Sabtu, 4 Oktober 2025

Donald Trump Pimpin Amerika Serikat

Trump Mediasi Kesepakatan Damai antara Azerbaijan dan Armenia

Azerbaijan dan Armenia memuji Trump atas bantuannya mengakhiri konflik dan menyatakan akan mencalonkannya untuk Nobel Perdamaian.

Penulis: Bobby W
Tangkap Layar Youtube White House
AZERBAIJAN ARMENIA DAMAI - Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev(kiri), Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (tengah), dan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan (kanan) menandatangani perjanjian damai di Gedung Putih pada Jumat malam waktu setempat (8/8/2025) 

Hal itu bisa dilihat dari keterlibatan AS di antara Kamboja dan Thailand serta penandatanganan perjanjian damai antara Rwanda dan Republik Demokratik Kongo, serta Pakistan dan India.

Pengamat Ungkap Motivasi AS di Balik Azerbaijan dan Armenia

Keterlibatan AS dalam perundingan damai antara Azerbaijan dan Armenia ini ikut menjadi perhatian sejumlah pengamat.

Banyak yang menduga ada motivasi khusus dibalik langkah AS yang getol untuk segera mendamaikan kedua negara tersebut. 

Perjanjian damai ini dinilai sebagai strategi Trump untuk menguatkan posisi AS di Kaukasus Selatan yang merupakan  wilayah penghasil energi yang berbatasan dengan Rusia, Eropa, Turki, dan Iran.

Wilayah Kaukasus Selatan sendiri dilintasi banyak jaringan pipa minyak dan gas bagi banyak negara namun terpecah oleh perbatasan tertutup dan konflik etnis yang berkepanjangan.

Brett Erickson, pakar sanksi dan penasihat di Chicago School of Law Universitas Loyola, menyatakan perjanjian tersebut akan membantu AS menindak upaya Rusia yang mencoba untuk menghindari sanksi tarif.

"Kaukasus selama ini menjadi celah dalam kebijakan sanksi tarif AS," ujarnya.

"Perdamaian formal ini sekaligus menciptakan landasan bagi AS untuk terlibat langsung di Armenia dan Azerbaijan. guna menutup jalur penghindaran sanksi oleh Rusia." terang Brett

Hal senada juga disampaikan Tina Dolbaia, rekan peneliti di Center for Strategic and International Studies.

Tina menyatakan penandatanganan perjanjian damai pada Jumat tersebut merupakan langkah simbolis besar AS di Kaukasus Selatan.

Namun demikian, kini sejumlah pertanyaan baru pun muncul, termasuk perusahaan AS mana yang mungkin mengendalikan koridor transit energi baru di Kaukasus Selatan tersebut serta seberapa besar keterlibatan Armenia dan Azerbaijan dalam pembangunannya. 

Ia menyatakan Rusia kemungkinan akan merasa terganggu karena tidak dilibatkan dalam perjanjian dan peran AS dalam koridor tersebut.

"Kini muncul fakta baru bahwa orang Armenia kini mau berjabat tangan dengan orang Azerbaijan, dan mereka justru berbicara tentang keterlibatan AS dalam koridor ini, hal ini jelas sangat berpengaruh signifikan bagi Rusia," katanya.

(Tribunnews.com/Bobby)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved