Konflik Rusia Vs Ukraina
Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1.267, Putin Telepon Kim Jong Un sebelum Temui Trump
Perang Rusia-Ukraina hari ke-1.267, Presiden Rusia Vladimir Putin menelepon Kim Jong Un sebelum bertemu Presiden AS Trump di Alaska pada hari Jumat.
TRIBUNNEWS.COM - Perang Rusia dan Ukraina memasuki hari ke-1.267 pada Rabu (13/8/2025), memperpanjang perang sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Dalam perkembangan terbaru, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara (DPRK) Kim Jong-un melakukan pembicaraan via telepon, membahas perang melawan Ukraina dan rencana pertemuan Putin dengan Donald Trump pada 15 Agustus di Alaska.
Putin berterima kasih kepada Korea Utara atas dukungan militernya di wilayah Kursk, memuji keberanian pasukan Korea Utara.
Kim Jong-un menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Rusia, sesuai perjanjian kemitraan strategis yang ditandatangani kedua negara pada 2024, yang mencakup kerja sama di bidang pertahanan dan senjata.
Sejak akhir 2024, intelijen Korea Selatan melaporkan Korea Utara mengirim pasukan ke Rusia untuk membantu perang melawan Ukraina — klaim yang awalnya dibantah Pyongyang.
Namun pada April 2025, Korea Utara mengakui keterlibatannya di Kursk, sementara Rusia secara resmi memuji peran militer DPRK.
Ukraina melaporkan bentrokan langsung dengan tentara Korea Utara, bahkan menangkap dua di antaranya pada Januari 2025, lapor Suspilne.
Kim Jong-un telah memerintahkan pengerahan pasukan sesuai perjanjian dengan Rusia dan pada Juli 2025 kembali menegaskan dukungannya kepada Moskow.
Perang Rusia di Ukraina yang dimulai pada tahun 2022 merupakan buntut panjang dari ketegangan antara Ukraina dan Rusia sejak pecahnya Uni Soviet pada Desember 1991.
Dalam pidato setelah meluncurkan invasinya pada 24 Februari 2022, Putin ia ingin menghilangkan kemampuan militer Ukraina yang dianggap mengancam Rusia, menyingkirkan unsur "neo-Nazi" yang dituduh ada dalam pemerintahan Ukraina, membela etnis Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk dari dugaan penindasan.
Selain itu, Rusia ingin mencegah Ukraina bergabung dengan aliansi NATO atau menjadi basis Barat, dan menolak keberadaan militer NATO di perbatasan Rusia.
Baca juga: Pertahanan Ukraina di Dobropillia Melemah, Rusia Tembus Garis Depan dengan Taktik Seribu Tebasan
Ukraina Tolak Serahkan Wilayah ke Rusia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina menolak usulan Rusia untuk menyerahkan lebih banyak wilayah negaranya dengan imbalan gencatan senjata karena Moskow akan menggunakan apa yang diperolehnya sebagai batu loncatan untuk memulai perang di masa mendatang.
"Putin ingin mendominasi negaranya karena ia tidak menginginkan Ukraina yang berdaulat," kata Zelensky kepada para wartawan menjelang pertemuan puncak Trump-Putin, dan sehari sebelum pertemuan virtual dengan para pemimpin AS dan Eropa.
Zelensky dan Eropa akan Bahas Cara Menekan Rusia
Zelensky akan mengadakan pembicaraan virtual dengan para pemimpin Eropa dan Trump pada hari Rabu (13/8/2025), menjelang KTT AS dan Rusia di Alaska pada 15 Agustus 2025.
Mereka akan membahas cara-cara untuk menekan Rusia dan mempersiapkan potensi negosiasi perdamaian, menurut Jerman.
Semua pemimpin Uni Eropa, kecuali Hongaria, menandatangani pernyataan yang mengimbau Trump, yang menyatakan solusi apa pun harus melindungi kepentingan keamanan Ukraina dan Eropa.
Zelensky mengonfirmasi ketidakhadirannya di KTT Alaska, mengatakan ia ingin Putin menyetujui gencatan senjata di garis depan saat ini dan agar kedua belah pihak memulangkan semua tawanan perang dan anak-anak hilang, sebelum membahas wilayah dan keamanan negara di masa depan.
"Setiap masalah wilayah tidak dapat dipisahkan dari jaminan keamanan," ujarnya, lapor The Guardian.
Zelensky: Pertemuan di Alaska adalah Simbol "Kemenangan Pribadi" Putin
Zelensky mengatakan Putin meraih kemenangan pribadi dalam pertemuannya dengan Trump di Alaska pada hari Jumat mendatang.
Menurutnya, pertemuan itu hanya akan menunda sanksi yang AS siapkan untuk Rusia jika Putin menolak untuk mengakhiri perangnya.
Zelensky menggambarkan pertemuan tersebut akan menjadi simbol bahwa Putin keluar dari isolasi sejak meluncurkan invasi ke Ukraina.
