Konflik Palestina Vs Israel
Menlu Israel Klaim Serius Soal Gencatan Senjata, tapi Bom Terus Dijatuhkan di Gaza
Menteri Luar Negeri Isrel, Gideon Saar mengklaim bahwa negaranya serius ingin mencapai kesepakatan sandera dan gencatan senjata di jalur Gaza.
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Isrel, Gideon Saar mengklaim bahwa negaranya serius ingin mencapai kesepakatan sandera dan gencatan senjata di jalur Gaza.
Pernyataan ini disampaikan di tengah serangan udara Israel yang masih terus berlangsung dan menewaskan puluhan warga Palestina, termasuk direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
“Israel "serius" ingin mencapai kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata di Jalur Gaza karena ada "beberapa tanda positif,",” kata Saar dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Estonia, Margus Tsahkna, di Tallinn, Rabu (2/7/2025), dikutip dari Anadolu Ajansi.
Ia menambahkan bahwa Israel telah mengatakan “ya” terhadap usulan Utusan Timur Tengah AS, Steve Witkoff, mengenai gencatan senjata.
Menurut laporan lembaga penyiaran publik Israel, KAN, Qatar telah mengajukan proposal baru yang mencakup gencatan senjata selama 60 hari dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.
Namun, pernyataan ini bertolak belakang dengan situasi di lapangan.
Serangan udara Israel pada hari yang sama menewaskan sedikitnya 47 warga Palestina, termasuk Direktur Rumah Sakit Indonesia, Dr. Marwan Al-Sultan, bersama beberapa anggota keluarganya.
Rumah sakit tersebut adalah salah satu fasilitas medis utama di wilayah utara Gaza.
Gencatan Senjata Masih Belum Tercapai
Di tengah upaya diplomatik internasional, termasuk tekanan dari mantan Presiden AS Donald Trump agar Hamas menyetujui gencatan senjata 60 hari, kekerasan tetap berlanjut.
Baca juga: Direktur RS Indonesia Gugur di Gaza, Eddy Soeparno Kecam Serangan Israel
Hamas mengatakan pihaknya sedang mengkaji proposal terbaru dan berharap dapat mencapai kesepakatan yang menjamin diakhirinya agresi, penarikan pasukan Israel, serta bantuan kemanusiaan segera bagi warga Gaza, dikutip dari Al-Arabiya.
Namun, di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap bersikeras bahwa "Hamas harus dilenyapkan" dan bahwa Israel tidak akan menghentikan operasi militernya sampai seluruh sandera dibebaskan.
Seorang sumber Palestina yang terlibat dalam proses negosiasi mengungkapkan kepada AFP bahwa tidak ada perubahan signifikan dalam proposal baru yang diajukan.
Meskipun mencakup rencana pembebasan sebagian sandera Israel dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina.
Perang yang telah berlangsung hampir 21 bulan ini telah menciptakan krisis kemanusiaan luar biasa bagi lebih dari dua juta penduduk Gaza.
Pemboman tanpa henti, blokade bantuan, dan minimnya akses kesehatan memperparah penderitaan warga sipil, terutama perempuan dan anak-anak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.