Gedung Putih Bantah Tudingan WSJ yang Sebut Trump Masuk Daftar Epstein
Persahabatan lama Trump dengan Epstein kembali menjadi sorotan setelah pemerintahannya menyatakan tidak akan merilis berkas tersebut,
TRIBUNNEWS.COM - Gedung Putih membantah kabar bahwa Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dinyatakan ikut masuk dalam daftar terkait dengan Jeffrey Epstein, seorang pelaku kejahatan seksual yang telah dihukum dan meninggal di penjara.
Adapun tudingan tersebut dilayangkan Wall Street Journal (WSJ) melalui laporan eksklusifnya pada Rabu waktu setempat (23/7/2025)
Dikutip dari Reuters, tudingan WSJ termasuk kabar bahwa Jaksa Agung AS, Pam Bondi, telah memberi tahu Trump pada Mei 2025 lalu bahwa namanya muncul dalam berkas Epstein yang ditelaah oleh Departemen Kehakiman
WSJ sendiri mengutip pernyataan tersebut dari salah seorang pejabat tinggi pemerintahan AS secara anonim.
Laporan surat kabar ini berpotensi memperluas krisis politik besar yang kini menimpa Trump.
Persahabatan lama Trump dengan Epstein kembali menjadi sorotan setelah pemerintahannya menyatakan tidak akan merilis berkas tersebut, bertolak belakang dengan janji kampanye sebelumnya.
Departemen Kehakiman AS sebelumnya merilis memo yang menyatakan tidak ada dasar untuk melanjutkan penyelidikan kasus Epstein.
Pernyataan tersebut pun memicu reaksi keras baik dari kelompok penentang Trump maupun pendukungnya sendiri.
Kedua belah pihak pun menuntut informasi lebih rinci tentang tokoh-tokoh kaya dan berpengaruh yang pernah berinteraksi dengan Epstein.
Trump sendiri belum pernah dituduh terlibat dalam operasi kriminal Epstein, dan ia telah menyatakan bahwa persahabatannya dengan Epstein berakhir sebelum kasus hukum pertamanya.
Epstein sendiri meninggal karena bunuh diri pada 2019 saat menunggu persidangan atas tuduhan perdagangan seks.
Baca juga: Trump Gugat Wall Street Journal soal Kasus Epstein, Tuntut 10 Miliar Dolar
Ia sempat menyatakan tidak bersalah, dan kasusnya ditutup setelah kematiannya.
Menghadapi tekanan politik pekan lalu, Trump memerintahkan Departemen Kehakiman untuk mencari cara merilis transkrip sidang dewan juri yang selama ini dirahasiakan.
Namun, pada Rabu (23/7/2025), seorang hakim federal menolak permintaan tersebut.
Meski Gedung Putih langsung membantah laporan ini sebagai hoaks, Bondi dan Wakil Jaksa Agung Todd Blanche mengeluarkan pernyataan yang tidak secara langsung menanggapi laporan Wall Street Journal .
"Tiada yang ditemukan dalam berkas untuk membenarkan penyelidikan atau penuntutan lebih lanjut, dan kami telah mengajukan permohonan ke pengadilan untuk membuka transkrip sidang dewan juri," kata para pejabat tersebut.
"Sebagai bagian dari pemberian laporan rutin, kami telah memberi tahu Presiden mengenai temuan ini." sambung pihaknya.
Menurut Wall Street Journal , Bondi dan wakilnya memberi tahu Trump dalam pertemuan di Gedung Putih bahwa namanya, bersama dengan "banyak tokoh terkenal lainnya," muncul dalam berkas tersebut.
Trump Gugat WSJ
Pekan lalu, surat kabar WSJ melaporkan bahwa Trump pernah mengirimkan catatan ulang tahun bernada vulgar kepada Epstein pada 2003 yang berakhir dengan kalimat, "Selamat ulang tahun—dan semoga setiap hari menjadi rahasia indah lainnya."
Pihak Reuters sendiri belum dapat mengonfirmasi keaslian surat yang dilaporkan oleh WSJ tersebut.
Trump sendiri telah menggugat Wall Street Journal dan pemiliknya, termasuk miliarder Rupert Murdoch, dengan dalil bahwa catatan ulang tahun tersebut palsu.
Menurut kepala medis New York City, Epstein gantung diri di penjara pada 2019.
Namun, koneksi Epstein dengan para tokoh kaya dan berpengaruh memicu spekulasi bahwa kematiannya bukan bunuh diri.
Departemen Kehakiman dalam memo bulan ini menyatakan bahwa pihaknya menyimpulkan Epstein meninggal akibat tindakan diri sendiri.
Sebagai tanda betapa rumitnya isu ini bagi Trump dan partai Republik, Pimpinan DPR AS Mike Johnson pada Selasa (22/7/2025) secara mendadak memutuskan memulangkan anggota legislatif lebih awal selama masa reses untuk menghindari debat sengit di lantai dewan terkait pemungutan suara tentang berkas Epstein.
Keputusannya sementara waktu menghambat upaya gabungan partai Demokrat dan sebagian Republik untuk mengesahkan resolusi bipartisan yang mewajibkan Departemen Kehakiman merilis seluruh dokumen terkait Epstein.
Apa Itu "Daftar Epstein?"
"Daftar Epstein" merujuk pada kumpulan nama tokoh ternama, politikus, dan selebriti yang disebut memiliki koneksi dengan Jeffrey Epstein, seorang pebisnis yang terlibat dalam organisasi kriminal terkait kasus perdagangan seksual anak.
Nama-nama ini muncul dalam berkas pengadilan, catatan dewan juri, dan investigasi Departemen Kehakiman AS yang selama bertahun-tahun dirahasiakan.
Daftar Epstein sendiri juga mendata siapa saja yang pernah berkaitan dengan Epstein, baik sebagai penerima kiriman pesawat, pengunjung kediaman pribadinya, atau pihak yang tercantum dalam catatan keuangannya.
Daftar ini menjadi sorotan publik setelah dokumen-dokumen tersebut secara bertahap dibuka.
Epstein, yang meninggal di sel tahanan pada 2019 saat menunggu persidangan atas tuduhan perdagangan seksual anak, dikenal membangun jaringan elit global.
Jaringan dengan orang-orang paling berkuasa di dunia tersebut ia bangun melalui pemberian fasilitas eksklusif dan akses ke tokoh-tokoh lainnya yang juga berpengaruh.
Nama-nama seperti Donald Trump, Bill Clinton, dan sejumlah anggota keluarga kerajaan Inggris sempat disebut dalam laporan media sebagai bagian dari "daftar" ini
Namun demikian, nama-nama sebagian besar pejabat yang dekat dengan Epstein tersebut membantah adanya hubungan ilegal.
Berkas yang dirilis sejak 2024 mengungkapkan transkrip dewan juri yang menunjukkan Epstein membayar puluhan ribu dolar kepada seorang mantan ajudannya untuk merekrut korban muda, sementara koneksi politik dan bisnisnya terus menjadi misteri.
Kontroversi ini mencuat kembali pada 2025 ketika Departemen Kehakiman AS mengeluarkan memo menyatakan tidak ada bukti untuk melanjutkan penyelidikan kasus Epstein,
Memo ini memicu tekanan dari kelompok aktivis dan keluarga korban yang menuntut transparansi.
Sejumlah anggota Kongres AS, termasuk dari Partai Republik, mendesak agar seluruh dokumen terkait Epstein dirilis, termasuk daftar kontak dan catatan keuangan yang diduga melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh.
Trump sendiri menyatakan bahwa namanya muncul dalam berkas tersebut, meski Jaksa Agung Pam Bondi menegaskan tidak ada temuan yang membenarkan penuntutan lebih lanjut.
Munculnya "daftar Epstein" memicu debat tentang batas antara privasi dan kepentingan publik, terutama ketika nama-nama besar terlibat.
Beberapa pihak mengklaim dokumen ini bisa mengungkap skandal besar, sementara yang lain memperingatkan risiko pencemaran nama baik tanpa bukti konkret.
Hingga kini, upaya untuk membuka seluruh dokumen masih berlangsung, dengan keluarga korban dan lembaga investigatif menuntut keadilan yang dianggap terabaikan sejak kematian Epstein.
(Tribunnews.com/Bobby)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.