"Pertama, dia akan bertemu di wilayah AS, yang saya anggap sebagai kemenangan pribadinya. Kedua, dia keluar dari isolasi karena bertemu di wilayah AS. Ketiga, dengan pertemuan ini, dia entah bagaimana telah menunda sanksi," kata Zelensky.
Presiden Ukraina juga mengatakan bahwa dia telah menerima "sinyal" dari utusan AS Steve Witkoff bahwa Rusia mungkin menyetujui gencatan senjata, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
"Ini adalah sinyal pertama dari mereka," kata Zelensky.
AS: Pertemuan di Alaska akan Jadi "Latihan Mendengar"
Gedung Putih menekankan bahwa pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat mendatang di Anchorage, Alaska, lebih berfungsi sebagai “latihan mendengarkan” (listening exercise) daripada diplomasi yang bertujuan mencapai kesepakatan langsung.
“Hanya satu pihak yang terlibat dalam perang ini yang akan hadir, sehingga ini menjadi kesempatan bagi presiden untuk pergi, mendengar, dan kembali dengan pemahaman yang lebih kuat tentang bagaimana kita bisa berusaha mengakhiri perang ini,” tegas Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt.
“Ini adalah latihan mendengarkan bagi presiden," lanjutnya.
Pertemuan satu lawan satu ini merupakan momen pertama Trump bertemu langsung dengan Putin sejak terpilih kembali sebagai presiden.
Gedung Putih juga menolak mengunggulkan harapan terhadap terobosan perdamaian instan, melainkan menekankan bahwa fokus utama adalah mendengarkan langsung narasi Rusia dan memperoleh konteks mendalam tentang arah konflik Ukraina–Rusia.
Zelensky: Rusia Kehilangan 1.000 Orang per Hari
Presiden Ukraina Zelensky mengatakan Rusia menderita korban jiwa yang besar, sekitar 1.000 orang per hari.
Menurut pernyataan Zelensky, 500 tewas dan 500 luka-luka pada hari Senin (11/8/2025) karena sangat bergantung pada serangan infanteri untuk menembus garis pertahanan Ukraina.
Zelensky mengatakan korban jiwa Ukraina pada hari yang sama jauh lebih kecil – total 340 – 18 tewas dan 243 luka-luka, dengan 79 hilang dalam pertempuran.
Rusia Serbu Kota Dobropillia
Pasukan Rusia telah tiba-tiba menyerbu Ukraina timur di dekat kota pertambangan batu bara Dobropillia.
Penyerbuan ini mungkin merupakan upaya untuk meningkatkan tekanan pada Ukraina agar menyerahkan wilayahnya menjelang pertemuan puncak dengan Donald Trump di Alaska pada Jumat mendatang.
Peta perang DeepState Ukraina yang resmi menunjukkan pada hari Selasa bahwa pasukan Rusia telah maju setidaknya 10 km ke utara dalam dua jalur dalam beberapa hari terakhir, sebagai bagian dari upaya mereka untuk menguasai sepenuhnya wilayah Donetsk timur Ukraina.
Zelensky memperingatkan Rusia sedang merencanakan serangan darat baru di setidaknya tiga wilayah berbeda di garis depan.
Drone Ukraina Hantam Gudang Senjata Rusia
Badan intelijen Ukraina (SBU) pada hari Selasa mengatakan drone-nya menghantam sebuah gedung yang berisi drone serang jarak jauh Shahed di wilayah Tatarstan, Rusia, 1.300 km dari Ukraina.
SBU mengatakan ini adalah serangan kedua dalam empat hari, dan video yang direkam oleh penduduk setempat mengonfirmasi bahwa fasilitas tersebut telah diserang.
Laporan tersebut belum dapat dikonfirmasi secara independen.
PBB Khawatir Adanya Kekerasan Seksual oleh Rusia
Pada Selasa, 12 Agustus 2025, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres memperingatkan baik Israel maupun Rusia bahwa pihak-pihak tersebut bisa dimasukkan dalam daftar entitas yang “secara kredibel diduga melakukan pola pemerkosaan atau bentuk kekerasan seksual lainnya” dalam laporan mendatang.
Hal ini tercantum dalam laporan tahunan Guterres kepada Dewan Keamanan PBB mengenai kekerasan seksual terkait konflik.
Guterres menyampaikan rasa keprihatinan mendalam atas informasi kredibel yang memperlihatkan praktik kekerasan seksual.
PBB menuduh Israel melakukan kekerasan seksual terhadap warga Palestina di beberapa penjara, pusat penahanan, dan basis militer.
Selain itu, PBB juga menuduh Rusia, maupun kelompok bersenjata yang berafiliasi dengannya, dituding melakukan pelanggaran serupa terhadap tawanan perang Ukraina.
Pelanggaran terjadi di 50 fasilitas penahanan resmi dan 22 fasilitas tidak resmi yang tersebar antara Ukraina dan wilayah Rusia.
Taktik kekerasan meliputi elektrokusi, pukulan atau luka bakar di area genital, serta pelepasan paksa dan telanjang berkepanjangan untuk memalukan atau memaksa pengakuan.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.