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) bertutur, progress pemulihan kesehatan Rima Melati setelah stop merokok sejak 1989 bisa jadi inspirasi bagi para wanita yang masih aktif perokok.
Ia lantas mengutip penelitian dari American Cancer Society’ yang menyebutkan, mereka yang berhenti merokok, 20 menit setelah itu saja sudah terasa dampak positifnya. Yakni, turunnya frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.
Sementara kalau tidak lagi merokok dalam 12 jam kemudian akan terjadi normalisasi kadar karbon dalam darah. Sementara kalau 2 minggu hingga 3 bulan tidak merokok, maka peredaran darah dan fungsi paru-paru akan makin membaik.
Sedangkan kalau 1 tahun berhenti merokok, risiko terkena penyakit jantung koroner berkurang 50 persen dibanding yang masih aktif merokok. Sementara bila berhenti total merokok dalam lima tahun, risiko kanker mulut, tenggorokan, esofagus, dan gangguan kantung kemih serta jenis kanker lain akan berkurang 50 persen.
Apalagi kalau sudah total berhenti merokok puluhan tahun silam seperti beliau (Rima Melati), jelas progress pemulihan kesehatannya sangat menggembirakan,” tutur Menaldi Rasmin.
(Agung Budi Santoso/Bagian kedua /Bersambung)
Berita terkait
Klik berita dengan topik dan narasumber serupa di koran digital TRIBUN JAKARTA
Jangan Merokok di Rumah Rima Melati, Pasti Diusir!
Kisah Penyanyi yang Karirnya Hancur karena Rokok
Korban Rokok, Leher Dilubangi, Suara Berubah Seperti Robot
Saya Bernafas dari Leher, Bukan dari Lubang Hidung