Kamis, 2 Oktober 2025

Top Rank

Daftar Negara dengan Sistem Peringatan Dini Tsunami Terbaik di Dunia: Indonesia Punya InaTEWS

Inilah daftar negara yang terdepan dalam sistem peringatan dini tsunami, Indonesia punya InaTEWS

Penulis: Tiara Shelavie
Pexels
PERINGATAN DINI TSUNAMI - Gambar yang diunduh dari Pexels pada 30 Juli 2025, memperlihatkan tanda yang menunjukkan arah rute evakuasi di Pantai Cannon Beach, Oregon, Amerika Serikat. Inilah daftar negara yang terdepan dalam sistem peringatan dini tsunami, Indonesia punya InaTEWS 

TRIBUNNEWS.COM – Tsunami bisa datang tanpa banyak peringatan, tetapi beberapa negara telah memiliki sistem yang sigap dan andal untuk mendeteksinya sejak dini.

Negara-negara berikut ini memanfaatkan teknologi canggih, sensor bawah laut, hingga sirine peringatan yang dapat aktif dengan cepat saat bahaya mengancam.

Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR) pada tahun 2020 merilis daftar lima negara dengan sistem peringatan dini tsunami terbaik di dunia.

UNDRR merupakan badan utama PBB yang bertugas mengoordinasikan upaya global dalam mengurangi risiko bencana dan membangun ketahanan masyarakat terhadap ancaman seperti gempa bumi, tsunami, banjir, dan lainnya.

Menurut Program Pembangunan PBB (UNDP), sistem peringatan dini yang efektif memerlukan integrasi lima komponen utama, yaitu:

  • pengembangan kapasitas kelembagaan dan hukum;
  • penerapan teknologi;
  • penjangkauan dan solusi berbasis masyarakat;
  • keterlibatan sektor swasta; serta
  • kerja sama internasional dan berbagi data.

Dengan kata lain, pengembangan sistem peringatan tsunami (TWS) yang canggih membutuhkan biaya yang besar.

Bahkan, besarnya biaya ini sempat menghambat penyelesaian Sistem Peringatan dan Mitigasi Tsunami Samudra Hindia (IOTWMS), yang melibatkan 28 negara yang berbatasan dengan Samudra Hindia.

IOTWMS adalah salah satu dari empat sistem peringatan tsunami global yang diamanatkan oleh Komisi Oseanografi Antarpemerintah (IOC) UNESCO.

IOC adalah badan khusus di bawah naungan UNESCO yang didirikan pada tahun 1960. Tujuannya adalah untuk mendorong kerja sama internasional dalam ilmu kelautan, termasuk pengamatan laut, mitigasi bencana, dan pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan.

Selain IOTWMS, tiga sistem peringatan tsunami global lainnya adalah Sistem Peringatan Tsunami Pasifik (PTWS), Sistem Peringatan Dini Karibia (Caribe EWS), dan Sistem Peringatan Tsunami Atlantik dan Mediterania Timur Laut (NEAMTWS).

Sistem-sistem ini memang telah menyelesaikan masalah deteksi dini.

Baca juga: 10 Gempa Paling Dahsyat di Dunia, 2 di Antaranya dari Indonesia

Namun, tantangan tersendiri bagi masing-masing negara adalah menyebarluaskan peringatan secara tepat waktu dan efektif kepada masyarakatnya.

Kabar baiknya, sejumlah kemajuan telah dicapai, dan setidaknya lima negara telah menunjukkan langkah signifikan di bidang ini.

1. Amerika Serikat

Sebelum berada di bawah naungan IOC pada 1968, AS telah mendirikan Pusat Peringatan Tsunami Pasifik (PTWC) di Hawaii tahun 1949, menyusul gempa dan tsunami Kepulauan Aleut tahun 1946 yang menewaskan 165 orang di Hawaii dan Alaska.

Bersama organisasi saudaranya, Pusat Peringatan Tsunami Nasional (NTWC) yang berbasis di Alaska, AS juga memantau aktivitas tsunami di pesisir timur dan baratnya, serta di wilayah Kanada, Puerto Riko, dan Kepulauan Virgin.

Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) bekerja sama dengan Early Warning Labs (EWL), perusahaan teknologi AS yang mengembangkan sistem peringatan dini gempa bumi.

Tujuannya adalah memberi waktu bagi masyarakat untuk berlindung dan menciptakan respons otomatis bagi bisnis, transportasi, dan peralatan industri guna mencegah kerusakan besar.

2. Jepang

Jepang memiliki aplikasi gratis bernama YureKuru Call (yang secara harfiah berarti "guncangan akan datang").

Sistem peringatan gabungan untuk gempa bumi dan tsunami nasionalnya telah tersedia jauh sebelum bencana gempa dan tsunami Tohoku pada 2011.

Sistem ini dapat mengeluarkan alarm tsunami tingkat tertinggi ke wilayah sasaran dalam waktu tiga menit setelah gempa terjadi.

Meskipun jumlah korban jiwa dalam tsunami Tohoku 2011 tetap tinggi — sekitar 19.759 orang — jumlah ini diperkirakan bisa lebih besar tanpa bantuan sistem tersebut.

