Senin, 29 September 2025

Pria Tiongkok Gelar Protes Langka, Proyeksikan Slogan Anti-Komunis Sebelum Parade Militer Xi Jinping

Seorang pria Tiongkok memproyeksikan slogan anti-Komunis di gedung Chongqing, memicu sorotan global jelang parade militer Xi.

Tangkap layar Instagram/@dwnews
DEMO ANTI-KOMUNIS. Slogan sinar laser diproyeksikan ke dinding sebuah gedung tinggi di Chongqing, kota berpenduduk 30 juta jiwa, pada malam 29 Agustus lalu. Tulisan itu berbunyi: “Bangkitlah, kalian yang tidak ingin diperbudak. Bangkitlah dan lawan untuk merebut kembali hak-hak kalian.” (Tangkap layar Instagram/@dwnews) 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria Tiongkok menggelar aksi protes langka beberapa hari sebelum parade militer besar yang dipimpin Presiden Xi Jinping di Beijing.

Reuters melaporkan, seorang pria bernama Qi Hong (43) memproyeksikan slogan anti-Komunis ke sebuah gedung pencakar langit di Chongqing, kota berpenduduk lebih dari 30 juta jiwa di barat daya Tiongkok.

Slogan yang diproyeksikan berbunyi: “Hanya tanpa Partai Komunis dapat terwujud Tiongkok baru” dan “Hancurkan fasisme merah, gulingkan tirani Komunis.”

Klip video yang memperlihatkan aksi tersebut beredar luas di X dan diverifikasi oleh Reuters.

The New York Times menulis, Qi mengaku memasang proyektor di sebuah kamar hotel pada Agustus lalu sebelum meninggalkan Tiongkok bersama istri dan putrinya.

Ia mengoperasikan proyektor dan kamera pengintai dari jarak jauh di Inggris.

Rekaman video memperlihatkan polisi mendatangi kamar hotel, menemukan proyektor tersembunyi, serta sebuah surat tulisan tangan yang ditinggalkan Qi.

Surat itu berisi pesan: “Sekalipun Anda penerima manfaat dari sistem hari ini, suatu hari nanti Anda pasti akan menjadi korban di tanah ini. Jadi, mohon perlakukan orang-orang dengan baik.”

Polisi membutuhkan waktu sekitar 50 menit untuk melacak sumber proyeksi tersebut sebelum akhirnya berhasil mematikan perangkat.

Video aksi itu kemudian diunggah ke akun media sosial aktivis Li Ying, seorang pembangkang yang berbasis di luar negeri.

Unggahan tersebut ditonton lebih dari 18 juta kali hanya dalam empat hari, menurut penghitung X.

Baca juga: Foto Parade Militer China: Putin, Xi Jinping, Kim Jong Un Jalan Beriringan

Human Rights Watch menilai insiden ini penting.

Maya Wang, Direktur Asosiasi Asia HRW, menyebut protes itu sebagai bukti keberanian warga Tiongkok yang menentang represi pemerintah.

“Tindakannya menunjukkan bahwa kendali PKT tidak sepenuhnya aman,” ujarnya.

Qi mengaku terinspirasi oleh aksi protes spanduk di Beijing pada 2022 yang menyerukan pengunduran diri Xi Jinping.

Ia juga menyebut pengalamannya sebagai mantan pekerja migran, pengangguran, serta kebijakan ketat selama pandemi COVID-19 membuatnya kecewa terhadap pemerintah.

Meski demikian, ia menegaskan aksinya bukan untuk mencari perhatian.

“Tujuan saya hanyalah mengekspresikan diri. Partai memasang kamera untuk mengawasi kami."

"Saya pikir saya bisa menggunakan cara yang sama untuk mengawasi mereka,” ujarnya kepada New York Times.

The Straits Times mencatat, gambar-gambar protes itu tidak beredar di media sosial domestik Tiongkok karena penyensoran ketat.

Aksi Qi Hong menjadi sorotan global karena terjadi hanya beberapa hari sebelum parade militer yang dirancang Beijing untuk memamerkan kekuatan Xi di hadapan 26 pemimpin dunia.

China menggelar parade militer terbesar dalam sejarahnya di Lapangan Tiananmen, Beijing, untuk memperingati 80 tahun kemenangan atas Jepang dalam Perang Dunia II.

Acara ini menjadi simbol kebangkitan nasional sekaligus ajang unjuk kekuatan militer dan diplomatik di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping.

Parade berlangsung selama 70 menit, menampilkan lebih dari 10.000 pasukan, ratusan kendaraan militer, rudal nuklir DF-5C, jet tempur, drone bawah laut, dan sistem senjata hipersonik.

Xi Jinping menyampaikan pidato yang menekankan pilihan umat manusia antara perdamaian atau perang, serta pentingnya dialog dan kerja sama.

Parade ini menjadi bagian dari narasi nasionalisme baru China, yang menegaskan peran Partai Komunis sebagai pemimpin rakyat dan penjaga tatanan internasional.

Di tengah ketegangan dengan negara-negara Barat, kehadiran para pemimpin dari negara-negara yang sering mendapat sanksi internasional disebut sebagai “poros pergolakan” oleh analis Barat.

Baca juga: Tiongkok Pamer Beberapa Senjata Nuklir Antarbenua di Parade Militer Beijing

Parade militer ini bukan hanya peringatan sejarah, tetapi juga pernyataan strategis bahwa China siap memainkan peran sentral dalam geopolitik global. 

Pemimpin Dunia yang Hadir

Hadir di barisan depan, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un duduk berdampingan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang menjadi tuan rumah.

Kehadiran mereka menegaskan hubungan erat ketiga negara di tengah dinamika geopolitik global.

Selain itu, parade juga dihadiri oleh Raja Kamboja Norodom Sihamoni, Presiden Vietnam Luong Cuon, serta Presiden sekaligus Sekretaris Jenderal Partai Revolusi Rakyat Laos Thongloun Sisoulith

Dari Asia Tenggara, Presiden Indonesia Prabowo Subianto serta Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim ikut hadir.

Sejumlah pemimpin Asia Tengah seperti Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, Presiden Kirgistan Sadyr Japarov, dan Presiden Turkmenistan Serdar Berdimuhamedov turut memeriahkan acara.

Nama besar lainnya yang hadir di parade tersebut di antaranya Presiden Mongolia Ukhnaa Khurelsukh, Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif, Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli, Presiden Maladewa Mohamed Muizzu, serta Presiden Belarus Alexander Lukashenko.

Dari kawasan lain, parade juga dihadiri Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Iran Masoud Pezeshkian, Presiden Republik Kongo Denis Sassou Nguesso, Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa, Presiden Serbia Aleksandar Vučić, Presiden Slovakia Robert Fico, hingga Perdana Menteri Kuba Miguel Díaz-Canel.

Baca juga: Trump Tak Khawatir Poros Anti-Amerika Terbentuk di Tengah Guncangan Parade Militer China

Tidak ketinggalan, pemimpin Myanmar Min Aung Hlaing juga hadir sebagai representasi Asia Tenggara.

Dengan deretan tokoh besar tersebut, parade militer kali ini tidak hanya menjadi pertunjukan kekuatan militer Tiongkok, tetapi juga panggung diplomasi internasional yang menunjukkan siapa saja mitra strategis Beijing di tengah perubahan lanskap politik global.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan