Senin, 6 Oktober 2025

Curhatan Ribuan Pekerja Asal Korut yang Kerja di Rusia: Dipaksa Kim Jong Un Jadi Buruh, Digaji Murah

Ribuan warga Korut yang dikirim ke Rusia untuk bekerja mengaku diperlakukan layaknya budak, mereka bekerja dari pagi ke pagi dengan gaji murah

Kantor Presiden Rusia/Vladimir Smirnov, TASS
PUTIN KUNJUNGI DPRK - Foto diambil dari publikasi Kantor Presiden Rusia, Selasa (6/5/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bersulang dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kanan). Ribuan warga Korut yang dikirim ke Rusia untuk bekerja mengaku diperlakukan layaknya budak, mereka bekerja dari pagi ke pagi dengan gaji murah 

TRIBUNNEWS.COM - Ribuan warga Korea Utara (Korut) yang dikirim ke Rusia untuk bekerja melayangkan protes usai mereka diperlakukan layaknya budak.

Hal ini terungkap usai enam pekerja, yang identitasnya dirahasiakan, menggambarkan kondisi kerja yang sangat melelahkan.

Dalam wawancara yang dilakukan BBC International, mereka menceritakan kesehariannya sebagai buruh pabrik bergaji murah.

Dimana pekerja dipaksa bangun pukul enam pagi dan bekerja hingga pukul dua pagi, dengan hanya dua hari libur setiap tahun.

Harapan untuk mendapatkan penghasilan besar sebagai jalan keluar dari kemiskinan, membeli rumah, atau memulai usaha, sirna karena pendapatan mereka langsung disetorkan ke pemerintah Korea Utara.

Alhasil pekerja hanya menerima sisa, antara 100–200 dolar AS per bulan atau sekitar Rp 1,6 juta hingga Rp 3,2 juta.

Penderitaan tak sampai disitu, para pekerja dilarang berbicara atau melihat sekeliling dan dipaksa mengikuti pelatihan ideologis serta sesi kritik diri untuk menegaskan loyalitas kepada Kim Jong Un.

Tempat tinggal mereka sangat memprihatinkan, tidur di peti kemas kotor, sempit, penuh serangga.

Bahkan kondisi lantai bangunan sangat memprihatinkan karena belum selesai dengan terpal seadanya untuk menahan dingin.

Tak jarang para pekerja harus menerima perlakukan kasar, mereka dipukul jika tertidur sejenaknya atau melanggar aturan.

Cedera serius, seperti jatuh dari ketinggian, bahkan seringkali tidak mendapat perawatan medis.

Baca juga: Warga Korut Rela Nyamar Jadi Pekerja TI Bayangan demi Setor Jutaan Dolar ke Rezim Kim Jong Un

"Bangun tidur terasa menakutkan, menyadari bahwa kamu harus mengulang hari yang sama lagi," kata Tae, yang berhasil melarikan diri dari Rusia tahun lalu.

Rusia Beri Iming-Iming Menjanjikan

Kondisi ini menjadikan pengalaman mereka di Rusia sebagai bentuk kerja paksa modern yang menyiksa secara fisik dan mental.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan iming-iming yang semula ditawarkan pemerintah Rusia.

Dimana ribuan warga Korea Utara yang dikirim ke Rusia sebagai buruh di janjikan kehidupan lebih baik dibanding di kampung halaman mereka.

Menurut laporan, banyak dari mereka termotivasi oleh kesempatan memperoleh penghasilan lebih tinggi, yang memungkinkan mereka lepas dari kemiskinan, membeli rumah untuk keluarga, atau memulai usaha setelah kembali ke Korea Utara.

Untuk bisa diberangkatkan, para pekerja menjalani seleksi ketat, dan hanya pria-pria tertentu yang terpilih meninggalkan keluarga mereka.

Bahkan prosesnya seleksinya dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah Pyongyang.

Setelah terpilih, mereka diberangkatkan oleh negara, dibekali dokumen resmi, dan dikawal agen keamanan Korea Utara sepanjang perjalanan.

Artinya, tidak ada cara pendaftaran umum seperti melamar kerja atau mengisi formulir; semua proses dikontrol pemerintah, termasuk distribusi tugas, lokasi kerja, dan pengawasan ketat selama di Rusia.

Untuk memikat para buruh Korut, Pihak Rusia menawarkan iming-iming berupa gaji tinggi, pekerjaan di proyek konstruksi besar, pabrik, atau pusat IT, yang jauh lebih menguntungkan dibanding upah domestik di Korea Utara.

Namun, kenyataannya sebagian besar penghasilan langsung disetorkan ke pemerintah Pyongyang sebagai “biaya loyalitas,”

Tak dirinci berapa jumlah pekerja Korut yang merantau ke Rusia, namun Data pemerintah Rusia menunjukkan bahwa pada 2024 lebih dari 13.000 warga Korea Utara memasuki Rusia, meningkat 12 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

Hampir 8.000 di antaranya masuk dengan visa pelajar, yang menurut pejabat intelijen dan para ahli merupakan taktik Rusia untuk menghindari sanksi PBB.

Pada bulan Juni, pejabat senior Rusia, Sergei Shoigu, untuk pertama kalinya mengonfirmasi bahwa 5.000 warga Korea Utara akan dikirim untuk membangun kembali wilayah Kursk, yang sempat direbut pasukan Ukraina tahun lalu.

Hal ini menandai keterlibatan lebih luas pekerja Korut dalam proyek-proyek strategis Rusia.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved