Koizumi Diprediksi Menangkan Pemilu LDP dan Jadi PM Jepang Baru, Oposisi Siapkan Perlawanan?
Hasil kunjungan ke beberapa PM Jepang itu menghasilkan dukungan yang sangat baik dari mereka.
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Menjelang pemilihan presiden partai demokrat liberal (LDP), Sabtu (4/10/2025) besok, Menteri Pertanian dan Perikanan Shinjiro Koizumi mengunjungi Kantor Perdana Menteri Shigeru Ishiba Jumat (3/10/2025) ini.
Ia juga mengunjungi perdana menteri sebelumnya Taro Aso serta Fumio Kishida dan Yoshihide Suga.
"Di bawah instruksi yang diberikan oleh Perdana Menteri 'jika seorang menteri menantang dan ikut ke dalam pemilihan presiden, dia harus memberikan prioritas utama kepada urusan publik. Dia telah melakukannya sambil menyeimbangkan tugas resminya," ungkap sumber Tribunnews.com politisi senior Jepang Jumat (3/10/2025).
Koizumi pun menyampaikan kepada Ishiba.
"Saya bisa berlari sampai hari terakhir dengan dukungan tim yang luar biasa dan terbaik, meskipun ada berbagai kesulitan," katanya.
Hasil kunjungan ke beberapa PM Jepang itu menghasilkan dukungan yang sangat baik dari mereka.
Baca juga: Jepang Kembangkan Masjid Berjalan, Ditargetkan Bisa Diproduksi di Indonesia
"Para mantan PM Jepang mendukung Koizumi dan tampaknya Koizumi akan memenangkan pemilu partai LDP kali ini," katanya.
Situasi di tahap akhir menghadapi segunung persaingan antara masing-masing kubu untuk mengantisipasi pemungutan suara akhir dari penelitian ANN,
Koizumi mempertahankan keunggulan dengan sekitar 90 suara untuk anggota anggota majelis tinggi parlemen Jepang dan diikuti oleh Takaichi dan Hayashi.
Lainnya mendapat dukungan kurang banyak jumlahnya.
Pemungutan suara putaran pertama belum diputuskan, dan diharapkan pemungutan suara yang menentukan akan diadakan dan salah satu dari dua orang, apakah Koizumi, atau Sanae Takaichi akan mendapat suara mayoritas.
Lalu calon lain akan mengundurkan diri dan memberikan suara kepada salah satu, apakah Koizumi atau Takaichi.
Salah satu kata kunci dari pemilihan presiden ini adalah "pembubaran partai."
Pertama-tama, titik awalnya adalah pengumuman pengunduran diri Perdana Menteri Shigeru Ishiba.
Pada tanggal 7 bulan lalu, Perdana Menteri Ishiba mengatakan pada konferensi pers darurat, "Jika rakyat melihat bahwa tidak ada yang berubah di Partai Demokrat Liberal yang lama, tidak akan ada masa depan bagi partai," dan "Kita harus mencapai 'pembubaran partai' yang sebenarnya."
Melihat kembali sejarah LDP sejauh ini, sejak pembentukannya pada tahun 1955, apa yang disebut Era Segitiga Daifukuchu dan era yang disebut pemerintahan Keiseikai telah berlanjut untuk waktu yang lama, dengan faksi-faksi di dalam partai mendapatkan kekuasaan dan LDP mempertahankan pemerintahan tunggal.
Namun, pada tahun 1993, pemerintahan koalisi Morihiro Hosokawa dari Partai Demokrat non-Liberal diluncurkan dan mengalami partai oposisi untuk pertama kalinya.
Tahun berikutnya, pada tahun 1994, LDP akhirnya kembali ke partai yang berkuasa dalam pemerintahannya sendiri, yang membentuk koalisi dengan Partai Sosialis dan partai baru Sakigake.
Setelah itu, pemerintahan koalisi Demokrat Liberal dimulai dipimpin oleh Ryutaro Hashimoto.
Kemudian dalam pemerintahan yang disebut "Teater Koizumi", dipimpin Junichiro Koizumi ayah Shinjiro, ia mempertahankan peringkat persetujuan LDP yang tinggi di masyarakat.
Baca juga: Indonesia Bersama Jepang Siapkan Beasiswa S2 untuk Program Transmigrasi Patriot
Pemerintahan Partai Demokrat (oposisi) lahir pada tahun 2009, dan meskipun ia mengalami posisi penurunan keduanya, ia kembali ke partai yang berkuasa mulai tahun 2012. Kemudian membangun sistem dominasi satu partai.
Kini melalui pemilu majelis rendah dan majelis tinggi oposisi juga kembali menjadi jauh semakin kuat.
Olehkarena itu meskipun Koizumi terpilih menjadi Ketua LDP besok (4/10/2025), pihak oposisi sudah siap-siap menjatuhkannya segera dengan menggalang suara sebanyak mungkin di parlemen.
Saat pemungutan suara di parlemen, apabila jumlah suara LDP dan koalisinya mendukung mayoritas Koizumi, maka Koizumi sah menjadi PM Jepang.
Tetapi saat pemungutan suara di parlemen, saat ingin pengesahan PM Jepang yang baru, kalau kenyataan nanti jumlah suara di parlemen lebih sedikit atau minoritas yang mendukung Koizumi, maka posisi Koizumi sebagai calon PM Jepang terancam, tidak bisa menjadi PM Jepang dan persoalan politik Jepang akan berkepanjangan nantinya.
Tidak mudah memang perpolitikan Jepang saat ini karena jumlah anggota parlemen dari LDP menjadi jauh lebih sedikit daripada sebelum tanggal 28 Agustus 2020 saat PM Jepang Shinzo Abe mengundurkan diri.
Pembicaraan politik Jepang dilakukan kelompok Pencinta Jepang. Gabung gratis kirimkan nama alamat dan nomor whatsapp ke email [email protected]
Partai Berkuasa Jepang Kalah Telak di Pemilu, Gagal Raih Mayoritas Pertama Kali Sejak 1955 |
![]() |
---|
Menlu Jepang Ungkap Pembicaraan Prabowo dan Mantan PM Fumio Kishida |
![]() |
---|
Sosok Fumio Kishida, Utusan Khusus PM Jepang yang Temui Prabowo Tadi Malam di Kertanegara |
![]() |
---|
Prabowo dan Utusan Khusus PM Jepang Bahas Proyek AZEC dan Investasi Geothermal 500 Juta Dolar AS |
![]() |
---|
Penunjukan PM Shigeru Ishiba Tak Berefek bagi Partai LDP, Koalisi Petahana Keok di Pileg Jepang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.