3. Australia

Bentangan garis patahan sepanjang 8.000 km di utara dan timur Australia menempatkan negara ini pada risiko tsunami yang signifikan.

Sistem Peringatan Tsunami Australia merupakan hasil kolaborasi antara Biro Meteorologi Australia (BOM), Geoscience Australia (GA), dan Departemen Dalam Negeri.

GA mengoperasikan jaringan stasiun seismik nasional dan memanfaatkan data dari jaringan pemantauan internasional.

Informasi mengenai magnitudo, lokasi, dan karakteristik gempa dikirimkan GA ke BOM, yang bersama Departemen Dalam Negeri kemudian menyebarkan peringatan kepada publik.

Baca juga: Gempa Rusia: Foto dan Video Palsu di Media Sosial, Paus Beluga Terdampar Bukan Karena Tsunami

4. Chili

Garis pantai Chili yang membentang sepanjang 12.606 km menghadap Samudra Pasifik, menjadikannya sangat rentan terhadap tsunami.

Kerentanannya terungkap pada 1960, saat gempa Valdivia melanda, memicu tsunami besar yang menewaskan 61 orang di Hawaii dan bahkan mencapai Selandia Baru.

Sistem peringatan tsunami Chili dikelola oleh Servicio Hidrográfico y Oceanográfico de la Armada de Chile (SHOA), yang memanfaatkan 46 stasiun pantai dan 5 pelampung DART. Sistem ini juga terhubung dengan 170 penerima darat berbasis GNSS yang dikelola oleh Centro Sismológico Nacional (GNS), sehingga dapat menghasilkan penilaian ancaman tsunami dalam waktu kurang dari 8 menit.

Informasi tersebut disampaikan ke publik melalui Centro de Alerta Temprana (CAT) yang dikelola oleh Oficina Nacional de Emergencia (ONEMI).

5. India

India sempat terpukul keras oleh tsunami Samudra Hindia pada 2004, yang menewaskan sekitar 10.000 orang dan menyebabkan ribuan orang hilang.

Sebagai respons, pemerintah India mendirikan Indian Tsunami Early Warning Centre (ITEWC) untuk memberikan peringatan dini ke seluruh kawasan Samudra Hindia.

India kini menjadi negara pertama di dunia yang memiliki kemampuan memprediksi risiko tsunami di wilayah pesisir secara waktu nyata, termasuk tinggi gelombang dan lokasi bangunan rentan yang kemungkinan terdampak.

Bagaimana dengan Indonesia?

PERINGATAN DINI TSUNAMI - Tangkap layar halaman InaTEWS BMKG yang diambil pada 30 Juli 2025. Inilah daftar negara yang terdepan dalam sistem peringatan dini tsunami
PERINGATAN DINI TSUNAMI - Tangkap layar halaman InaTEWS BMKG yang diambil pada 30 Juli 2025. Inilah daftar negara yang terdepan dalam sistem peringatan dini tsunami (Tangkap layar halaman InaTEWS)

Meskipun tidak disebutkan dalam laporan UNDRR, Indonesia telah memiliki sistem peringatan dini tsunami yang dinamakan Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).

Dikutip dari laman Sustainable Development Goals PBB, sdgs.un.org, InaTEWS merupakan program operasional Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai bagian dari tugas pemerintah dalam menyediakan layanan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika — termasuk peringatan dini dan informasi publik.

BMKG juga bertugas menyediakan layanan informasi tsunami di bawah koordinasi UNESCO/IOC kepada negara-negara anggota di kawasan Samudra Hindia.

Tujuan InaTEWS antara lain:

  • Memberikan peringatan dini kepada masyarakat pesisir saat terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami.
  • Meningkatkan kerja sama antarlembaga dan pemerintah dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan akurasi sistem peringatan dini.
  • Mengembangkan teknologi TEWS dengan menggunakan peralatan seperti stasiun cuaca atau radar gelombang laut yang menyuplai data suhu laut, angin, dan tinggi gelombang, untuk mendukung prakiraan cuaca serta informasi perubahan iklim dan dampaknya.

Early Warnings for All

Pada Maret 2022, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres meluncurkan inisiatif "Peringatan Dini untuk Semua" (Early Warnings for All).

Guterres menyoroti, sekitar 700 juta orang di seluruh dunia masih berisiko terdampak tsunami.

Inisiatif ini bertujuan untuk memastikan perlindungan universal dari kejadian hidrometeorologis, klimatologis, dan lingkungan lainnya melalui sistem peringatan dini multi-bahaya yang menyelamatkan nyawa, memungkinkan tindakan antisipatif, dan memperkuat ketahanan.

Target waktu inisiatif ini adalah akhir tahun 2027.

Empat Pilar Peringatan Dini untuk Semua:

  1. Pengetahuan Risiko Bencana – dipimpin oleh UNDRR
  2. Deteksi, Observasi, Pemantauan, Analisis, dan Prakiraan – dipimpin oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO)
  3. Penyebaran dan Komunikasi Peringatan – dipimpin oleh Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU)
  4. Kesiapsiagaan dan Kapasitas Respons – dipimpin oleh Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC)

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved