Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Kim Jong Un Gelar Upacara Penghargaan untuk Prajurit Korut yang Bantu Rusia Berperang di Ukraina

Kim Jong Un memberikan penghargaan kepada tentara Korea Utara yang pulang dari Rusia usai bertempur di perang Ukraina.

Kantor Presiden Rusia/Vladimir Smirnov, TASS
PUTIN KUNJUNGI DPRK - Foto diambil dari publikasi Kantor Presiden Rusia, Selasa (6/5/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bersulang dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kanan) di Pyongyang pada 18 Juni 2024. Kim Jong Un menggelar upacara penghargaan bagi pasukan negaranya yang bertempur membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menggelar upacara penghargaan bagi pasukan negaranya yang bertempur membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina.

Upacara ini berlangsung di tengah harapan akan adanya pertemuan puncak antara Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk membahas kesepakatan damai.

Kim Jong Un memimpin Korea Utara sejak 2011, menggantikan ayahnya, Kim Jong Il.

Korea Utara, atau secara resmi  Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK), adalah negara yang terletak di bagian utara Semenanjung Korea.

Negara ini dikenal karena sistem pemerintahannya yang sangat tertutup. Meski demikian, Korea Utara memiliki hubungan yang sangat erat dengan Rusia.

Media pemerintah Korea Utara, KCNA, pada Jumat (22/8/2025) melaporkan Kim memuji para prajurit sebagai "pahlawan dan patriot hebat" dalam pidatonya.

Kim mengatakan aktivitas pasukan operasional luar negeri membuktikan kekuatan "tentara heroik" Korea Utara dan menyinggung "pembebasan Kursk" sebagai bukti semangat juang para prajurit.

Dalam upacara tersebut, Kim menganugerahkan gelar "Pahlawan DPRK" kepada komandan dan anggota militer atas apa yang disebut sebagai prestasi terhormat mereka di medan perang.

Ia juga meletakkan bunga dan medali di samping potret prajurit yang gugur, serta mengheningkan cipta untuk mengenang mereka.

KCNA melaporkan, acara itu juga diisi dengan konser untuk pasukan yang kembali dari Rusia dan jamuan makan malam bersama keluarga para prajurit yang gugur.

Menurut Reuters, upacara ini merupakan penghormatan publik terbaru yang diberikan Pyongyang kepada tentaranya yang dikerahkan ke Rusia.

Baca juga: Dekat China, Korea Utara Bangun Pangkalan Rahasia Rudal yang Mampu Hantam Amerika 

Sehari sebelumnya, KCNA menyebut Kim bertemu dengan para perwira unit luar negeri dan memberi penghormatan kepada prajurit yang tewas di Ukraina.

Anggota parlemen Korea Selatan pada April lalu, mengutip badan intelijen, menyebut sekitar 600 tentara Korea Utara tewas di medan perang dari total pengerahan sekitar 15.000 pasukan ke Rusia.

Kementerian Unifikasi Seoul menilai langkah Kim tersebut bertujuan membenarkan pengerahan pasukan dan meningkatkan moral militer Korea Utara.

Yonhap melaporkan, Korea Utara sejak Oktober tahun lalu telah mengirim ribuan tentara serta pasokan senjata konvensional untuk mendukung operasi Rusia.

Media Rusia bahkan menyebut Pyongyang akan menambah 5.000 pekerja konstruksi militer dan 1.000 pasukan sapper ke Kursk untuk membantu rekonstruksi wilayah tersebut.

Hubungan bilateral Korea Utara dan Rusia semakin menguat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina dan meningkatnya isolasi kedua negara dari Barat.

Secara resmi, hubungan ini dimulai pada 12 Oktober 1948, saat Korea Utara menjalin kerja sama dengan Uni Soviet.

Sejak Vladimir Putin berkuasa, ikatan kedua negara makin erat, khususnya di bidang militer dan ekonomi.

Puncaknya, pada 19 Juni 2024, Kim Jong Un dan Putin menandatangani Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif yang dinilai menyerupai aliansi formal.

Sebagai bentuk dukungan nyata, Korea Utara mengirim ribuan tentaranya ke Rusia untuk membantu perang di Ukraina, meski sekitar 600 di antaranya dilaporkan tewas.

Sebaliknya, Rusia menunjukkan dukungan politik dengan memblokir pembaruan sanksi PBB terhadap Pyongyang.

Kerja sama ini juga tercermin dalam pembukaan kembali rute kereta penumpang Moskow–Pyongyang pada Juni 2025.

Jalur sepanjang 10.000 kilometer itu ditempuh dalam delapan hari, menjadikannya rute kereta terpanjang di dunia saat ini.

Secara geografis, Korea Utara dan Rusia berbagi perbatasan sepanjang 17 kilometer di hilir Sungai Tumen, dekat titik pertemuan dengan Tiongkok.

Baca juga: Korea Utara Diam-diam Punya Pangkalan Rudal Balistik di Dekat China

Adapun jarak dari Moskow ke Pyongyang mencapai sekitar 10.000 kilometer, tergantung moda transportasi yang digunakan.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved