Korea Utara Diduga Miliki 2.000 Kg Uranium Hasil Pengayaan, Korsel Diminta Makin Waspada
Korea Utara diduga memiliki hingga 2.000 kg uranium hasil pengayaan tinggi untuk mendukung ambisi Korea Utara memperluas kemampuan senjata nuklirnya.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Korea Utara diduga memiliki hingga 2.000 kilogram uranium hasil pengayaan tinggi karena untuk mendukung ambisi Korea Utara memperluas kemampuan senjata nuklirnya dalam beberapa tahun terakhir.
Hal tersebut disampaikan Menteri Unifikasi Chung Dong-young, dalam konferensi pers, mengutip badan intelijen dan perkiraan lain yang dirilis ke publik, Kamis, 25 September 2025.
"Sangat mendesak untuk menghentikannya. Bahkan pada saat ini, sentrifus uranium di empat wilayah (di Korea Utara) sedang beroperasi untuk mengumpulkan bahan nuklir," kata Chung.
Dia menyarankan dimulainya kembali kerja sama Korea Utara-AS. Pembicaraan kedua negara dapat menjadi "terobosan" untuk melanjutkan upaya denuklirisasi Korea Utara yang selama ini terhenti.
Mengutip Aljazeera, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah mengisyaratkan bahwa ia terbuka untuk berunding dengan AS jika Washington berhenti mendesak negaranya untuk menyerahkan senjata nuklirnya.
"Jika Amerika Serikat melepaskan obsesi absurd untuk denuklirisasi kami dan menerima kenyataan, serta menginginkan koeksistensi damai yang sejati, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak duduk bersama Amerika Serikat," kata Kim dalam pidatonya di Majelis Rakyat Tertinggi di Pyongyang pada hari Minggu, seperti dikutip Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Kim Jong Un juga mengomentari Presiden AS Donald Trump, yang ia temui tiga kali selama masa kepresidenan pertamanya, dengan mengatakan: "Secara pribadi, saya masih memiliki kenangan indah tentang Presiden AS Trump."
Komentar Kim muncul setelah Trump dan pemimpin Korea Selatan Lee Jae-myung menyatakan kesediaan mereka untuk bertemu dengan mitra mereka dari Korea Utara dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih bulan lalu.
"Suatu hari nanti, saya akan bertemu dengannya. Saya menantikan pertemuan dengannya. Dia sangat baik kepada saya," kata Trump saat itu.
Trump mengaku cukup mengenal Kim, yang keluarganya telah memerintah Korea Utara selama tiga generasi, "lebih baik daripada siapa pun, hampir, selain saudara perempuannya," kata Trump.
Sementara itu mengutip NK News, Korea Selatan akan berada dalam risiko serius jika ikut mengembangkan senjata nuklir untuk melawan Korea Utara.
Pyongyang atau bahkan Beijing dapat melakukan serangan pendahuluan ke Korsel selama proses pengembangan.
Baca juga: Iran Tolak Kekuatan Rudalnya Dibatasi dan Tegaskan Tetap Lakukan Pengayaan Uranium
Dr. Vipin Narang, mantan penjabat asisten menteri pertahanan AS untuk kebijakan luar angkasa, mengatakan kepada NK News bahwa Seoul akan menghadapi periode kerentanan yang berbahaya sebelum menyelesaikan program nuklir dalam negeri, yang menurutnya akan "memberikan nilai pencegahan yang sangat kecil" terhadap persenjataan DPRK yang terus bertambah.
Dia berpendapat, senjata nuklir AS memberikan jaminan keamanan terkuat bagi Korea Selatan. DIa juga menekankan bahwa Seoul sekarang memiliki peran terstruktur dalam perencanaan pencegahan di bawah Kelompok Konsultatif Nuklir (NCG) gabungan sekutu.
"Saya yakin Presiden Lee juga memiliki pandangan yang sama bahwa senjata nuklir dalam negeri Korea Selatan tidak sesuai dengan kepentingan keamanan [ROK]. AS juga memiliki pandangan yang sama," kata Narang, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil ketua NCG.
Baca juga: Korut Tolak Terima Surat Ajakan Bertemu Donald Trump, Sudah Terjadi Berkali-kali
“Kami yakin bahwa keamanan dan stabilitas di Asia Timur Laut, khususnya di Semenanjung Korea, paling baik diwujudkan melalui hubungan pencegahan yang kuat dan luas, termasuk perluasan pencegahan nuklir AS ke Korea Selatan.”
Di luar risiko militer, Narang mengatakan Korea Selatan dapat menghadapi sanksi ekonomi yang berat jika melanggar kewajibannya berdasarkan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir dengan memperoleh senjata nuklir, yang berpotensi merugikan industri-industri besar seperti semikonduktor dan otomotif.
“Hal itu akan berdampak besar pada ekonomi Korea Selatan, termasuk merek-merek ternama seperti Samsung, Kia, Hyundai, dan LG,” ujarnya dalam sebuah wawancara di podcast NK News.
Ia juga memperingatkan bahwa Seoul yang memiliki senjata nuklir dapat merusak rezim nonproliferasi global, memicu serangkaian pengembangan nuklir di negara-negara seperti Jepang atau Arab Saudi.
Dukungan agar Korea Selatan memperoleh senjata nuklir telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kalangan politik kanan Korea Selatan.
Ini karena Korea Utara telah mendorong pengembangan senjata nuklir taktis yang menargetkan Korea Selatan dan rudal balistik jarak jauh yang dapat menyerang daratan AS.
Hal ini telah memicu keraguan tentang kredibilitas penangkalan AS yang diperluas dan kesediaan Washington untuk mengambil risiko serangan nuklir DPRK di kota-kota Amerika untuk mempertahankan Korea Selatan dalam kontingensi militer.
Untuk mengatasi kekhawatiran ini, Presiden AS Joe Biden dan mitranya dari Korea Selatan Yoon Suk-yeol menandatangani Deklarasi Washington pada tahun 2023.
Deklarasi tersebut menyatakan bahwa AS setuju untuk memberikan Korea Selatan peran yang lebih besar dalam perencanaan pencegahan yang diperluas di bawah NCG, dan Seoul menegaskan kembali komitmennya terhadap nonproliferasi nuklir.
6 Fakta Keamanan Ekstrem Kim Jong Un: Bawa Toilet Pribadi demi Cegah DNA-nya Dicuri Intel Asing |
![]() |
---|
Kim Jong Un Awasi Uji Coba Mesin Rudal Balistik Antarbenua, Siap Luncurkan ICBM Baru |
![]() |
---|
Operasi SEAL Team 6 Bocor, Trump Cuci Tangan: Saya Tak Tahu Apa-Apa soal Panyadapan Kim Jong-un |
![]() |
---|
Pulang Naik Kereta Lapis Baja, Kim Jong Un Panen Bantuan Ekonomi dari China, Dapat Backingan Rusia |
![]() |
---|
Tiga Hari ke Beijing, Kim Jong-un Pakai Arloji Buatan Swiss, Sang Adik Tenteng Tas Lady Dior |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.