Konflik Palestina Vs Israel
Jubir Hamas Abu Ubaida Kembali Muncul setelah 4 Bulan: Kami Mengejutkan Musuh dengan Taktik Baru
Juru bicara Hamas, Abu Ubaida, kembali muncul dalam video setelah menghilang 4 bulan. Ini isi pidatonya.
TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap militer kelompok Palestina Hamas, Abu Ubaida, kembali muncul dalam sebuah video yang dirilis pada Jumat (18/7/2025).
Kemunculan ini merupakan yang pertama dalam empat bulan terakhir.
Video sebelumnya dirilis pada 6 Maret 2025, saat kelompoknya menegaskan komitmen terhadap gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Dalam video terbarunya, Abu Ubaida mengatakan bahwa sudah empat bulan berlalu sejak militer Israel kembali melanjutkan agresinya di Gaza, seperti dikutip dari Roya News.
Ia menyatakan bahwa Israel telah melanggar gencatan senjata dan mengingkari komitmen yang disepakati selama negosiasi, sehingga memicu kembali eskalasi konflik.
Ia merujuk pada serangan mendadak Israel di Gaza pada bulan Maret, yang terjadi saat gencatan senjata antara kedua pihak masih berlaku.
Taktik Baru
Abu Ubaida mengatakan bahwa kelompoknya telah menerapkan taktik dan metode baru, berdasarkan pelajaran dari apa yang ia sebut sebagai “perang terpanjang dalam sejarah rakyat Palestina.”
"Selama beberapa bulan terakhir, kami telah membunuh dan melukai ratusan tentara musuh, dan ribuan lainnya menderita penyakit psikologis dan trauma," ujarnya, mengutip Mehr News.
"Para pejuang kami, setelah belajar dari perang dan konfrontasi terpanjang dalam sejarah rakyat kami, kini mengejutkan musuh dengan taktik dan metode baru."
"Dalam beberapa minggu terakhir, para pejuang kami telah melakukan beberapa operasi untuk menangkap tentara Zionis," tambahnya.
Menangkap tentara Israel menjadi salah satu tujuan jangka panjang Hamas, yang biasanya digunakan untuk menegosiasikan pertukaran tahanan.
Baca juga: Hamas Sebut Netanyahu Penjahat, Klaim Israel Menang di Gaza Hanyalah Ilusi Besar
Abu Ubaida menyebut perlawanan bersenjata di Gaza sebagai "sekolah militer terbesar" bagi rakyat yang melawan pendudukan dalam sejarah modern.
Ia menegaskan bahwa Al-Qassam tetap sepenuhnya siap melanjutkan perang jangka panjang, tanpa memedulikan bentuk atau strategi serangan musuh di masa depan.
Ia juga menyampaikan bahwa strategi kepemimpinan Al-Qassam saat ini adalah memaksimalkan kerugian pada pasukan Israel, melakukan operasi dengan dampak tinggi, dan mengejar penangkapan tentara.
Kritik Negara-Negara yang Diam, Memuji Houthi
Dalam pidatonya, Abu Ubaida mengecam keras para pemimpin negara-negara atas sikap diam mereka.
“Musuh tidak akan melakukan genosida di hadapan para pemimpin bangsa jika mereka tidak dijamin impunitas, dijamin diam, dan dikhianati,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang terbebas dari tanggung jawab atas pertumpahan darah tersebut.
“Kami tidak membebaskan siapa pun. Setiap orang yang mampu bertindak, sesuai kapasitas dan pengaruhnya, wajib melakukannya.”
Di sisi lain, Abu Ubaida memuji kelompok Ansarullah (Houthi) di Yaman, menyebut mereka sebagai “saudara yang jujur.”
Abu Ubaida turut menyampaikan rasa terima kasih kepada semua orang di seluruh dunia yang menunjukkan solidaritas dan berusaha mematahkan pengepungan terhadap Gaza meskipun dengan risiko tinggi.
Israel Tolak Usulan Hamas
Abu Ubaida menegaskan kembali dukungannya terhadap delegasi negosiasi Palestina dalam perundingan tidak langsung dengan Israel.
Ia mengatakan Hamas telah mengajukan kesepakatan komprehensif untuk membebaskan semua tawanan Israel sekaligus.
Namun, Israel menolaknya.
“Penjahat perang Netanyahu dan para menterinya menolak tawaran kami. Jelas bahwa mereka tidak peduli terhadap nasib tentara mereka,” ucapnya.
Saat ini, perundingan tidak langsung kembali berlangsung di Qatar, namun belum menunjukkan kemajuan signifikan, lapor Middle East Eye.
Baca juga: Pelabuhan Eilat Akan Ditutup, Serangan Houthi Picu Krisis Keuangan Buat Ekonomi Israel Kolaps
Abu Ubaida memperingatkan bahwa jika Israel mengingkari putaran perundingan ini, Hamas tidak akan menjamin kembalinya formula pertukaran tahanan secara parsial atau usulan pembebasan 10 tahanan.
Ia menutup pidatonya dengan menyatakan harapan agar negosiasi yang sedang berlangsung dapat menghasilkan kesepakatan yang mengakhiri perang genosida, menarik pasukan pendudukan, dan memungkinkan bantuan kemanusiaan segera masuk ke Gaza.
Gencatan Senjata Israel–Hamas
Mengutip Middle East Eye, Hamas dan Israel sempat menyepakati gencatan senjata tiga tahap pada Januari lalu.
Namun, kesepakatan tersebut runtuh pada bulan Maret setelah Israel merebut kembali beberapa tawanannya dan kembali membombardir Gaza, sehingga perundingan lanjutan terkait penghentian perang secara permanen gagal dimulai.
Sejak itu, pemerintahan Presiden AS Donald Trump memberikan dukungan penuh kepada Israel dalam konflik di Gaza.
Negosiasi Gencatan Senjata Terbaru
Pada Minggu (13/7/2025), Presiden Donald Trump menyatakan bahwa negosiasi gencatan senjata Gaza berjalan lancar.
Pernyataan ini kembali ia sampaikan seminggu setelah kunjungan PM Israel Benjamin Netanyahu ke Washington.
Namun, Middle East Eye melaporkan pada Sabtu bahwa para negosiator Hamas bersikap skeptis terhadap peluang tercapainya kesepakatan dalam putaran perundingan kali ini di Doha, Qatar.
Sumber dekat negosiator Palestina menyebut bahwa perundingan masih menemui jalan buntu, khususnya terkait dua dari empat isu utama.
Isu pertama menyangkut sejauh mana rencana penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza selama masa gencatan senjata selama 60 hari.
Sementara isu kedua berkaitan dengan mekanisme penyaluran bantuan kemanusiaan.
Amerika Serikat dilaporkan mengusulkan penundaan pembahasan dua isu tersebut dan meminta agar fokus dialihkan pada daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan Israel sebagai imbalan atas tawanan Israel yang tersisa.
Sementara Itu: Warga Palestina Tewas saat Mengantre Makanan
Sementara perundingan gencatan senjata masih berlangsung, sedikitnya 50 warga Palestina—termasuk 32 orang di sekitar lokasi distribusi bantuan pangan di Rafah—tewas akibat serangan Israel pada Sabtu (19/7/2025), menurut laporan Al Jazeera.
Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan bahwa ribuan warga Gaza kini berada di ambang kelaparan parah, dengan satu dari tiga orang tidak makan selama beberapa hari.
Perang Israel di Gaza sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 58.667 orang dan melukai 139.974 lainnya.
Sekitar 1.139 orang tewas di Israel dalam serangan 7 Oktober, dan lebih dari 200 orang ditawan.
Sosok Abu Ubaida
Abu Ubaida adalah juru bicara Brigade Al-Qassam.
Mengutip WION, ia mulai sering tampil di media sejak 7 Oktober, setelah komandan Al-Qassam Mohammad Al-Deif mengumumkan Operasi Banjir Al-Aqsa.
Operasi itu menjadi salah satu konfrontasi militer terbesar dalam sejarah antara Israel dan kelompok militan Palestina.
Dalam setiap kemunculannya, Abu Ubaida selalu mengenakan seragam tentara kamuflase hijau dan menutupi wajahnya dengan keffiyeh merah.
Ia tidak pernah memperlihatkan wajahnya, mengikuti jejak mantan pemimpin Al-Qassam, Imad Aqel, yang tewas dalam serangan IDF pada tahun 1993.
Sejak pecahnya perang Israel–Hamas pada 2023, Abu Ubaida rutin muncul sebelum atau sesudah setiap pernyataan penting.
Ia menyampaikan posisi Al-Qassam serta perkembangan terbaru terkait perang.
Abu Ubaida pertama kali menjadi sorotan pada 2002 sebagai salah satu pejabat lapangan Al-Qassam.
Setelah Israel menarik diri dari Gaza pada 2005, ia secara resmi diangkat sebagai juru bicara Al-Qassam.
Ia berasal dari Naalia, sebuah kota di Gaza yang diduduki Israel pada 1948.
Menurut sejumlah sumber, saat ini ia tinggal di Jabalia, timur laut Gaza.
Israel telah beberapa kali membom rumahnya, termasuk pada tahun 2008, 2012, 2014, dan selama konflik saat ini.
Sebelumnya, Abu Ubaida memiliki akun di Twitter (sekarang X) dan Facebook, namun kini telah ditutup.
Kini, ia menyampaikan pernyataannya melalui situs resmi Al-Qassam, aplikasi Telegram, dan saluran Al-Aqsa yang berafiliasi dengan Hamas.
Sebelum perang tahun 2014, Abu Ubaida menulis tesis masternya di Universitas Islam Gaza dari Fakultas Ushuluddin dengan judul Tanah Suci antara Yudaisme, Kristen, dan Islam.
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, mengklaim mengetahui identitas asli Abu Ubaida. Menurutnya, nama aslinya adalah Hudhayfah Kahlout.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.